Anda di halaman 1dari 44

PATOFISIOLOGI PENYAKIT TB PARU, ASMA

BRONCHIAL, BRONKITIS KRONIS DALAM


KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
KELOMPOK 1:
Pertiwi Agustini
Putri Belinda Permatasari
Putri Nur Cahayani
Three Melenchi O
Sintya Monica
Qunita Luvia
Velly Aprillia Dianti
A. TUBERKOLUSIS PARU
1. Definisi

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular


yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium
tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian
besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan
paru melalui airbone infection.

-> Bakteri TB yang mengerang salurannafas utama


manusia (pau-paru)
2. Etiologi Tuberkolusis Paru

Penyebab -> bakteri Mycobacterium tuberculois.


Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6
mikron dan bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung
tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang
terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini
dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam
dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri
tahan asam (BTA).

bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan


dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah
atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa sampai
berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat
mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara
Patofisiologi Tuberculosis
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis melalui udara ke
paru-paru. Bakteri menyebar melalui jalan napas, menempel pada bronkus atau
alveolus untuk memperbanyak diri. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).

Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan rekasi


inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri).
Sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan
jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam), terakumulasinya eksudat dalam
alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia, dan produksi sputum yang
menyebabkan akumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Penularan TBC

Penderita bersin -> terpapar(masuk ke dalam saluran


pernafasan)-> menyebar ke bagian tubuh lain (misal saluran
darah ) -> inkubasi (infeksi- kompleks primer) 4-6 minggu ->
tergantung kuman yang masuk dan imunitas
Diagnosis
sebagai tersangka (suspek) TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan BTA
dilakukan dengan metode SPS (sewaktu-pagi-
sewaktu) sebanyak tiga kali pengambilan, yaitu saat
pertama kali berkunjung, kemudian setelah bangun
tidur pagi di hari kedua (pot dahak dibawa pulang),
dan saat menyerahkan pot dahak di hari kedua.
Foto radiologi dianggap positif bila ditemukan
gambaran infiltrat atau kavitas.
Tanda dan Gejala

Gejala TB paru terutama pada kehamilan

1. Batuk –batuk terus menerus


lebih dari tiga minggu ( batuk bercampur darah )
1. Demam-demam ( terutama sore hari)
2. Nafsu makan berkurang
3. Berat badan turun
4. Keringat malam hari
5. Badan terasa lemah / mudah capek / rasa malas
6. Sesak napas ( bila penyakit sudah lanjut)
7. Sakit dada ( bila terjadi peradangan selaput paru/ dinding dada)
Penatalaksanaan
Dalam Kehamilan
Persalinan dan Nifas

a. kehamilan
Pengobatan TB pada ibu hamil pada prinsipnya tidak
berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Hanya
saja, streptomisin TIDAK BOLEH diberikan karena dapat
menyebabkan cacat bawaan pada janin.
Pastikan selama masa pengobatan, pasien didampingi
oleh seorang pengawas minum obat (PMO) yang dapat
memantau dan mendorong kep
atuhan pasien berobat.
Untuk Kategori 1 (pasien TB baru BTA positif, ATAU
pasien TB baru BTA negatif foto toraks positif), ibu
diberikan rifampisin, INH, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari selama 2 bulan, dilanjutkan
rifampisin dan INH 3 kali seminggu (intermiten)
selama 4 bulan.
• Lakukan pemeriksaan dahak kembali di akhir tahap intensif (bulan kedua). Bila
hasil negatif, lanjutkan pengobatan tahap berikutnya. Bila hasil positif, berikan
tambahan pengobatan seperti tahap intensif selama 28 hari (OAT sisipan). Setelah
selesai, lakukan pemeriksaan dahak ulangan. Bila negatif, lanjutkan pengobatan ke
tahap berikutnya. Bila tetap positif, rujuk pasien ke layanan TB-MDR untuk
pemeriksaan resistensi sambil melanjutkan pengobatan ke tahap lanjutan.
• Lakukan pemeriksaan dahak satu bulan sebelum tahap lanjutan selesai (bulan
kelima). Bila hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan. Bila hasilnya positif, rujuk
pasien ke layanan TB-MDR dan mulai pengobatan kategori 2.
• Lakukan pemeriksaan dahak di akhir pengobatan (bulan keenam). Bila hasilnya
negatif, pasien dinyatakan sembuh. Bila hasilnya positif, rujuk pasien ke layanan
TB-MDR dan mulai pengobatan kategori 2.
• Setelah lahir, bayi diberikan profilaksis INH (5-10 mg/kgBB/hari) sampai 6 bulan.
Vaksinasi BCG segera diberikan setelah pengobatan profilaksis selesai.
• Ibu hamil dengan tuberkulosis Kategori 2 (pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien
putus berobat) dan ibu hamil dengan TB ekstra paru sebaiknya dirujuk ke layanan
TB-MDR untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai
b. Pada Persalinan
Pasien yang sudah cukup mendapat pengobatan selam kehamilan
biasanya masuk ke dalam persalinan dengan proses tuberculosis yang
sudah tenang. Persalinan pada wanita yang tidak mendapat
pengobatan dan tidak aktif lagi, dapat berlangsung seperti biasa.

Akan tetapi pada pasien yang masih aktif, penderita ditempatkan di


kamar bersalin tertentu. Persalinan ditolong dengan kala II dipercepat
dengan ekstraksi vacuum atau forcep, dan sedapat mungkin
penderita tidak mengedan. Pasien diberi masker untuk menutupi
mulut dan hidungnya agar tidak terjadi penyebaran kuman ke
sekitarnya. Sedapat mungkin persalinan berlangsung pervaginam.
Sedangkan section secarea hanya dilakukan atas indikasi obstetric
dan tidak atas indikasi tuberculosis paru.
c. Nifas

Setelah penderita melahirkan, penderita dirawat diruang observasi selama 6-


8 jam, kemudian pasien dapat dipulangkan langsung. Diberi obat uterotonika,
dan obat TB paru diteruskan, serta nasehat perawatan masa nifas.
Ibu dengan tuberculosis aktif baru dapat kontak dengan bayinya minimal 3
minggu pertama pengobatan, dan bayinya juga mendapat isoniazid
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman
TBC tidak ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru
secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan pada bayi dengan
menggunakan masker.
Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang
menderita TB harus mendapat panduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT
yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB
kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat
terus disusui
Penanganan tuberkulosis dalam masa nifas
Usahakan jangan terjadi perdarahan banyak : diberi
uterotonika dan koagulasia.
Usahakan mencegah adanya infeksi tambahan dengan
memberikan antibiotika yang cukup.
Bila ada anemia sebaiknya diberikan tranfusi darah, agar
daya tahan ibu kuat terhadap infeksi sekunder.
Ibu dianjurkan segera memakai kontrasepsi atau bila
jumlah anak sudah cukup, segera dilakukan tubektomi.
Komplikasi Penyakit Tuberculosis
Komplikasi dini

1. Pleuritis Yaitu terjadinya inflamasi pada kedua lapisan pleura


2. Efusi pleura ->Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau
cairan yang masuk kedalam antara paru dan dinding dada
3. Emfisema ->Pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas
pleura, cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang
dengan usia lebih lanjut
4. Laringitis->Terjadinya inflamasi pada laring yang disebabkan
melalui peredaran darah
5. Terjadinya penyebaran infeksi ke organ lain seperti usus, tulang
dan otak
Komplikasi lanjut

1. Hemoptisis (perdarahan dari saluran nafas dalam) yang


dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik
atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkiectasis dan fibrosis pada paru yang disebabkan
oleh karena tekanan balik akibat kerusakan paru
4. Pneumotoraks spontan karena adanya kerusakan pada
jaringan paru
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya
6. Insufisiensi kardio pulmoner
ASMA BRONKIAL

1. Definisi

Asma bronkial adalah sindroma yang kompleks dengan berbagai tipe


klinis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor genetik ataupun faktor
lingkungan (virus, alergen maupun paparan bahan kerja). Pada asma
bronkial terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan
oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya
hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan
gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata
dalam sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas ditingkat
alveoli, akhirnya akan berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia
dan asidosis pada tingkat lanjut.
Patofisiologis

Timbulnya serangan asma disebabkan terjadinya reaksi antigen


antibodi pada permukaan sel mast paru, yang akan diikuti dengan
pelepasan berbagai mediator kimia untuk reaksi hipersentifitas cepat.
Terlepasnya mediator-mediator ini menimbulkan efek langsung cepat
pada otot polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus.
Mediator yang dilepaskan meliputi bradikinin, leukotrien C,D,E,
prostaglandin PGG2, PGD2a, PGD2, dan tromboksan A2. Mediator-
mediator ini menimbulkan reaksi peradangan dengan bronkokonstriksi,
kongesti vaskuler dan timbulnya edema, di samping kemampuan
mediator-mediator ini untuk menimbulkan bronkokontriksi, leukotrien
juga meningkatkan sekresi mukus dan menyebabkan terganggunya
mekanisme transpor mukosilia.
Tanda / Gejala Asma

1. Kesulitan bernafas
2. Kenaikan denyut nadi
3. Nafas berbunyi, terutama saat
menghembuskan udara
4. Batuk kering
5. Kejang otot di sekitar dada
pemicu
Pertolongan pertama
Penatalaksanaan Asma

– penatalaksanaan dalam kehamilan


1. Pentingnya pengobatan asma adalah mencegah kematian, kegagalan
pernapasan, status asmatikus, perawatan di ruang emergensi, dan cacat
wheezing.
2. Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan harus mencakup hal-hal berikut.
3. Penilaian obyektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
4. Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380 – 550 liter/menit.
Tiap pasien memiliki nilai baseline masing-masing sehingga terapi dapat
disesuaikan.
5. Menghindari faktor pencetus asma
6. Mengenali serta menghindari faktor pencetus asma dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu dengan kebutuhan medikasi yang minimal (NAEPP, 2005).
7. Edukasi

8. Terapi farmakologi selama kehamilan


• B. persalinan
Selama persalinan kala I pengobatan asma selama masa prenatal harus
diteruskan, ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan
kortikosteroid harus hidrokortison 100 mg intravena, dan diulangi tiap 8 jam
sampai persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan,
penanganannya sama dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan
seperti telah diuraikan di atas.

Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik


untuk penderita asma, kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki
dilakukannya seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea. Jika dilakukan
seksio sesarea lebih dipilih anestesi regional daripada anestesi umum karena
intubasi trakea dapat memacu terjadinya bronkospasme yang berat.
Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama persalinan
pervaginam, memperpendek, kala II dengan menggunakan ekstraksi vakum
atau forceps akan bermanfaat
– Penatalaksanaan Asma Post Partum
• Penanganan asma post partum dimulai jika secara klinik
diperlukan. Perjalanan dan penanganan klinis asma
umumnya tidak berubah secara dramatis setelah post
partum. Pada wanita yang menyusui tidak terdapat kontra
indikasi yang berkaitan dengan penyakitnya ini.
• Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya
kurang dari 10% dari jumlah yang diterima ibu. Kadar
maksimal dalam air susu ibu tercapai 2 jam
• setelah pemberian, seperti halnya prednison, keberadaan
kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi
yang belum mencukupi untuk menimbulkan pengaruh pada
janin
Komplikasi

Asma pada kehamilan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan penurunan


asupan oksigen ibu, sehingga berefek negative bagi janin. Asma tak
terkontrol pada kehamilan menyebabkan komplikasi baik bagi ibu maupun
janin (OSUMC, 2005).

Komplikasi asma pada kehamilan bagi ibu


Asma tak terkontrol dapat menyebabkan stres yang berlebihan bagi ibu.
Komplikasi asma tak terkontrol bagi ibu termasuk : 1) Preeklampsia (11%),
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, retensi air serta proteinuria; 2)
Hipertensi kehamilan, yaitu tekanan darah tinggi selama kehamilan; 3)
Hiperemesis gravidarum, ditandai dengan mual-mual, berat badan turun
serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; 4) Perdarahan pervaginam
Induksi kehamilan dan atau komplikasi kehamilan (OSUMC, 2005).
Komplikasi ini bergantung pada derajat penyakit
asma. Status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas,
pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale
akut, dan aritmia jantung. Mortalitas meningkat pada
penggunaan ventilasi mekanik. Penyulit yang mengancam
nyawa adalah pnemotoraks, pneumomediastinum, kor
pulmonale akut, aritmia jantung, dan kelelahan otot
disertai henti napas. Angka kematian secara substantive
meningkatkan apabila asmanya memerlukan ventilasi
mekanis. (Obstetri Williams, 1376-1377
BRONKITIS KRONIS

Pengertian penyakit bronkitis kronis

Bronchitis adalah suatu


peradangan pada
bronchus yang
disebabkan oleh
berbagai macam
mikroorganisme baik
virus, bakteri, maupun
parasit
Bronkitis kronis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan batuk dan berlebihan sekresi lendir di pohon
tracheobronchial. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar
jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke
paru-paru dan dapat merusaknya.
Etiologi
Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus
para influenza, dan Coxsackie virus.
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronchitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Fibrosis kistik
12. Psikis
13. Asap rokok
14. Polusi udara
Klasifikasi Bronkitis kronis

1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis),


ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain
yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent
bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental,
purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (
chronic bronchitis with obstruction ), ditandai dengan
batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas
berat dan suara mengi.
• Tanda dan gejala Bronkitis kronis

• Gejala utama bronkitis kronis sering batuk dan produksi sputum


berlebihan. dahak mungkin jelas, kekuningan, atau kehijauan tergantung
pada infeksi bakteri, dan kadang-kadang bercampur dengan darah jika
pembuluh darah kecil yang pecah karena batuk terus-menerus.
• Dyspnea, atau sesak napas, merupakan gejala umum lain dari bronkitis
kronis dan secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit.
Pasien dengan bronkitis kronis sering menjadi sesak napas dengan
aktivitas fisik dan mulai batuk.
• mengi suara sering terjadi dengan bronkitis kronis, yang didefinisikan
sebagai suara siulan kasar dihasilkan ketika saluran udara yang sebagian
terhalang.
• Diagnosis Bronkitis Kronis
• Dokter mendiagnosa bronkitis kronis dengan menggunakan kombinasi
riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik. Riwayat batuk sehari-
hari yang berlangsung setidaknya tiga bulan, terutama jika telah terjadi
dua tahun berturut-turut, sesuai dengan kriteria untuk diagnosis klinis
bronkitis kronis. Sebuah sejarah merokok dan / atau bekerja dengan
bahan kimia berbahaya ini juga sangat relevan.
• Pemeriksaan fisik biasanya meliputi mendengarkan mengi, menentukan
apakah ada perpanjangan pernafasan, dan mencari bukti sianosis, yang
semua tanda-tanda obstruksi aliran udara. Sebuah sputum sampel
menunjukkan granulosit neutrofil (inflamasi sel darah putih) dan budaya
positif bagi mikroorganisme patogen seperti spesies streptokokus juga
indikasi bahwa pasien mungkin memiliki bronkitis kronis. Namun, untuk
sampel ekspektorasi dahak akan dianggap sah, kebijaksanaan
konvensional adalah bahwa harus ada kurang dari 10 sel skuamosa dan
lebih dari 25 sel darah putih per bidang mikroskopis daya tinggi.
Komplikasi

1. Otitis media akut .


2. Pneumonia
3. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
4. Gagal napas
• Penanganan Bronkitis Kronis.
• Pada sebagian besar kasus, infeksi akan jelas dan batuk
akan sembuh dalam satu atau dua minggu dengan
terapi suportif, yang sebaiknya menyertakan program
biasa seperti istirahat, meningkatkan cairan, dan
dekongestan atau penekan batuk. Jika batuk adalah
gejala utama, penggunaan inhaler albuterol (proventil,
ventolin) dapat meredakan gejala. Jika inhaler
diresepkan, petunjuknya harus dua kali isapan,
sebaiknya setiap 4-6 jam sesuai yang dibutuhkan untuk
melegakan gejala. Frekuensi penggunaan yang lebih
banyak, atau penggunaan yang berkepanjangan,
membutuhkan rujukan ke dokter.
Pengobatan bronkitis pada wanita hamil sama dengan
mereka yang tidak hamil. Dalam kasus manapun, jika penyakit
ini disebabkan oleh virus maka pengunaan antibiotik tidak
berguna (karena diresepkan bagi bronkitis yang disebabkan
bakteri). Bronkitis akut biasanya dapat sembuh dengan
sendirinya dan hilang dalam waktu seminggu. Pengobatan
umumnya terdiri dari istirahat penuh, banyak minum,
penggunaan humidifier (pelembab udara) untuk
membersihkan paru-paru, dan menghindari polusi udara
seperti merokok. Meskipun aspirin cukup umum diberikan
pada setiap orang, wanita hamil tidak dibolehkan untuk
menggunakannya karena dapat mengakibatkan pendarahan
dan bisa menimbulkan komplikasi.
• Selain itu, pencegahan selalu lebih baik daripada
menyembuhkan.
• selalu mencuci tangan mereka (untuk menghindari
bronkitis virus atau bakteri) dan berhenti merokok atau
menghindari perokok.
• Wanita hamil juga disarankan untuk mendapatkan
vaksin flu terutama jika mereka akan hamil selama
musim flu. Meskipun vaksin tidak akan sepenuhnya
mencegah wanita tersebut terkena bronkitis, hal
tersebut setidaknya memberikan perlindungan dari
virus tertentu yang menyebabkan penyakit
pernapasan.
• Wanita hamil menderita bronkitis diperlakukan dalam
metode yang sama seperti yang dilakukan oleh individu
non-hamil normal. Pasien disarankan istirahat total,
asupan banyak cairan seperti air dan jus buah segar,
selain dari saran untuk menghindari paparan polutan
dan merokok. Aspirin biasanya diresepkan untuk
individu yang tidak hamil normal sebagai asupan
aspirin oleh wanita hamil dapat menyebabkan
perdarahan dan komplikasi lain.
• Kondisi penyakit pernapasan apapun dapat
memberikan dampak serius pada bayi yang akan lahir
jika dibiarkan berkembang hingga pertukaran oksigen-
karbondioksida terganggu dan membahayakan
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai