Anda di halaman 1dari 11

BENIGNA PROSTAT HYPERPLASTY

BPH(Benigna Prostatic Hyperplasia) adalah suatu


penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan,
dimana prostat mengalami pembesaran memanjang
keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
Prostatektomy merupakan tindakan pembedahan
bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong
uretra, bertujuan untuk memeperbaiki aliran urin
dan menghilangkan retensi urinaria akut.
 a) Adanya perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen pada usia lanjut.

 b) Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan)


sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.

 c) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena


berkurangnya sel yang mati.

 d) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi


abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
Pada umumnya dikemukakan beberapa teori :
 Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel srem. Oleh
karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan
hormon atau faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat
berproliferasi dengan cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar
periuretral.

 Teori kedua adalah teori Reawekering (Neal, 1978)


menyebutkan bahwa jaringan kembali seperti perkembangan
pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral
dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.

 Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang


menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan
terjadinya produksi testoteron dan terjadinya konversi
testoteron menjadi setrogen. ( Kahardjo, 1995)
Frekuensi berkemih semakin sering, nokturia, BAK harus
mengejan, tidak puas untuk mengosongkan kandung kemih,
hematuri, disuria, abdomen tegang, aliran urin tidak lancer,
urin menetes saat berkemih (dribling), volume urine
menurun, retensi urine, anyang-anyangan, keletihan,
anoreksia, mual dan muntah, azotemia (peningkatan ureum
dalam darah), gagal ginjal.
 Stadium I, pada stadium ini biasanya belum
memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor
alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan
obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan,
tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat.
Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak
dianjurkan untuk pemakaian lama.

 b. Stadium II, pada stadium II merupakan indikasi


untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
 StadiumIII, pada stadium II reseksi endoskopi
dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat
sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan
selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat
dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan
perineal.
 d. Stadium IV, pada stadium IV yang harus
dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau
sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi
definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.

 Pada penderita yang keadaan umumnya tidak


memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan
memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa.
Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan
obat anti androgen yang menekan produksi LH.
BPH merupakan organ tubuh pria yang paling sering mengalami
pembesaran, baik jinak maupun ganas. Gejala yang khas pada BPH :
sering buang air kecil, nocturia, tidak puas untuk mengosongkan kandung
kemih, mengedan saat buang air kecil sehingga dengan kondisi yang
memanjang akan terjadi retensi urin. Ada dua faktor penting penyebab
pembesaran prostat karena adanya dehidrotestosteron (DHT) dan proses
penuaan.

Tindakan medik yang paling umum dilakukan dengan Operasi TUR yaitu
untuk menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang
menimbulkan obstruksi dengan menggunakan Resektoskop dan
elektrokauter. Adapun komplikasi jangka pendek dari TUR adalah
perdarahan, infeksi dan hiponatremia (sindrom TUR) dan retensi karena
bekuan darah. Sedang komplikasi jangka panjang adalah strictur uretra
dan disfungsi ereksi.

Untuk itu perawat memegang peranan penting dalam membantu pasien


dengan tindakan medik TUR untuk menjaga terjadinya komplikasi
dengan cara mempertahankan kepatenan posisi kateter, merawat luka
operasi dan kateter dengan menggunakan prinsip aseptik dan
meningkatkan intake cairan sehingga komplikasi dapat dicegah.
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC: Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC:
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume
I (terjemahan). PT EGC: Jakarta.
Hardjowidjoto S. (1999). Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University
Press: Surabaya
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran: Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI: Jakarta
www.askep-bph-benigna-prostat-hiperplasia.html diambil pada tanggal 4
november 2012. Pukul 13.40 WIB.

Anda mungkin juga menyukai