• Keluhan lain:
– lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita
Kriteria diagnosis
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. (Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75gram.
Atau
2. Type 2 diabetes
(due to a progressive loss of b-cell insulin secretion frequently on the
background of insulin resistance)
• DM 1A
– Paling banyak > 90%
– Proses distruksi auto-immun
– Kerusakan sel beta insulin defisiensi absolut
– Marker anti-bodi
• ICAs (Islet cell antibodies)
• GAD 65 (Glutamic acid decarboxylase)
• IAA (antibodi Anti insulin)
• Antibodies to tyrosne phosphatase 1A-2 dan 1A-2B
• Berhubungan denga kompleks HLA
• DM tipe 1B
– Insulin defisiensi, marker imunologis negatif
– Mekanisme kerusakan sel beta belum diketahui
– Disebut Idiopatik DM tipe 1
– Baik tipe 1A dan 1B cenderung mengalami ketosis
yang harus diobati dg pemberian insulin
Patogenesis DM tipe 1
Lingkungan (virus,toksin)
Respon Immun
Mediasi
oleh HLA/gen lain
Limfosit T Limfosit B
DIABETES MELITUS
Patogenesis DM tipe2
• Triumvirat: pankreas, otot dan hepar
• Resistensi insulin pada otot dan hepar
• Kegagalan sekresi sel beta pankreas/penurunan fungsi sel
beta
• Peran organ-organ lain:
– jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),
– gastrointestinal (defisiensi incretin),
– sel alfa pankreas (hiperglukagonemia),
– ginjal (peningkatan reabsorpsi glukosa), dan
– otak (resistensi insulin).
• Kedelapan organ diatas masing-masing ikut berperan dalam
patogenisis DM tipe2 (OMNIOUS OCTED)
Diabetes Melitus tipe 2
• Teori klasik
– Resistensi Insulin
– Penurunan sekresi insulin (Defek sel β
pankreas)
– Kombinasi keduanya
Sekresi Insulin Kepekaan terhadap Insulin
50 % DM-2 50 %
Pre-Diabetes
70 - 100 % Gangguan Toleransi Glukosa 50 %
F
u
n
g 75
s Gangguan
i Toleransi DM tipe-2 phase I
Glukosa Fungsi Sel Beta
S
e 50 tinggal 50 %
l
B Pre-Diabetes
e
t Kadar Gula DM-2 DM-2
a 25
Darah tinggi Phase-I Phase-II
% Setelah DM-2
Makan phase III
0
-12 -10 -6 -2 0 2 6 10 14
Tahun di-diagnosa
Lebovitz, 2000
Tahapan DM Tipe 21
Diabetes
Normal
Prediabetes Diabetes
Glucose Tolerance
Komplikasi Mikrovaskular
Toleransi Glukosa
Prediabetes Diabetes
Normal
2. Liver:
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production)meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur
ini adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.
3. Otot:
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang
multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin,
dan tiazolidindion.
• 4. Sel lemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFAakan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga
akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini
disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah
tiazolidindion
• 5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan
oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1)dan GIP (glucose-dependent
insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide).
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP.
Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4,
sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat
kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor.
• Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan
karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang
memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah
setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja
ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.
produksi + Ambilan
glukosa Ekskresi glukosa
hepatik glukosa perifer
renal
1. Adaptasi dari Inzucchi SE, Sherwin RS in: Cecil Medicine 2011
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
• Tujuan secara umum adalah memperbaiiki kualitas hidup dan
memperpamjang usia, meliputi:
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi
akut
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati
• Natrium
– Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu <2300 mg perhari
– Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual
– Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium
nitrit.
Serat
Dianjurkan mengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat.
Konsumsi serat yang dianjuran adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai
sumber bahan makanan
Pemanis alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake/ADI)
Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak
berkalori
Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol (mis: isomalt,
lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol) dan fruktosa.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat
meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti
buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium,
sukralose, neotame.
.
Kebutuhan Kalori
• Kebutuhan kalori basal: 25-30 kal/kgBB ideal.
– Klasifikasi IMT*
o BB Kurang <18,5
o BB Normal 18,5-22,9
o BB Lebih ≥23,0
◊ Dengan risiko 23,0-24,9
◊ Obes I 25,0-29,9
◊ Obes II ≥30
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :
• Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
• Umur
o Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap
dekade antara 40 dan 59 tahun.
o Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.
o Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.
• Berat Badan
o Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-30%
tergantung kepada tingkat kegemukan.
o Penyandang DM kurus, kebutuhan kaloriditambah sekitar 20-30% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
o Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit1000-1200 kal perhari untuk
wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.
• Makan dibagi dalam 3 porsi besar makan pagi (20%), siang (30%), dan
sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya.
Latihan Jasmani
• Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalampengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati.
• Secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih
dari 2 hari berturut-turut
• Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani.
• Apabilakadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk
menunda latihan jasmani.
• Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
• Pada penderita DM tanpa kontraindikasi dianjurkan juga melakukan
resistance training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu (A) sesuai dengan
petunjuk dokter
Terapi Farmakologis
• Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama adalah
hipoglikemia dan peningkatan berat badan. (hati2 pada orang dg
resiko hipoglikemia)
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Diserap dg cepat dan diekskresi dg cepat, dapat hip[erglikemia post-
prandial dg resiko hipoglikemia lebih kecil dibandingkan sulfonilurea.
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan
perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2
Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (GFR 30-60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan
pada beberapa keadaan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73 m2, adanya
gangguan hati berat
Tiazolidindion (TZD).
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated
Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat
antara lain di sel otot, lemak, dan hati
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer
Tiazolidindion meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga
dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat
edema/retensi cairan.
C.Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan:
Penghambat Alfa Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada keadaan:
GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat, irritable bowel
syndrome. Efek samping yang mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan
gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan flatus.
Guna mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan dosis kecil.
Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.
• Insulin
– Kerja cepat
– Kerja pendek
– Kerja menengah
– Kerja panjang
– Kerja ultra panjang
• GLP-1 agonis
Indikasi pemberian insulin
Hipoglikemia
• kadar gula darah terlalu rendah (<60 mg/dl)
Koma ketoasidosis
• akibat kadar gula darah terlalu tinggi (300-600 mg/dl)
disertai tanda dan gejala asidosis
SHH (Status Hiperglikemik Hiperosmolar)
• akibat kadar gula sangat tinggi (600-1200 mg/dl) tanpa
adanya tanda dan gejala asidosis
Komplikasi Kronis DM Tipe 2
Mikroangiopati
• Akibat penyumbatan pembuluh darah kecil
• Retinopati diabetika kebutaan
• Nefropati diabetika gagal ginjal
• Hiperglikemia merupakan faktor prediksi mikroangiopati
Makroangiopati
• Aterosklerosis pada pembuluh darah besar
• Tidak spesifik untuk DM, tapi timbul lebih cepat, sering &
lebih serius
• Penyakit Jantung Koroner, stroke, gangren
• Hiperinsulinemia merupakan faktor prediksi makroangiopati
Komplikasi Kronik Tipe 2
MIKROangiopati MAKROangiopati
Retinopati
Diabetikum Stroke
2-4 kali meningkat
Penyebab utama mortalitas
Kebutaan pada kardiovaskular dan
dewasa1,2 stroke5
Nefrropati
Penyakit
Diabetikum
Kardiovaskular
Penyebab 8/10 pasien dengan
utama diabetes meninggal
end-stage akibat kejadian
renal disease3,4 kardiovaskular6
Neuropati
Diabetikum
Menyebabkan Peripheral Arterial
amputasi Disease
tungkai bawah
1UK Prospective Diabetes Study Group. Diabetes Res 1990; 13:1–11. 2Fong DS, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S99–S102. 3The Hypertension in
Diabetes Study Group. J Hypertens 1993; 11:309–317. 4Molitch ME, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S94–S98. 5Kannel WB, et al. Am Heart J 1990;
120:672–676.
6Gray RP & Yudkin JS. Cardiovascular disease in diabetes mellitus. In Textbook of Diabetes 2nd Edition, 1997. Blackwell Sciences. 7King’s Fund. Counting
8
Komplikasi Kronik DM Tipe 2 di
Indonesia1
Retinopathy
Neuropathy
Proteinuria
Dialysis
Foot ulcer
Amputation
Angina
Myocard infarc
Heart failure
Stroke
Peripheral VD
Keluhan khas
Polidipsi
Poliuria
Polipaghi Diabetes
Penurunan BB
Melitus
+
Sekali pemeriksaan
Gula darah puasa ≥126 mg/dl
atau
Gula darh sewaktu ≥ 200 mfg/dl
ATAU
Keluhan tidak khas :
1. Lemah
2. Kesemutan
3. Mata kabur
4. Gatal-2 kemaluan
5. Impotensia
+ Diabetes Melitus
Dua kali pemeriksaan
Gula Darah Puasa 126
atau
Gula Darah Sewaktu 200
Prinsip Dasar Pengelolaan DM Tipe 21
1 3
2 4
TERAPI
NUTRISI FARMAKOLOGI
termasuk Insulin
1. Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 Perkeni 2015