Ak
Universitas Islam Malang
2016
Utang perusahaan merupakan kewajiban kepada
pihak lain yang timbul dari kegiatan utama
perusahaan.
Klasifikasi liabilitas dimaksudkan untuk
kepentingan mengukur tingkat likuiditas
perusahaan, yaitu tingkat kemampuan
perusahaan untuk menjalankan aktivitas usaha
tanpa kesulitan pendanaan.
Liabilitas dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu:
1. Liabilitas jangka pendek
2. Liabilitas jangka panjang
Liabilitas dapat pula ditinjau dari sudut nilai,
yaitu:
Jumlahnya telah pasti atau jumlahnya
merupakan taksiran.
Contoh: utang dagang, wesel bayar
Status liabilitasnya telah pasti, tetapi
kepastian yang menimbulkan liabilitas sangat
bergantung pada peristiwa masa mendatang.
Contoh: perusahaan dituntut di muka
pengadilan untuk membayar ganti rugi yang
sangat bergantung pada putusan pengadilan.
Dalam laporan posisi keuangan (neraca) termasuk
dalam liabilitas meliputi:
1. Utang dagang dan terutang lain
2. Liabilitas keuangan
3. Liabilitas dan aset untuk pajak kini (perhatikan
definisi pajak kini dalam PSAK 46)
4. Liabilitas dan aset pajak tangguhan (perhatikan
PSAK 46)
5. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009).
Setiap entitas yang akan melakukan
pengembangan usaha akan selalu
memikirkan bagaimana cara mendapatkan
sumber pendanaannya. Salah satu sumber
pendanaan yang dapat digunakan entitas
dengan melalui utang bank.
Utang bank akan memiliki proses yang berbeda
pada sisi perpajakan akan muncul jika entitas
tersebut memiliki deposito. Pembahasan kali
ini didasarkan pada Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-46/PJ.4/1995.
Pada entitas yang memiliki utang bank akan
memiliki kewajiban untuk membayar bunga
pinjaman. Biaya bunga ini dapat dijadikan
sebagai biaya pengurang objek pajak
penghasilan. Namun, jika entitas memiliki
deposito yang sumber pendanaannya dari
hutang bank. Hal ini akan membuat
perlakukan khusus atas biaya bunga
pinjaman bank yang diperkenankan secara
pajak.
Menurut ketentuan perpajakan terdapat beberapa
kategori yang akan terjadi pada biaya bunga
pinjaman dalam perhitungan pajak penghasilan
entitas. Kategori ini hanya digunakan dalam
perhitungan pajak penghasilan dan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Biaya Bunga Pinjaman Bank Diperbolehkan
dengan Jumlah Tertentu
Biaya bunga pinjaman diperbolehkan secara
perpajakan dengan jumlah tertentu dengan
syarat jumlah rata-rata utang bank lebih besar
dibandingkan dengan jumlah rata-rata deposito
yang dimiliki. Oleh karena itu biaya bunga atas
pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya
adalah bunga yang dibayar atau terutang atas
rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-
rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
berjangka atau tabungan lainnya.
Contoh :
PT Tora menerima pinjaman bank pada bulan
Januari 2014 sebesar Rp 24.000.000.000,00
dengan biaya bunga pinjaman sebesar 11%
per tahun. Pada waktu yang sama perusahaan
menempatkan dananya pada investasi
deposito sebesar Rp 9.000.000.000,00. Jadi
berapakah biaya bunga pinjaman yang
diperkenankan menurut perpajakan?
Pertama (Menghitung Jumlah Rata-Rata Utang Bank
Setahun):
Jumlah Rata-Rata Utang Bank = Total Pinjaman : Masa Pinjaman
= Rp 24.000.000.000,00 : 12 Bulan
= Rp 2.000.000.000,00