Anda di halaman 1dari 12

LEARNING ISSUES

MILA DIANA L N
30901602081
1. Pathway dan patofisiologi
2.Penatalaksanaan medis dan
keperawatan stroke
 Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar
daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal
difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /
memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
 Pengobatan
1. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase
akut.
2. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
3. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
 Kontrol Tekanan Darah
 Kontrol tekanan darah dengan cara menurunkan tekanan darah 15-20% bila tekanan darah >180/>120 mmHg,
MAP >130 mmHg, dan bertambahnya volume darah di intrakranial. Kontrol tekanan darah ini pada kondisi akut
(24 jam pertama) sebaiknya dilakukan secara bertahap. Penurunan tekanan darah sistolik <140 mmHG ditemukan
tidak memiliki manfaat dan bahkan menunjukkan tanda-tanda kerugian. [36,37]
 Penanganan Tekanan Tinggi Intrakranial
 Penanganan tekanan tinggi intrakranial dapat menggunakan mannitol bolus IV 0,25-1 gram / kg berat badan per
30 menit, dan dilanjutkan dengan 0.25 gram/kg berat badan per 30 menit selama 3-5 hari.
 Penanganan juga dapat dilakukan dengan pembedahan. Tindakan bedah dilakukan dengan mempertimbangkan usia
pasien dan letak perdarahan. Sebuah meta analisis mengenai penatalaksanaan bedah pada perdarahan intraserebral
supratentorial spontan menunjukkan hasil yang baik apabila operasi dilakukan 8 jam saat iktus, hematoma 20-50
mL, Glasgow Coma Scale 9-12, dan usia pasien 50-69 tahun. Pasien dengan hematoma tanpa perdarahan
intraventrikular dapat dilakukan tindakan bedah. [39-42]
 Head Position in Stroke Trial (HeadpoST) merupakan studi untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara posisi
kepala ≥30o dengan posisi kepala terbaring pada pasien dengan stroke. Penelitian ini dilakukan pada 11000 pasien
di 114 rumah sakit di 9 negara. Pada penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan keluaran pada kedua
posisi kepala, akan tetapi pasien lebih nyaman apabila pada posisi ≥30o. [43]
 Penanganan Kejang
 Penanganan kejang dapat menggunakan diazepam 5-20 mg iv. Tata laksana untuk keluhan umum lainnya sama
dengan stroke iskemik.[6,30]
 Rehabilitasi
 Pada pasien dengan stroke, dibutuhkan unit khusus yang terdiri berbagai disiplin ilmu untuk keluaran pasien yang
lebih baik. Terapi rehabilitasi ini dapat terdiri dari terapi bicara, fisioterapi, konseling psikologi, dan terapi okupasi.
Anggota tim tersebut harus meliputi, dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, terapis okupasi, fisioterapis, dan
terapis bicara dan bahasa
3. Askep dari scenario
Data Fokus Problem Etiologi
Ds : keluarga klien Hambatan mobilitas fisik Intoleran aktivitas
mengatakan bahwa
separuh anggota gerak
kanan mengalami
kelemahan.
Do : KU lemah, GCS
E3VafasiaM5, klien
mengalami gangguan
menelan, kekuatan otot
2222/5555
Intervensi :
 Perawatan tirah baring
 Peningkatan latihan ; latihan kekuatan
 Terapi latihan ; pergerakan sendi
 Manajemen nyeri
 Bantuan perawatan diri ; IADL
 Manajemen pengobatan
 Manajemen neurologi
 Relaksasi otot progresif
4.Pemeriksaan penunjang
 Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular.
 Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
 CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
 MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
 EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
5. Klasifikasi stroke
 . Pada stroke iskemik, gangguan fungsi otak disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah ke otak karena proses penyempitan
maupun sumbatan.
 Pada stroke perdarahan dapat terjadi di dalam jaringan otak,
maupun di dalam ruang subaraknoid.Yang disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah.
 Tiga faktor yang menjadi penyebab utama stroke hemoragik,
yaitu:
(1) kelainan struktur dari pembuluh darah otak,
(2) faktor hipertensi
(3) faktor pembekuan.
6. What is risk faktor of stroke
 Faktor resiko pada stroke adalah
 Hipertensi
 Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
 Kolesterol tinggi, obesitas
 Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
 Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
 Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan kadar estrogen tinggi)
 Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
7. Bagaimana peran perawat merawat
lansia yang mengalami stroke
 Memahami kondisi pasien
 Mengurangi resiko penyakit lainnya
 Mengedukasi pasien akan resiko stroke
 Komunikasi dengan keluarga
 Mengajarkan ROM
8. GCS E3

Anda mungkin juga menyukai