Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP

KANDUNGAN TOTAL FENOLIK, AKTIFITAS


ANTIOKSIDANDAN TOKSISITAS EKSTRAK BUAH
CIPLUKAN (Physalis angulata L)
Disusun oleh kelompok 1
Annisa ramadhani
Desi romauli sinaga
Jaidah muharrimah
Nova ulina sitohang
Abstrak
• Tanaman ciplukan merupakan salah satu kearifan lokal yang
dipercaya dapat menjaga dan mengobati berbagai penyakit,
seperti Diabetes mellitus dan memiliki potensi sebagai
pangan fungsional. Ciplukan mengandung komponen
bioaktif,dimana proses ekstraksi dan penggunaan jenis
pelarut memainkan peranan penting.
• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
pengaruh jenis pelarut terhadap kandungan total fenolik,
aktifitas antioksidan dan toksisitas ekstrak buah ciplukan
(Physalis angulataL.).
• Desain eksperimental menggunakan rancangan acak
lengkap(RAL)denganmenggunakan3 pelarut yang berbeda,
yaitu: etanol 70%(a1), etil asetat(a2), dan n-heksana(a3),
dengan6 replikasi.
Pendahuluan
• Fitokimia merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder
tanaman (metabolit sekunder). Sebagai senyawa aktif, fitokimia
memiliki sifat toksik pada pemberian dengan dosis kuat pada
manusia,Sehingga diperlukan uji toksisitas.
• Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu
zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon
yang khas dari sediaan uji (BPOM RI, 2014). Salah satu metode awal
yang sering digunakan untuk mengamati toksisitas ekstrak dari
tanaman adalah Brine Shrimp Lethality Test(BSLT).
• Proses ekstraksi perlu memperhatikan jenis senyawa yang
diinginkan,kelarutan dan kepolaran dari pelarut yang digunakan.
Agar senyawa yang diinginkan dapat diekstraksi secara
optimal,ekstraksi biasanya menggunakan berbagai jenis pelarut
dengan polaritas berbeda.
• Hal ini bertujuan untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder
(Lisdawati et al.,2006). Dengan menggunakan pelarut yang berbeda
kelarutannya, diharapkan dapatdipelajaribagaimana
pengaruhjenispelarut terhadap kandungan total fenolik, aktifitas
antioksidan dan toksisitas dari ekstrak buah ciplukan.
Metode penelitian
• Bahan-bahan - H2SO4pekat
- Tanaman ciplukan (Physalis - CH3COOH anhidrat
angulataL.) - asam galat
- etanol 70% - larutan sodium carbonate (Na2CO3)
- etil asetatn-heksan 2%
- Aquadest - larutan folin cioceltaeu
- larutan FeCl 31% - larutan alumunium klorida (AlCl3)
- larutan asam asetat glacial - kuersetin,
- larutan asam sulfat - 1,1-diphenyl-2-pikrylhydrazyl (DPPH)
- serbuk Mg - Metanol
- HCl pekat - telur larva udang kering (Artemia
- HCl 2 N salinaLeach)
- pereaksi Bouchardart (KI dan HgCl2) - dan air laut
- pereaksi Meyer (KI dan bismuth (III)
nitrat)
- dietil eter
• Alat-alat yang digunakan pada • Alat-alat yang digunakan
penelitian ini diantaranya untuk analisis diantaranya
– neraca analitik • neraca analitik,
– botol timbang • mikropipet ukuran 1.000 μL
– erlenmeyer 500 mL dan 350 dan 10-200 μL
mL • tabung reaksi
– Corong • labu ukur 100 mL dan 10 mL
– kertas saring kasar • spektrofotometer
– penguap vakum berputar (Shimadzu® UV-1800)
– pengering rak • Kuvet
– dan labu penguap. • vial
• botol air mineral 1,5 L,
• aerator
• Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut
terhadap karakteristik fitokimia dan toksisitas ekstrak ciplukan.
• Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu jenis pelarut yang
terdiri dari 3 taraf, yaitua 1etanol 70%, 2-etil asetat, a3n-heksan dengan 6
kali ulangan sehingga didapatkan 18 satuan percobaan.
• Serbuk buah ciplukan, sebagai bagian terpilih dari penelitian
pendahuluan, diekstraksi secara maserasi selama 3x24 jam menggunakan
pelarut etanol 70%, etil asetat, dan n-heksan dengan perbandingan
serbuk : pelarut 1:10 (b/v) dan selama itu dilakukan pergantian pelarut
yang sama dengan jumlah yang sama.
• Kemudian ekstrak yang didapat diuapkan pelarutnya menggunakan
evaporator sehingga didapatkan ekstrak kering. Selanjutnya masing-
masing ekstrak dilakukan pengujian diantaranya:
• Rendemen
Rendemen ekstrak dihitung dengan perbandingan ekstrak ciplukan yang
diperoleh (mg) dengan berat sampel ciplukan (mg) dikalikan 100%
• Total Fenolik (Iwansyah et al., 2016, dengan modifikasi)
Sebanyak 50 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest
dalam labu takar 10 mL. Ekstrak buah ciplukan (0,1 mL)
ditambahkanakuades (2,8 mL)dan natrium karbonat (2%, 2mL) dalam
test tubedan didiamkan selama 4 menit. Setelah didiamkan, kemudian
ditambahkan 0,1 mL larutan Folin-Cioceltaeu dan didiamkan selama 30
menit. Lalu diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 760 nm. Total fenol ekstrak dinyatakan sebagai
milligram (mg) asam galat ekuivalen per gram bobot ekstrak (GAE mg/g
ekstrak buah). Sebagai standar digunakan asam galat.
• Total flavonoid (Muaja et al., 2013, dengan modifikasi)
Sebanyak 50 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest
dalam labu takar 10 mL. Ekstak buah ciplukan (1 mL) ditambahkan
larutan alumunium klorida ( 2%, 2 mL),yang telah dilarutkan dalam
methanol terlebih dahulu, dihomogenisasi, kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 415 nm. Kuersetin digunakan sebagai standar. Kandungan
total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/g
ekstrak.
• Aktifitasantioksidan (Iwansyah et al., 2016, dengan modifikasi)
Ekstrak ciplukan (50 mg )ditambahkan akuades (50mL) ke dalam labutakar 50
mL , dihomogenisasi sehingga diperole kelarutan induk sebesar 1.000 μg/mL.
Dari larutan induk tersebut dilakukan pengenceran ke dalam beberapa
kosentrasi 0; 25; 50; 100; 200; dan 500 μg/mL. Diambil sampel sebanyak 1 mL
dari tiap konsentrasi ke dalam test tube dan ditambahkan 3 mL larutan DPPH
metanolik 0,004% kemudian didiamkan selama 30 menit di area gelap.
Aktifitasantioksidan (IC50) diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 515 nm terhadap larutan DPPH tanpa sampel (blanko).

• Toksisitas (Sukandar et al., 2015, dengan modifikasi)


Sebanyak 25 mg ekstrak buah ciplukan matang ditimbang dan dilarutkan
dengan larutan metanol : akuades dengan rasio 1:1 (v/v). Ekstrak buah ciplukan
matang (1mL) kemudian ditambahkan air laut (25 mL) dalam labu takar 25
mL,sehingga didapatkan larutan induk sebesar 1.000 μg/mL. Dari larutan induk
tersebut dilakukan pengenceran ke dalam beberapa konsentrasi 0; 12,5; 25;
100; 500; dan 1.000 μg/mL dalam air laut. Sampel (2 mL)dari setiap
konsentrasi, dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 larva
udang berusia 24 jam, kemudian ditambahkan air laut sampai volume 5 mL.
Sampel uji dilakukan penyimpanan 24 jam, kemudian dilakukan pengamatan
terhadap sampel uji. Parameter pengamatan yaitu dengan perhitungan larva
hidup dan larva mati.
• Analisis data
Data disajikan dalam bentuk rataan ± standar
deviasi. Uji normalitas data dilakukan terlebih
dahulu, kemudian dianalisis menggunakan
analisis sidik ragam (ANOVA). Uji lanjut
perbandingan berganda Duncan dilakukan untuk
mengetahui perbedaan nyata rata anantar
variabel dengan galat (α=5%). Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan program
Microsoft Excel 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Rendemen
• Pada proses ekstraksi, pemilihan jenis pelarut dan
senyawa yang akan diekstrak merupakan hal
penting yang harus diperhatikan terutama
rendemen. Pengaruh jenis pelarut terhadap
rendemen ekstrak buah ciplukan matang disajikan
padaGambar 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Rendemen
Pada proses ekstraksi,
pemilihan jenis pelarut
dan senyawa yang akan
diekstrak merupakan hal
penting yang harus
diperhatikan terutama
rendemen. Pengaruh
jenis pelarut terhadap
rendemen ekstrak buah
ciplukan matang disajikan
pada Gambar 2
menunjukkan bahwa jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap
rendemen, total fenol, total flavonoid, aktifitasantioksidan, dan
toksisitas dariekstrak buah matang ciplukan (P<0,05).
Berdasarkan uji lanjut Duncan menunjukan bahwa ekstrak etanol
70% (a1) memiliki rata-rata rendemen lebih tinggi (20,75%)
dibandingkan ekstrak etil asetat (a2) dan ekstrak n-heksan (a3).
Hal tersebut dikarenakan pelarut etanol memiliki polaritas yang
tinggi sehingga dapat menghasilkan rendemen lebih banyak
dibandingkan pelarut lainnya.Menurut Azis et al.(2014), pelarut
etanol memiliki dua sisi yang terdiri dari gugus –OH yang bersifat
polar dan gugus CH2CH3yang bersifat non polar sehingga dapat
mengekstrak senyawa aktif baik dari golongan polar maupun non
polar
Total fenolik, total flavonoid dan aktifitasantioksidanPengaruh jenis pelarut
terhadap total fenolik, total flavonoid dan aktifitasantioksidan ekstrak buah
ciplukan matang dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2.Total fenolik, total
flavonoid dan aktifitasantioksidan ekstrak buah ciplukan
• Toksisitas (BSLT assay)
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek
toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk
memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan
uji.Menurut Layyina (2014), tingkat toksisitas ditentukan
dengan mengevaluasi nilai konsentrasi mematikan 50%
(LC50). Nilai LC50 adalah konsentrasi suatu zat yang
dinyatakan dalam μg/mL media uji yang dapat
menyebabkan 50% kematian pada binatang percobaan
dari suatu kelompok spesies setelah binatang percobaan
tersebut terpapar dalam waktu tertentu (Cahyono,
2004). Salah satu metode untuk uji toksisitas adalah
Brine Shrimp Lethality Test(BSLT).Pengaruh jenis pelarut
terhadap toksisitas ekstrak buah ciplukan matang
disajikan pada Tabel 3.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh
kesimpulan bahwa jenis pelarut berpengaruh
terhadap karakteristik fitokimia dan toksisitas
dari ekstrak ciplukan (Physalis angulataL.) dan
pelarut yang terpilih adalah etanol 70%.

Anda mungkin juga menyukai