Anda di halaman 1dari 1

Pengaruh Berbagai Interval Pembatasan Waktu Makan

Pada Kadar Insulin Serum dan Jumlah Sel di Pulau Langerhans Pankreas
Tikus Wistar Jantan dengan Diet Atherogenik
Muhammad Sholihuddin1, Yoyon Arif Martino2, Rahma Triliana2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

Pendahuluan
Diet atherogenik dapat mengubah profil lipid sehingga memicu hiperlipidemia dan menyebabkan resistensi insulin yang menimbulkan hiperglikemia.
Hiperglikemia dapat meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta, dan dalam kondisi kronis mengakibatkan kematian sel beta sehingga jumlah sel di pulau
langerhans berkurang. Pembatasan waktu makan diketahui dapat mengatur kadar insulin serum dan memperbaiki jumlah sel di pulau langerhans. Namun, tipe
pembatasan waktu makan yang dapat mengatur efek ini belum diketahui.

Metode Penelitian Hasil


Kadar insulin serum kelompok pra perlakuan dan kontrol Kadar insulin serum kelompok perlakuan
Tikus Strain Wistar Jantan usia 5 minggu
160 150
140
120 140
100 130

ng/mL

ng/mL
Adaptasi dan Randomisasi 80
60 120
40 110
20
0 100
PRA PERLAKUAN KN KP KP KSK KDH KSH
Kelompok Penelitian Kelompok Penelitian
Diet Atherogenik (6 minggu) untuk Induksi
Hiperlipidemia Keterangan: Rerata hasil kadar insulin serum kelompok Keterangan: Rerata hasil kadar insulin serum Kontrol Positif (KP)
pra perlakuan (n=2) 98,90±44,83, Kontrol Negatif (KN) 135,93±29,84, Kelompok Senin Kamis (KSK) 121,13±15,65,
(n=6) 112,10±23,07, Kontrol Positif (KP) (n=6) Kelompok Dua Hari (KDH) 144,53±21,67, dan Kelompok Setiap Hari
135,93±29,48. Kadar insulin serum pada KN tidak berbeda (KSH) 137,17±13,69. kadar insulin serum pada KSK, KDH dan KSH
Diet Atherogenik dan perlakuan dalam individual cages (4 Minggu)
signifikan dibandingkan dengan KP. Kelompok pra tidak didapatkan perbedaan yang signifikan dibandingkan KP.
perlakuan tidak dilakukan uji statistik dengan KN atau KP
karena jumlah sampel hanya 2.

Kel. Pembatasan
Kontrol Positif Kel. Pembatasan Kel. Pembatasan
waktu makan
Kontrol Negatif (KP) : waktu makan Senin- waktu makan Dua
Setiap Hari
(KN): Kamis (KSK): Hari (KDH) :
Diet atherogenik (KSH) :
Diet standar 10 tanpa Diet atherogenik, Diet atherogenik,
Diet atherogenik,
minggu pembatasan pembatasan waktu pembatasan waktu PRA KP KSK
pembatasan waktu
(n = 6) waktu makan makan Senin-Kamis makan setiap dua
makan setiap hari
(n = 6) (n = 6) hari (n = 6)
(n =6)

Pembedahan Hewan Coba (Pengambilan Sampel Serum dan Jaringan Pankreas) KN KP KDH KSH

Keterangan: Gambaran sel di pulau langerhans kelompok pra Keterangan: Gambaran sel di pulau langerhans kelompok
perlakuan dan kontrol ( ) dengan pengecatan Hematoksilin- perlakuan ( ) dengan pengecatan Hematoksilin-Eosin dan diamati
Eosin dan diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 400x. dibawah mikroskop pada perbesaran 400x.
Pengiriman Sampel dan Jaringan ke Lab. Faal & PA UB)

Jumlah sel di pulau langerhans kelompok pra perlakuan dan kontrol Jumlah sel di pulau langerhans kelompok perlakuan
Pemeriksaan Lab (Serum Insulin dan Histologi Pankreas)
200 200
150 150
Jumlah Sel
Jumlah Sel

Interpretasi Hasil Pengamatan 100 100


50 50
0 0
PRA PERLAKUAN KN KP KP KSK KDH KSH
Kelompok Penelitian Kelompok Penelitian
Pembahasan
Keterangan: Rerata hasil jumlah sel di pulau langerhans Keterangan: Rerata hasil jumlah sel di pulau langerhans Kontrol
kelompok pra perlakuan (n=2) 149,50±41,72, Kontrol Positif (KP) 161,00±43,17, Kelompok Senin Kamis (KSK)
Rerata kadar insulin serum pada KP cenderung tinggi dibandingkan KN. Kadar insulin serum yang Negatif (KN) (n=6) 133,63±40,37, Kontrol Positif (KP) (n=6) 120,10±36,57, Kelompok Dua Hari (KDH) 126,00±42,09, dan
cenderung meningkat ini terjadi karena pemberian diet atherogenik yang dapat menyebabkan 161,00±43,17. jumlah sel di pulau langerhans pada KN tidak Kelompok Setiap Hari (KSH) 149,90±24,72. jumlah sel di pulau
hiperlipidemia, sehingga asam lemak dalam darah meningkat (Speakman, Hambly et al., 2008). Hal berbeda signifikan dibandingkan dengan KP. Kelompok pra langerhans pada KSK, KDH dan KSH tidak didapatkan perbedaan yang
perlakuan tidak dilakukan uji statistik dengan KN atau KP signifikan dibandingkan KP.
ini mengakibatkan peningkatan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar asam lemak darah
karena jumlah sampel hanya 2.
dalam batas normal (Sherwood, 2015). Keadaan hiperlipidemia juga diketahui dapat menyebabkan
terjadinya resistensi insulin yang menimbulkan hiperglikemia (Dewi, 2007, Karpe et al., 2011).
Hiperglikemia yang terjadi akan menyebabkan sel beta pankreas meningkatkan sintesa hormon
insulin untuk mempertahankan euglikemia (Miranda et al., 2005). Kadar insulin serum yang tinggi
pada KP tidak signifikan dengan KN karena kadar glukosa darah yang belum meningkat secara nyata Kesimpulan
dengan pemberian diet atherogenik selama 10 minggu (Siswandevi, 2017). Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan atau kecenderungan peningkatan kadar insulin serum KP lebih dominan karena Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
hiperlipidemia dan bukan hiperglikemia. • Pemberian diet atherogenik selama 10 minggu belum dapat merubah kadar insulin serum pada tikus wistar
jantan secara signifikan.
Rerata kadar insulin serum pada KDH dan KSH lebih tinggi dibandingkan KP, sedangkan pada
• Pemberian diet atherogenik selama 10 minggu belum dapat mempengaruhi jumlah sel di pulau langerhans
kelompok KSK cenderung lebih rendah dibandingkan KP. Perbedaan rerata kadar insulin serum
tikus wistar jantan.
kelompok perlakuan diduga terjadi akibat perbedaan pada rerata asupan makan dan berat badan.
• Pembatasan waktu makan Senin-Kamis, Dua Hari, dan Setiap Hari tidak berpengaruh secara signifikan
Tikus dengan berat badan berlebih dapat mengalami peningkatan asam lemak dalam darah, sehingga
terhadap kadar insulin serum dan jumlah sel di pulau langerhans tikus wistar jantan dengan diet atherogenik.
terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel beta untuk mempertahankan kadar asam lemak darah
dalam batas normal (Sherwood, 2015). Perlakuan pembatasan waktu makan akan menurunkan asupan
makan pada hewan coba, sehingga asam lemak tubuh berkurang (Murray et al., 2012). Keadaan ini
akan menurunkan kadar insulin dalam darah. Asam lemak dalam tubuh juga dapat mempengaruhi
adiponektin yang mengatur sensitivitas insulin. Namun adiponektin pada penelitian ini tidak diukur
sehingga efeknya tidak dapat diketahui secara pasti.
Referensi
pemberian diet atherogenik selama 10 minggu belum mampu menurunkan jumlah sel di pulau
langerhans. Kegagalan penurunan jumlah sel di pulau langerhans diduga karena nilai LDL yang Speakman, J., Hambly C., Mitchell S., and Krol E. 2008. The Contribution of Animal Models to the Study of
belum meningkat secara nyata dengan diet atherogenik selama 10 minggu (Unpublished data), Obesity. Laboratory Animals. 42(4): 413–432.
sehingga belum mempengaruhi jumlah sel di pulau langerhans. Penelitian Zeng et al., 2012 Dewi, M. 2007. Obesity Related Insulin Resistance: Endocrine and Cell Intrinsic Mechanism. Jurnal Gizi dan
menunjukkan bahwa fungsi sel beta pankreas pada individu akan menurun dengan kadar LDL yang Pangan. 2(2): 49 – 54.
tinggi. Peningkatan kadar LDL akan menurunkan sekresi insulin dengan menghambat proliferasi sel Karpe, F., Dickmann, J.R., and Frayn, K.N. 2011. Fatty Acids, Obesity, and Insulin Resistance: Time for a
beta pancreas (Zeng, 2012). Kelompok pra perlakuan dan KP cenderung memiliki jumlah sel di pulau Reevaluation. Diabetes. 60(10): 2441-2449.
langerhans yang tinggi dibandingkan KN. Hal ini diduga karena aktivitas proliferasi sel beta yang Miranda, P.J., Defronzo, R.A., Califf, R.M. and Guyton J.R. 2005. Metabolic Syndrome: Definition,
meningkat seiring dengan peningkatan asam lemak tubuh karena hyperlipidemia (Sherwood, 2015). Pathophysiology, and Mechanisms. American Journal. 149: 33-45.
Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan peningkatan jumlah sel di pulau langerhans kontrol Leibowitz, G., Yuli, M., Donath, M.Y., Nesher, R., Melloul, D., Gross, D.J., Cerasi, E. And Kaiser, N. 2001. Beta-
positif (KP) disebabkan oleh hiperlipidemia. Cell Glucotoxicity in the Psammomys Obesus Model of Type 2 Diabetes. American Diabetes Association. 50(1):
113.
Pada perlakuan interval pembatasan waktu makan tidak menunjukkan perubahan jumlah sel di pulau Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwel, 2012. Biokimia Harper. Jakarta. ECG.
langerhans yang signifikan pada semua kelompok perlakuan dibandingkan KP. Penurunan rerata Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor Edisi
jumlah sel di pulau langerhans dari yang terendah adalah KSK, KDH dan KSH. Jumlah sel di pulau Bahasa Indonesia: Herman Octavius Ong, Albertus Agung Mahode, Dian Ramadhani. Penerbit Buku Kedokteran.
langerhans yang cenderung rendah pada semua kelompok perlakuan diduga karena perubahan profil EGC. Jakarta.
lipid yang terkontrol akibat adanya pembatasan waktu makan, sehingga asam lemak bebas yang Siswandevi, N.A. 2017. Pengaruh Berbagai Interval Pembatasan Waktu Makan terhadap Kadar Glukosa Darah dan
meningkat dalam darah dapat dikendalikan. Keadaan ini menyebabkan penurunan aktivitas proliferasi Kadar IGF-1 Serum Tikus Wistar Jantan Dengan Diet Atherogenik. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
sel beta (Sherwood, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan jumlah sel di pulau Malang.
langerhans yang rendah pada semua kelompok perlakuan disebabkan oleh hiperlipidemia yang sudah Zheng, T., Gao, Y., and Tian, H. 2012. Relationship between Blood Lipid Profiles and Pancreatic Islet A-Cell
bisa dikendalikan. Perbedaan rerata jumlah sel di pulau langerhans kelompok perlakuan terjadi akibat Function in Chinese Men and Women with Normal Glucose Tolerance: Across-Sectional Study. BMC Public Health.
tipe berbagai interval pembatasan waktu makan yang dilakukan. Interval pembatasan waktu makan 12: 634.
akan menurunkan asupan makan, sehingga menimbulkan efek pada aktivitas sel di pulau langerhans
untuk mengatur metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Sherwood, 2015).

Anda mungkin juga menyukai