Anda di halaman 1dari 10

Secara etimologis berasal dari kata :

AHLU(N) = kaum, keluarga, golongan


ASSUNNAH = segala hal yg datang dari Nabi saw, baik
berupa ucapan, sikap, kebiasaan, tindakan, ataupun
persetujuan.
WA = dan
AL-JAMA’AH = kumpulan, atau kelompok

Secara terminologis, berasal dari beberapa hadits Nabi yg


menjelaskan makna ASWAJA dg istilah : “Maa Ana ‘Alaihi al-
yauma wa Ashaabii” = apa-apa yang aku berada di atasnya
sekarang dan (apa yang diamalkan) para sahabatku
Hadits-hadits yg dikutip dr kitab “Al Qaul al
Musyaddad Fidz Dzabbi ‘An Musnadi Ahmad”
al.: Nabi bersabda:
. . . Dan ummatku akan terpecah menjadi 73
golongan, dari 73 golongan itu hanya satu yg
selamat sedang yg lainnya celaka, ditanyakan
(kepada beliau) siapakah golongan yg
selamat itu?, beliau menjawab “Ahlussunnah
wal Jama’ah”, ditanyakan lagi “apakah
Assunnah wal Jama’ah itu?, beliau menjawab
“Maa Ana ‘Alaihi al-yauma wa Ashaabii”
Analisis :
As-sunnah = segala yg datang dari Nabi,
Meskipun as-Sunnah bukan Al-Qur’an, tetapi hakikatnya
juga bersumber dari wahyu Allah.
seorang Nabi, tidak pernah sedikitpun berbeda dg Al-
Qur’an, dan tidak berbicara berdasarkan dorongan
hawa nafsunya, setiap ucapan, sikap maupun
tindakannya pasti berdasar wahyu dari Allah.
(‫وما ينطق عن الوى * إن هو إل وحي يوحى )النجم‬
Dan tiadalah mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa
nafsunya, tiada lain ucapannya itu kecuali wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)

> AHLUSSUNNAH = pasti AHLUL QUR’AN


QS an Nahl, ayat 44 :
‫وأنزلنا إليك الذكر لتبي للناس ما نزل إليهم‬
Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikraa (al Qur’an)
agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa-
apa yang diturunkan kepada mereka.

Al-Qur’an tidak berdiri sendiri, tetapi selalu


berdampingan dg Hadits (sunnah)

‫تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب هللا‬


‫وسنتى‬
Aku tinggalkan kepada kalian dua hal yg kalian tidak akan
tersesat kalau mengikutinya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku (HR. Hakim).

Tidak boleh menafsirkan Al Qur’an tanpa dasar hadits


Rasul, sebab hak utk memberi tafsir thd Al Qur’an hanya
ada pd Rasulullah saw.
Al Jama’ah = kumpulan,
yg dimaksud adalah kumpulan para sahabat terutama
sahabat terkemuka.
Mereka adalah orang-orang yg melihat dan mendengar
langsung suatu hadits sekaligus menghayati hal-hal yg
tersirat dlm hadits tsb.
Karena :
Mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu hadits
(asbabul wurud)
Mengatahui situasi pd saat sebuah hadits disampaikan
Mengetahui hubungan antara satu hadits dg hadits
lain atau dg Al Qur’an

Penghayatan para sahabat (atsar) merup dasar


pertimbangan utk menyimpulkan suatu pendapat
tentang sebuah hadits.
Otoritas Tasyri’ (penetapan Syari’at) hanya ada pd
Rasulullah, tetapi dlm hal Tathbiq (penerapan Syari’at)
para sahabatlah pelakunya.
Penghayatan para sahabat bukan sumber hukum seperti
Al-Qur’an dan Hadits, tetapi utk memahami implementasi
kedua sumber hukum tsb tidak mungkin mengabaikan
penghayatan sahabat.
Rasulullah juga merekomendasi kpd ummatnya agar
mengikuti sunnah beliau sendiri dan sunnah para
sahabatnya.

‫عليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين الهديين‬


Hendaknya (wajib bagi) kalian mengikuti sunnah-
sunnahku dan sunnah para Khulafa’ al-Rasyidin (HR. Abu
Dawud)
Pemaknaan AHLUSSUNNAH WAL
JAMA’AH Adalah :
Golongan yg selalu berusaha
berada pd garis kebenaran
seperti yg diajarkan dlm sunnah-
sunnah Nabi dan penghayatan
serta praktek pengamalannya
oleh para sahabat beliau.
1. Istilah tsb sudah dinyatakan oleh Rasulullah sendiri,
(berdasar hadits-hadits yg telah disebutkan)

2. Istilah tsb baru ada pada tahun 40-41 hijriyah, pd


saat terjadinya penyatuan pemerintahan Islam yg
disebut ‘Aamul Jama’ah” (Hasan bin Ali
menyerahkan kepemimpinan pemerintahan kepada
Mu’awiyah)

3. Istilah tsb baru muncul pd akhir abad ke 3 Hijriyah,


pd saat adanya usaha-usaha pemurnian kembali
‘aqidah Islamiyah oleh tokoh-tokoh tauhid (Abu
Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al- Maturidy).

Anda mungkin juga menyukai