Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KUSTA
Standar Kompetensi 4A
Peserta
didik
mampu memahami
Penyakit kusta
1. Peserta didik mampu menjelaskan definisi,
epidemiologi dan patogenesis Kusta
2. Peserta didik mampu menjelaskan gejala klinis
Kusta
3. Peserta didik mampu menjelaskan pemeriksaan
penunjang diagnosis dan diagnosis banding Kusta
4. Peserta didik mampu menjelaskan pengobatan
Kusta
5. Peserta didik mampu menjelaskan prognosis
Kusta
6. Peserta didik mampu menjelaskan komplikasi
Kusta
Pendahuluan

Definisi
Kusta (leprosy atau morbus hansen)
adalah penyakit infeksi kronis
granulomatosa yang disebabkan
oleh Mycobacterium leprae
(M.leprae) yang menyerang kulit
dan saraf perifer
Pendahuluan

Saraf perifer
Kulit

Leprosy/ Mata
Kusta/ Sal.napas
M. leprae
Morbus Limfonodus
Otot
Hansen Tulang
Testis

Susunan
saraf pusat
 M.leprae pertama kali ditemukan
o/ G.A.Hansen 1895
Masa tunas  umumnya 2 - 4 thn
(40 hari - 40 thn)
 Transmisi belum diketahui pasti
 kulit, sal. napas, sal. cerna
 Sebagian besar infeksi subklinis
 sembuh spontan
 Tipe ditentukan  imunitas
seluler
 Insiden: sekitar 250,000–500,000
kasus baru pertahun di seluruh dunia
 Indonesia termasuk negara dengan
kasus kusta yang cukup tinggi setelah
India dan Brasil
 Sulawasi selatan salah satu dari 12
propinsi dengan kasus kusta yang
cukup tinggi dan belum mencapai
eliminasi
GEJALA KLINIS

1. Lesi kulit
• Bercak hipopigmentasi atau eritema
yang mati rasa (anestesi) atau kurang
rasa (hipestesi)
• Penebalan saraf tepi
• Gangguan berkeringat, kulit kering,
tidak berambut
• Madarosis (alis rontok)
• Raba : ukuran, konsistensi, nyeri 
bandingkan kanan-kiri
• Penebalan saraf tepi : N.aurikularis,
N. magnus, N.ulnaris, N.radialis,
N.medianus, N. peroneus komunis
& N. tibialis posterior
 Penurunansensibilitas
terhadap rangsang raba
halus (kapas), rasa nyeri
tusuk (jarum), rasa suhu
(panas & dingin)
 Membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan pengobatan
 Tempat yang padat kuman : cuping
telinga bagian bawah kiri – kanan dan
lesi yang paling aktif (paling eritem &
infiltratif)
• Pewarnaan HE : Atrofi epidermis, granuloma
mengikuti saraf dan adneksa, gambaran
sesuai masing-masing tipe
• Pewarnaan Fite Faraco : basil tahan asam
• Anamnesis, gejala klinis, bakterioskopis,
histopatologis, imunologis
• Cardinal sign:
1. Hilang rasa (anastesi).
2. Pembesaran saraf tepi.
3. Lesi kulit yang khas.
 4. Adanya M.leprae pada sediaan hapus
kulit.
Diagnosis Berdasarkan
Klasifikasi WHO

Tanda Utama PB MB
Lesi kulit kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5

Penebalan fungsi saraf Hanya satu saraf > satu saraf


tepi yang disertai ggn
fungsi
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
 Tipe Tuberkuloid (TT)
 Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
 Tipe Indeterminate (I)
 Tipe Midborderline (BB)
 Tipe Borderline Lepromatosa (BL)
 Tipe Lepromatosa (LL)
 Tipe Indeterminate (I)
 Tipe Tuberkuloid (T)
 Tipe Borderline-Dimorphous (B)
 Tipe Lepromatosa (L)
 Pityriasis Versikolor

 Vitiligo
 Pityriasis Alba

 Tinea
Dosis MDT pausibasiler (PB) untuk dewasa
 Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
diminum di depan petugas).
2 kapsul rifampisin 300 mg (600 mg)
1 tablet dapson/DDS 100 mg
 Pengobatan harian: hari ke 2-28.
1 tablet dapson/DDS 100 mg .
 Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister
yang diminum selama 6-9 bulan
Dosis MDT multibasiler (MB) untuk dewasa
 Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
diminum di depan petugas)
2 kapsul rifampisin @300 mg (600 mg)
3 tablet lampren @100 mg (300 mg)
1 tablet dapson/DDS 100 mg
 Pengobatan harian hari ke 2-28
1 tablet lampren 50 m
1 tablet dapson/DDS 100 mg
 Satu blister untuk 1bulan. Dibutuhkan 12
blister yang diminum selama 12-18 bulan.
 Cacat pada tangan dan kaki (termasuk ulserasi, absorbs, mutilasi, kontraktur)

No Derajat Gangguan sensibilitas Kerusakan


atau deformitas yang terlihat
1. Tingkat 0 - -
2. Tingkat 1 √ -
3. Tingkat 2 √ √

 Cacat pada mata (termasuk anastesi kornea, iridosiklitis dan lagoftalmus)

No Derajat Kelainan/kerusakan pada mata Visus

1. Tingkat 0 - -

2. Tingkat 1 Ada, Tidak terlihat Sedikit berkurang

3. Tingkat 2 Ada, Terlihat (lagoftalmus, iritis, Sangat terganggu


kekeruhan kornea)

26
Apabila diagnosis dan terapi
dini tidak dilakukan maka
dapat menyebabkan komplikasi
kecacatan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai