SPTK Jiwa
SPTK Jiwa
DAN HALUSINASI
KELOMPOK 3
PERILAKU KEKERASAN
S e h i n g g a Te r b a g i M e n j a d i R e n t a n g A d a p t i f S a m p a i M a l a d a p t i f .
TINGKATAN PERILAKU KEKERASAN
Ringan
Pasien belum melakukan kekerasal verbal tetapi sudah
menunjukkan kekerasan emosional hanya sebatas intimidasi
terhadap orang lain seperti mata melotot, melihat dengan
pandangan yang tajam atau mengepalkan tangan
Menengah
Perilaku kekerasan yang sudah dilakukan pasien tetapi
tidak mengakibatkan cedera yang berarti seperti memukul
tetapi dengan jenis pukulan yang tidak terlalu keras
Berat
Perilaku kekerasan yang benar-benar dilakukan pasien
dengan gangguan jiwa dalam intensitas yang berat seperti
perilaku yang mengakibatkan cedera serius pada orang yang
diserang.
TANDA GEJALA PERILAKU KEKERASAN
Secara fisik
Muka merah dan tegang, Pandangan tajam, Nafas
pendek, Berkeringat, Otot tegang, mengatup rahang
dengan kuat, Mengepalkan tangan, Jalan mondar –
mandir, Suara tinggi, menjerit atau berteriak,
Memukul atau melepar jika tidak senang, Merusak
barang / benda, Tidak mempunyai kemampuan untuk
mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
Secara emosional
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
dan tindakan terhadap penyakit (misal rambut botak
karena terapi) , Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik atau menyalahkan diri sendiri) , Gangguan
hubungan sosial (menarik diri) , Percaya diri kurang
(sukar dalam mengambil keputusan) , Mencederai diri
(akibat HDR disertai harapan yang suram,
memungkinkan klien akan mengakhiri kehidupan ,
Jengkel , Marah atau dendam , Merasa terganggu ,
Merasa takut atau tidak aman , Cemas
Secara sosial Secara intelektual
Memperlihatkan Mendominasi
permusuhan Cerewet atau bawel
Mendekati orang lain Cenderung senang
dengan cara meremehkan
mengancam secara Sering berdebat dan
verbal atau fisik klien tampak
Memberikan ancaman memaksakan kehendak
dengan rencana melukai Berbicara kasar
Menyentuh orang lain
dengan cara yang
menakutkan
FAKTOR TERJADINYA PERILAKU
KEKERASAN
Psikologis : suatu masalah atau pengalaman buruk
yang dapat menimbulkan frustasi dapat
menimbukan sifat agresif atau perilaku kekerasan
Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap
melakukan kekerasan, diadopsi dan dijadikan
sebagai perilaku yang wajar
Sosial budaya : budaya pasif – agresif dan kontrol
sosial yang tidak sesuai terhadap pelaku kekerasan,
akan menciptakan pikiran seolah – olah kekerasan
merupakan suatu hal yang wajar terjadi
Bioneurologis : kerusakan pada sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotrasmiter merupakan faktor terjadinya perilaku
kekerasan
PSIKOPATOLOGI PERILAKU KEKERASAN
SPTK PERILAKU KEKERASAN
Pengkajian :
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya,
identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara
fisik I
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik ke-2
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial/verbal
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat
HALUSINASI
DEFINSI HALUSINASI
Pendengaran.
Penglihatan.
Penghidu
Pengecapan
Perabaan.
TANDA DAN GEJALA
Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif.
Beberapa penyebab diantaranya adalah
Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
denganperilkau psikotik.
Zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmiter yang
berlebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan adanya atrofi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak dengan halusinasi, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi cerebellum.
Psikologis.
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis. Salah
satu sikap atau keadaan yang dapat memengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
Sosial Budaya.
Kemiskinan, konflik sosial budaya, dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres dapat
memengaruhi klien.
PATOFISIOLOGI
KONDISI KLIEN
DO :
Halunasi dengar/ suara :
Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri, Klien marah-
marah tanpa sebab, Klien terlihat mengarahkan telinga ke
arah tertentu, Klien menutup telinga
Halusinasi penglihatan :
Klien menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, Klien terlihat
ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Halusinasi penghidu :
Klien terlihat menghidu seperti sedang mencium bau-bau an,
Klien menutup hidung
Halusinasi pengecapan :
Klien sering meludah, Klien tiba-tiba muntah
Halusinasi perabaan :
Klien terlihat sering menggaruk-garuk permukaan kulit
DS :
Halusinasi dengar/ suara :
Klien mengatakan jika ia mendengar suara-suara atau
kegaduhan, Klien mengatakan jika ia mendengar suara yang
mengajak ia untuk bercakap-cakap, Klien mengatakan jika ia
mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi penglihatan :
Klien mengatakan jika ia melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
Halusinasi penghidu :
Klien mengatakan jika ia mencium bau-bauan seperti bau darah,
urin, feses, dan klien juga mengatakan jika bau-bau an itu
terkadang menyenangkan
Halusinasi pengecapan :
Klien mengatakan jika ia merasakan rasa seperti darah, urin
atau feses pada mulut nya
Halusinasi perabaan :
Klien mengatakan jika ia merasa ada serangga di permukaan
kulit, Klien mengatakan jika ia merasa seperti tersengat listrik