Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU KEKERASAN

DAN HALUSINASI
KELOMPOK 3
PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan merupakan ungkapan


perasaan marah secara maladaptif yang
mengakibatkan terjadinya hilangnya kontrol diri
seseorang sehingga berperilaku yang dapat
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain disertai dengan amuk, gaduh dan
gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan
Hartono, 2010)
Menurut Stuar t (2006) Respon Dari Kemarahan Dapat Ber flutuatif

S e h i n g g a Te r b a g i M e n j a d i R e n t a n g A d a p t i f S a m p a i M a l a d a p t i f .
TINGKATAN PERILAKU KEKERASAN

 Ringan
Pasien belum melakukan kekerasal verbal tetapi sudah
menunjukkan kekerasan emosional hanya sebatas intimidasi
terhadap orang lain seperti mata melotot, melihat dengan
pandangan yang tajam atau mengepalkan tangan
 Menengah
Perilaku kekerasan yang sudah dilakukan pasien tetapi
tidak mengakibatkan cedera yang berarti seperti memukul
tetapi dengan jenis pukulan yang tidak terlalu keras
 Berat
Perilaku kekerasan yang benar-benar dilakukan pasien
dengan gangguan jiwa dalam intensitas yang berat seperti
perilaku yang mengakibatkan cedera serius pada orang yang
diserang.
TANDA GEJALA PERILAKU KEKERASAN

Secara fisik
Muka merah dan tegang, Pandangan tajam, Nafas
pendek, Berkeringat, Otot tegang, mengatup rahang
dengan kuat, Mengepalkan tangan, Jalan mondar –
mandir, Suara tinggi, menjerit atau berteriak,
Memukul atau melepar jika tidak senang, Merusak
barang / benda, Tidak mempunyai kemampuan untuk
mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
 Secara emosional
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
dan tindakan terhadap penyakit (misal rambut botak
karena terapi) , Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik atau menyalahkan diri sendiri) , Gangguan
hubungan sosial (menarik diri) , Percaya diri kurang
(sukar dalam mengambil keputusan) , Mencederai diri
(akibat HDR disertai harapan yang suram,
memungkinkan klien akan mengakhiri kehidupan ,
Jengkel , Marah atau dendam , Merasa terganggu ,
Merasa takut atau tidak aman , Cemas
 Secara sosial  Secara intelektual
 Memperlihatkan  Mendominasi
permusuhan  Cerewet atau bawel
 Mendekati orang lain  Cenderung senang
dengan cara meremehkan
mengancam secara  Sering berdebat dan
verbal atau fisik klien tampak
 Memberikan ancaman memaksakan kehendak
dengan rencana melukai  Berbicara kasar
 Menyentuh orang lain
dengan cara yang
menakutkan
FAKTOR TERJADINYA PERILAKU
KEKERASAN
 Psikologis : suatu masalah atau pengalaman buruk
yang dapat menimbulkan frustasi dapat
menimbukan sifat agresif atau perilaku kekerasan
 Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap
melakukan kekerasan, diadopsi dan dijadikan
sebagai perilaku yang wajar
 Sosial budaya : budaya pasif – agresif dan kontrol
sosial yang tidak sesuai terhadap pelaku kekerasan,
akan menciptakan pikiran seolah – olah kekerasan
merupakan suatu hal yang wajar terjadi
 Bioneurologis : kerusakan pada sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotrasmiter merupakan faktor terjadinya perilaku
kekerasan
PSIKOPATOLOGI PERILAKU KEKERASAN
SPTK PERILAKU KEKERASAN

Pengkajian :
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Obyektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
 SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya,
identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara
fisik I
 SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik ke-2
 SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial/verbal
 SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual
 SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat
HALUSINASI
DEFINSI HALUSINASI

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa


pada individu yang ditandai dengan perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Halusinasi
merupakan bentuk kesalahan pengamatan
tanpa pengamatan objektivitas penginderaan
dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat
(Keliat, 2005).
JENIS- JENIS HALUSINASI

 Pendengaran.
 Penglihatan.
 Penghidu
 Pengecapan
 Perabaan.
TANDA DAN GEJALA

Menurut Stuart dan sunden dalam Herdman, tanda dan gejala


klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah :

 Menyeringai atau ter tawa yang  Kehilangan membedakan


tidak sesuai. realitas dan halusinasi.
 Menggerakan bibirna tanpa  Cenderung mengikuti perintah
menimbulkan suara. halusinasi dan sulit
menolaknya.
 Gerakan mata abnormal.
 Sulit berhubungan dengan
 Respon verbal yang lambat. oranglain.
 Diam.  Tremor
 Ber tindak seolah -olah dipenuhi  Ketidakmampuan mengikuti
sesuatu yang mengasyikkan. petunjuk .
 Peningkatan sistem saraf  Perilaku menyerang/ panik .
otonom yang menunjukkan
ansietas misalnya nadi,  Potensial bunuh diri atau
pernafasan dan tekanan darah. menyerang oranglain.
 Tidak mampu konsentrasi .  Menarik diri/ katatonik .
 Sulit berkomunikasi .
FAKTOR PENYEBAB

 Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif.
Beberapa penyebab diantaranya adalah
 Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
denganperilkau psikotik.
 Zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmiter yang
berlebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan adanya atrofi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak dengan halusinasi, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi cerebellum.
 Psikologis.
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis. Salah
satu sikap atau keadaan yang dapat memengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
 Sosial Budaya.
Kemiskinan, konflik sosial budaya, dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres dapat
memengaruhi klien.
PATOFISIOLOGI
 KONDISI KLIEN
DO :
Halunasi dengar/ suara :
 Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri, Klien marah-
marah tanpa sebab, Klien terlihat mengarahkan telinga ke
arah tertentu, Klien menutup telinga
Halusinasi penglihatan :
 Klien menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, Klien terlihat
ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Halusinasi penghidu :
 Klien terlihat menghidu seperti sedang mencium bau-bau an,
Klien menutup hidung
Halusinasi pengecapan :
 Klien sering meludah, Klien tiba-tiba muntah
Halusinasi perabaan :
 Klien terlihat sering menggaruk-garuk permukaan kulit
DS :
Halusinasi dengar/ suara :
 Klien mengatakan jika ia mendengar suara-suara atau
kegaduhan, Klien mengatakan jika ia mendengar suara yang
mengajak ia untuk bercakap-cakap, Klien mengatakan jika ia
mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi penglihatan :
 Klien mengatakan jika ia melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
Halusinasi penghidu :
 Klien mengatakan jika ia mencium bau-bauan seperti bau darah,
urin, feses, dan klien juga mengatakan jika bau-bau an itu
terkadang menyenangkan
Halusinasi pengecapan :
 Klien mengatakan jika ia merasakan rasa seperti darah, urin
atau feses pada mulut nya
Halusinasi perabaan :
 Klien mengatakan jika ia merasa ada serangga di permukaan
kulit, Klien mengatakan jika ia merasa seperti tersengat listrik

Anda mungkin juga menyukai