Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit C. Tujuan
yang sering diderita masyarakat, baik 1. Makalah ini tiada lain yaitu untuk
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil memenuhi tugas mata kuliah
ataupun orang tua. Penyebabnya medical Bedah
sangat beragam, dari yang karena 2. Mahasiswa mampu memahami
perdarahan, kekurangan zat besi, asam asuhan keperawatan pada pasien
folat, vitamin B12, sampai kelainan dengan anemia
hemolitik. 3. Mahasiswa mampu mengetahui
Anemia dapat diketahui dengan pengertian anemia.
pemeriksaan fisik maupun dengan 4. Mahasiswa mampu menyebutkan
pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penyebab anemia.
penderita tampak pucat, lemah, dan 5. Mahasiswa mampu mengetahui
secara laboratorik didapatkan diagnosa-diagnosa yang mungkin
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) muncul pada pasien anemia.
dalam darah dari harga normal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
• Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011)
• Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari
14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut
dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan
B. KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan ↓


fisiologis: Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia induk) di sumsum tulang
defisiensi jumlah sel darah merah Kelainan sel induk (gangguan
disebabkan oleh defek produksi sel darah pembelahan, replikasi, deferensiasi)
merah, meliputi:
Hambatan humoral/seluler
a. Anemia aplastik
Penyebab:

• agen neoplastik/sitoplastik Gangguan sel induk di sumsum tulang
• terapi radiasi ↓
• antibiotic tertentu Jumlah sel darah merah yang
• obat antu konvulsan, tyroid, senyawa dihasilkan tak memadai
emas, fenilbutason ↓
• benzene Pansitopenia
• infeksi virus (khususnya hepatitis)

Anemia aplastik
b. Anemia pada penyakit ginjal

Gejala-gejala:
1. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2. Hematokrit turun 20-30%
3. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
4. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:
• Asupan besi tidak adekuat,
kebutuhan meningkat ↓
selama hamil, menstruasi gangguan eritropoesis
• Gangguan absorbsi (post ↓
gastrektomi) Absorbsi besi dari usus kurang
• Kehilangan darah yang ↓
menetap (neoplasma, sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
polip, gastritis, varises sel darah merah miskin hemoglobin
oesophagus, hemoroid, dll.) ↓
Anemia defisiensi besi
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan
defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan ↓
Sintesis DNA terganggu
intrinsik faktor

 Infeksi parasit, penyakit usus dan Gangguan maturasi inti sel
darah merah
keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi

cacing pita, makan ikan segar yang Megaloblas (eritroblas yang
besar)
terinfeksi, pecandu alkohol.

Eritrosit immatur dan
hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia
defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah ↓
Mutasi sel
merah: eritrosit/perubahan pada
 Pengaruh obat-obatan tertentu sel eritrosit

 Penyakit Hookin, limfosarkoma, Antigesn pada eritrosit
mieloma multiple, leukemia limfositik berubah

kronik Dianggap benda asing
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase oleh tubuh

 Proses autoimun sel darah merah
 Reaksi transfusi dihancurkan oleh limposit

 Malaria Anemia hemolisis
A. KRITERIA ANEMIA

Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 1968. Di nyatakan dengan
kriteria sebagai berikut :

No. Kriteria Jumlah Hb

1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl

2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl

3. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl

4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 14 gr/dl

5. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 14 gr/dl

6. Bayi baru lahir Hb < 20 gr/dl


DERAJAT ANEMIA
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
E. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
E. PATOFISIOLOGI

• Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum


atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
• Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
• Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
E. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,

2. kejang.

3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4. Daya konsentrasi menurun

5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
1. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
1. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
1. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
1. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12
dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
I. Data fokus
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang
diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien
atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
Biasanya data fokus yang didapatkan adalah :
Data Subjektif :
1. Pasien mengatakan lemah, letih, lesu.
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
3. Pasien mengatakan mual.
4. Pasien mengatakan sering haus.
Data Objektif :
1. Pasien tampak lemah, letih, lesu
2. Berat badan menurun, pasien tidak mau makan
3. Pasien tampak mual dan muntah – muntah.
4. Bibir tampak pecah – pecah, kulit pasien tampak kering.
I. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling utama pada penderita anemia adalah lemah atau pusing.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia sebelumnya ?.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
militus, penyakit jantung, struk ?.
I. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif terhadap
dingin, berat badan menurun.

2. Kulit
Kulit kering, kuku rapuh.

3. Mata
Penglihatan kabur, perdarahan retina.

4. Telinga
Vertigo, tinnitus.

5. Mulut
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
1. Paru – paru
Dispneu.

2. Kardiovaskuler
Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.

3. Gastrointestinal
Anoreksia.

4. Muskuloskletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi.

5. System persyarafan
Nyeri kepala, binggung, mental depresi, cemas.
I. Diagnosa keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
I. Intervensi dan rasional

1. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan
granulosit (respon inflamasi tertekan).
Tujuan
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi
dan meningkatkan penyembuhan luka.
Intervensi
1.Anjurkan pasien untuk mencuci tangan.
2.Berikan perawatan kulit, perianal dan oral.
3.Rasional
4.Mencegah kontaminasi mikroorganisme.
5.Menurunkan risiko kerusakan kulit, jaringan atau infeksi.
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

a. Tujuan
Peningkatan perfusi jaringan.

Kriteria hasil
Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil

Intervensi
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit / membran mukosa, dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan
kebutuhan intervensi.
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

a. Tujuan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.

b. Kriteria hasil
Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium
normal.
2) Midak mengalami tanda mal nutrisi.
3) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
a. Intervensi
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3) Timbang berat badan setiap hari.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering atau makan diantara waktu makan.

Rasional
1) Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
2) Memudahkan intervensi.
3) Mengawasi penurunan berat badan.
4) Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukan nutrisi
I. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall
Capenito, 1999:28).
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis anemia adalah :
a. Infeksi tidak terjadi.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Peningkatan perfusi jaringan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Biodata pasien
a. Nama : Ny.P
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Status Perkawinan : Janda
- Umur : 60 Tahun
- Suku : Sunda
- Pendidikan :-
- No.RM :-
- Diagnosa Medis : Anemia
- Tanggal masuk RS : 10 Januari 2019
- Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2019
- Alamat :-
a. Identitas :-
Penanggung Jawab
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin :-
- Pekerjaan :-
- Hubungan Dengan :-
Pasien
- Alamat :-
2. Keluhan Utama

Pasien menyatakann BAB darah

Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 10 Januari 2019 Kamis, pukul 08.30 WIB, pasien datamg ke IGD
dengan pendarah Gastro intestinal pada GIT bagian bawah,Bau , warna merah
kehitaman pada feces

Riwayat kesehatan dahulu


pasien mengatakan pasien mempunyai penyakit Diabetes Tipe 2,belum pernah
mengalami penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.belum
pernah operasi.

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes
militus,
I. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Pasien Nampak bersih

2. Tingkat Kesadaran : Tampak Alert

3. Tanda – Tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

a. Nadi : 82 x/menit

a. Suhu : 38,2 ° C

a. Respirasi : 16 x/menit

4. Berat badan dan tinggi badan

Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga pasien tidak tahu dan pasien
tidak bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pemeriksaan head to toe
a. Kepala / rambut
Simetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, rambut tampak bersih.
b. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tampak bersih.

c. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada perdarahan, tidak ada
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada
bulu hidung, tidak ada perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir sedikit merah.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi.
g. Dada (paru – paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada penumpukan cairan pada pleura.
h. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada pigmentasi.
i. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada penumpukan cairan.
Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.
Kulit dan kuku
Kulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak bersih
Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak ada kelainan, agak lemah.

Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih
A. KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan BAB bercampur darah sejak 2 hari 1. Klien tampak pucat, konjungtiva tampak Anemis, pallor
yang lalu pada kulit,ada tanda ptekie,
2. Klien Mengatakan BAB bau 2. Tanda –tanda vital:
3. Klien mengatakan klien mempunyai riwayat DM tipe dua Tekanan Darah : 120/80mmHg
dan control rutin Suhu : 38.20 C
4. Klien mengatakan sesak saat klien merubah posisi dari Nadi : 82 x/menit
berbaring keduduk dan memebutuhkan bantuan orang Respirasi : 16 x /menit
lain ketika merubah posisi 1. Pemeriksaan Fisik:
5. Klien mengeluh Patique Suara Pulmonal Bersih
6. Klien menyatakan mempunyai riwayat 1 bungkus . hr Suara Cor bersih
merokok 10 tahun yang lalu Dilakukan pemeriksaan Occult stool positif terdapat darah.
TB: - Cm
BB: - Kg
1. Hasil lab penunjang:
Hb: 6mg/dl
Hematocrit : 35%
Retikulosit : 1,5%
Trombosit : 75000/mm3
Occult Test (+)
A. ANALISA DATA

Data Subjektif/Objektif Masalah Kemungkinan Penyebab


Subjektif : Gangguan kebutuhan Penurunan Suplai O2 ke Organ,
1. Pasien mengeluh Fatique (lemah dan tidak oksigenasi
bertenaga )
2. Klien mengatakan sesak saat klien merubah
posisi dari berbaring keduduk dan
memebutuhkan bantuan orang lain ketika
merubah posisi
DO:
a. Klien tampak Pucat
b. Tanda tanda vital
 TD: 120/80mmHg
 HR: 82x/i
 SH: 38,20 C
 RR: 16 x/i
a. Hb: 6 g/dl
Objektif : Ketidak efektifan Perfusi Penurunan Konsentrasi Hb dan Darah
1. Pasien tampak pucat Jaringan Perifer
2. Warna kulit tampak putih pucat
3. Pasien tampak lemah
4. Konjungtiva anemis
5. Akral pasien teraba dingin
6. Hasil Occult (+)
7. Hasil laboratorium :
HCT = 35 % (N : 37 % - 47% )  (menurun)
Hb = 6 gr/ dL (N : 12-16 gr/dL)  (menurun)
1. Tanda Tanda Vital :
 Tekanan darah = 120/ 80 mmHg,
 Suhu = 38,2 0 C
 Nadi : 82 kali/menit,
 Respirasi : 16 kali/menit

Subjektif :
1. Pasien mengeluh Fatique (lemah dan tidak
bertenaga )
2. Klien mengatakan sesak saat klien merubah posisi
dari berbaring keduduk dan memebutuhkan
bantuan orang lain ketika merubah posisi
3. Klien mengeluh pasien tampak lebih pucat
Objektif : Risiko tinggi terhadap infeksi tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leukopenia atau
1. Pasien tampak lemah
penurunan granulosit (respon inflamasi
2. Konjungtiva anemis tertekan).
3. Akral pasien teraba dingin
4. Hasil Occult (+)
5. Hasil laboratorium :
HCT = 35 % (N : 37 % - 47% )  (menurun)
Hb = 6 gr/ dL (N : 12-16 gr/dL)  (menurun)
 Suhu = 38,2 0 C

Subjektif :
1. Pasien mengeluh Fatique (lemah dan tidak
bertenaga )
Objektif Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan antara suplai oksigen
1. Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan (pengiriman) dan kebutuhan ke jaringan
tampak pucat
2. Konjungtiva Anemis, sudut tampak bercak
berwarna pucat keputihan

Subjektif
1. Klien Mengatakan sesak nafas dan lemas, cepat
lelah pada Saat beraktifitas.
2. Klien menyatakan bahwa klien merasa peteqiu
A. DIAGNOSA KEPEARWATAN

1. Gangguan kebutuhan oksigenasi b.d Penurunan Suplai O2 ke Organ


2. Hipertemi
3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon
inflamasi tertekan).
A. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
-1. Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan 1. Monitoring TTV 1. memonitoring TTV dapat
oksigenasi b.d Penurunan intervensi 3x24 Jam klien 2. Cek kadar oksigen klien mengurangi kejadian syock
Suplai O2 ke Organ, yang menunjukan kebutuhan 3. Anjurkan klien mengambil 2. Anemia menyebakan HB
ditandai dengan: O2 mulai tercukupi, yang posisi yang nyaman (mis: menurun,oksihemoglobin
Data Subjektif ditandai dengan: tinggikan kepala sedikit pada turun terjadi peningkatan
1. Pasien mengeluh Kriteria Hasil: tempat tidur tanpa perfusi jaringan tidak efektif
Fatique (lemah dan a. Menunjukan postur menggunakan bantal) peningkatan kopensasi
tidak bertenaga ) badan yang rileks, 4. Kolaborasi jantung mengakibatkan
2. Klien mengatakan sesak dan bisa bergerak  pemberian transfusi darah respirasi meningkat
saat klien merubah posisi ringan jenis sesuai golongan dan menyebakan os sesak.
dari berbaring keduduk b. Mampu istirahat kebutuhan 3. Meningkatkan ekspansi dada,
dan memebutuhkan dengan cukup  pemberian bantuan ventilasi sirkulasi O2 yang masuk ke
bantuan orang lain positif O2 sesuai jumlah dalam paru-paru berjalan
ketika merubah posisi respirasi klien normal, meningkatkan
Data Objektif kenyamanan & resiko terjadi
a. Klien tampak Pucat cedera, serta menurunkan
b. Tanda tanda vital nyeri
 TD: 120/80mmHg 4. Pemebrian tranfusi darah
 HR: 82x/i dap;at meningkata Hb,Hb
 SH: 38,20 C naik meningkatkan kadar
 RR: 16 x/i oksihemoglobin,meningktaka
a. Hb: 6 g/dl n perfusi jaringan dan jantung
dapat memompa dengan
baik,,transfortasi oksigen
normal..
2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi keadaan umum 1. mengetahui perkembangan
pasien keadaan umum dari psien
dengan proses penyakit 3x24 Jam klien menunjukan
2. Observasi tanda-tanda vital 2. Mengertahui perubahan tanda-
suhu tubuh normal yang tanda vital
3. Anjurkan pasien memakai
ditandai dengan: 3. membantu mempermudah
Data Subjektif pakaian yang tipis
penguapan panas
Kriteria Hasil: 4. Anjurkan pasien banyak minum
1. Os menyatakan BAB 4. mencegah terjadinya dehidrasi
Suhu normal 5. Anjurkan pasien banyak sewaktu panas
disertai darah
istirahat 5. meminimalisir produksi panas yang
Data Objektif diproduksi oleh tubuh
a. Klien tampak Pucat
b. Tanda tanda vital
 SH: 38,20 C
 RR: 16 x/i
 Hb: 6 g/dl

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional

3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi 2x24 1. Kaji tingkat aktivitas klien 1. Respon klien terhadap aktivitas dapat
antara suplai oksigen (pengiriman) dan Jam klien menunjukan aktivitas mengindikasikan penurunan O2 pada
kebutuhan. Yang ditandai oleh: klien sehari-hari mulai tercukupi, miokardium
DS: yang ditandai dengan: 1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, 2. Menurunkan kerja miokardium atau
a. Klien Mengatakan sesak nafas dan Kriteria Hasil: dan berikan aktivitas ringan yang tidak konsumsi O2
lemas, cepat lelah pada Saat a. Klien mulai dapat berat.
beraktifitas. melakukan aktivitas secara 2. Pertahankan klien tirah baring 1. Untuk mengurangi beban kerja jantung
DO: ringan sementara sakit, pertahankan gerak
a. Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan b. Keadaan umum membaik pasif selama sakit kritis. 1. Untuk observasi kedadaan umum klien

tangan tampak pucat 3. Evaluasi tanda-tanda vital saat


1. Meningkatkan kontraksi otot sehingga
a. Konjungtiva tampak pucat, sudut kemajuan aktivitas terjadi.
membantu aliran vena balik untuk
tampak bercak berwarna pucat
mengetahui fungsi jantung bila
keputihan 1. Berikan waktu istirahat diantara waktu
dikaitkan dengan aktivitas
aktivitas
2. Pengiriman suplai O2 ke jaringan perifer

1. Kolaborasi pemberian O2 Nasal Kanul terpenuhi, mengurangi sesak nafas

6 liter/hari
4. Risiko infeksi berhubungan 1. Tujuan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah kontaminasi
dengan tidak adekuatnya Infeksi tidak mencuci tangan. mikroorganisme.
pertahanan sekunder terjadi.
2. Berikan perawatan kulit, 2. Menurunkan risiko
(penurunan hemoglobin
2. Kriteria hasil perianal dan oral. kerusakan kulit, jaringan
leukopenia atau penurunan
Mengidentifikasi atau infeksi.
granulosit (respon inflamasi
perilaku untuk
tertekan).
mencegah /
Faktor resiko ; menurunkan
1. Penyakit Kronis DM tipe risiko infeksi dan
2 meningkatkan
2. Ketidak adequatan penyembuhan
pertahan tubuh luka
sekunder :
Data Subjektif
Klien menyatakan ada
riwayat DM tipe 2 dan sering
rutin control
Bab disertai darah
Data Objektif
Hb : 6 gr%
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus
tergangung kondisi demam rematik dan faktor-faktor lain yang
memperberat.
Diagnosa yang ada dalam makalah ini adalah :
Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat
anemia
Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat:
kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang
pemberian asuhan
Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk
mengkonfirmasi ulang terapi pengobatan.Evaluasi yang dilakukan adalah
evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi klien tiap hari sesuai dengan
permasalahan yang dianggap.
A. SARAN
Bagi perawat :
1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat
membekali diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi
terapeutik.
2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi
keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada pasien demam rematik dilakukan
secara kontiniu dan berkesinambungan.
4. Mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah
didapatkan secara teoritis pada kasus anemia.

Anda mungkin juga menyukai