Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 8

Benigna Prostat hiperplasia

JUMINAR SAFARTINI
LUKAS
MELINA PRATAMI OCTAVIANTI
Definisi
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat
jinak disebabkan oleh hypertropi beberapa atau
semua komponen prostat yang mengakibatkan
penyumbatan uretra pars prostatika
Etiologi

Penyebab khusus hyperplasia prostat belum


diketahui secara pasti, beberapa hipotesis
menyatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT)
dan proses penuaan
Manifestasi Klinis

Keluhan saluran kemih bagian bawah (sering miksi)


Gejala pada saluran kemih bagian atas (td mngkt,
sakit pinggang)
Gejala di luar slauran kemih (hernia inguanalis,
hemoroid)
Klasifikasi BPH
 Ringan
Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak <10 Ml/s
Volume urine residual setelah pengosongan >25-50
Ml
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
 Sedang
Semua tanda diatas ditambah obstruktif
penghilangan gejala dan iriatif penghilamgan gejala
tanda dari destrusor yang tidak stabil
 Parah
Semua tanda diatas ditambah satu atau dua lebih
komplikasi BPH
Patofisiologi
Proses pembesaran prostat ini terjadi secara
perlahan seiring bertambahnya usia sehingga
terjadi perubahan kkeseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testoteron menjadi
dehidrotestoteron dalam sel prostat yang kemudian
menjadi factor terjadinya penetrasi DHT ke dalam
inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjaidnya sintesis
protein yang kemudian menjadi hyperplasia
kelenjar prostat
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)


 Laboratorium
 Pengukuran derajat berat obstruksi
 Pemeriksaan lain
Penatalaksanaan Medis

 Stadium/derajat I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan
bedah
 Stadium/derajat II
Ada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan
pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi
melalui uretra (trans uretra)
 Stadium III
Pada stadium III reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan
apabila dipeprkirakan prostat sudah cukup besar
 Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah
membebaskan dari retensi urin total dengan memasang
kateter atau sistomi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Diagnosa
 Pre operasi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (resistensi vesika,
penebalan destrusor dan dysuria)
 Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
(penebalan destrusor dan retensi urin)
 Ansietas berhubungan dengan status kesehatan (kemungkinan prosedur
operasi)
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
 Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan pemberian obat
diuretic serta distensi kandung kemih
 Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan serta refluks vesiko
ureter
 Post Operasi
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi dengan
diuresis dari drainase kandung kemih yang terlalu cepat
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (terputusnya kontinuitas
jaringan akibat pembedahan)
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (nyeri)
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap
pathogen (adanya media kuman akibat prosedur invasive)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai