Anda di halaman 1dari 62

PENGANTAR

KEPERAWATAN
BENCANA& DAMPAK
BENCANA BAGI
KESEHATAN
Akub Selvia, S.Kep., Ns., M.Kep
Definisi Bencana
• Peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak
luar (Depkes RI)

• Setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan, gangguan


ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena (WHO)
Tiga hal penting dari “ bencana “:
• Fungsi normal dari sebuah masyarakat terganggu
• Melebihi mekanisme kemampuan sebuah masyarakat
• Gangguannya begitu besar shg tdk mampu utkdikembalikan ke
fungsi normal tanpa bantuan dari luar
Jenis Bencana
• Berdasarkan penyebab
(UU no 24 thn 2007)
• bencana alam
• bencana non alam
• Bencana sosial
• Berdasarkan cakupan wilayah
• bencana lokal
• Bencana regional
Masalah kes. Umum saat BA
• Reaksi sosial
• Penyakit menular
• Perpindahan penduduk
• Pengaruh cuaca
• Makanan dan gizi
• Persediaan air dan sanitasi
• Kesehatan jiwa
• Kerusakan infrastruktur kesehatan
Masalah Kesehatan Akut Terkait
Tipe Bencana
• Gempa Bumi : menyebabkan banyak kematian dan banyak
cedera.Tergantung kpd 3 faktor :
• tipe rumah / bangunan
• waktu terjadinya gempa ( siang / malam )
• kepadatan penduduk
Kedatangan pasien 2 gelombang :Pertama : korban dekat fasilitas
kesehatan. Kedua : korban rujukan dari tempatjauh
2. Angin ribut :
• cedera dan kematian relatif sedikit
• dampak kesehatan masyarakat akibat badai dan banjir.
3. Banjir bandang, Gelombang pasang dan Tsunami
• jumlah kematian dan cedera banyak
• setelahnya cedera sedikit, tapi penyakit menular bisa
meningkat.
4. Letusan Gunung berapi
• berdampak pada populasi dan infrastruktur
• penyakit menular dan gangguam gizi di tempatpengungsian(
evakuasi )
• gangguan stres dan saluran pernafasan
5. Banjir :
• kasus kesakitan dan kematian relatif sedikit
• berpotensi menimbulkan KLB, krn terganggunya layanan
kesehatan dan rusaknya lingkungan.
6. Tanah longsor :
• menyebabkan tingginya angka kematian
• angka cedera relatif kecil
• dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur
Manajemen Bencana
• Dulu bencana dianggap sebagai suatu kejadian yang
sederhana, tidak terwujudkan, sebagai suatu kehendak Tuhan.
Sekarang bencana tsb bisa dikonstruksikan secara lebih
rasional, memahami bahwa bencana tersebut terjadi sebagai
jalinan sosial yang melibatkan masyarakat dan lingkungan
dimana masyarakat tersebut tinggal.
• Bencana tersebut pada umumnya dapat diperkirakan dan
rencana dapat dilakukan untuk pencegahan, mitigasi,
persiapan, tanggapan dan pemulihan terhadap bencana.
Manajemen risiko bencana merupakan aplikasi sistemetis dari
kebijakan, prosedur dan praktek manajemen untuk
• Mengetahui konteks ( mengetahui ciri-ciri
demografimasyarakat spt, kepadatan penduduk, sumber
daya,jaringan sosial, status kesehatan, infrastruktur, dll )
• Mengidentifikasi risiko bagi masyarakat
• Menilai risiko bagi masyarakat
• Menilai dampak / akibat dari bencana
• Mengatasi risiko melalui pencegahan / mitigasi,kesiapan,
tanggapan dan pemulihan
• Melanjutkan proses pemantauan dan peninjauankembali.
Siklus ManajemenBencana
• Fase penurunanrisiko
• Sebelum bencana
• Dampak Bencana
• Fase pemulihan pasca bencana

Fase bencana
1. Pre impact
2. Impact
3. Post Impact
4. Evaluasi
Fungsi manajemen bencana
• Mencegah kehilangan jiwa
• Mengurangi penderitaan manusia
• Memberi informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang
mengenai resiko
• Mengurangi kerusakan harta benda dan kehilangan sumber
ekonomi
• Mempercepat proses pemulihan
Prinsip Manajemenbencana
a. cepat dan tepat;
b. prioritas;
c. koordinasi dan keterpaduan;
d. berdayaguna dan berhasil guna;
e. transparansi dan akuntabilitas;
f. kemitraan;
g. pemberdayaan;
h. nondiskriminatif;
• Keputusan Menteri Kesehatan RI
i. Nonproletisi Nomor 1653/
Sumber: Perda Sumbar no 5 thn 2007 Menkes/SK/XII/2005TentangPedo
man
Penanganan Bencana Bidang
Kesehatan
KEPERAWATAN BENCANA
Kelompok 1

KELOMPOK 1

1. ERIK SYEHABUDIN
2. FAHRUL ROZI
3. KARINA AFIFAH
4. NURUL AZIZAH SUSANTI
DEFINISI

UU No. 24
tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai
“peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis”.
DEFINISI MENURUT Asian Disaster
Preparedness Center (ADPC)

1. Terjadinya peristiwa atau


gangguan yang mengancam dan
merusak (hazard).
2. Peristiwa atau gangguan
tersebut mengancam kehidupan,
penghidupan, dan fungsi dari
masyarakat.
3. Ancaman tersebut
mengakibatkan korban dan
melampaui kemampuan
masyarakat untuk mengatasi
dengan sumber daya mereka.
Hakekat Penanggulangan Bencana
kewajiban bersama antara
wujud dari upaya untuk
Pemerintah dan masyarakat
melindungi segenap bangsa
yang didasarkan pada
Indonesia dan seluruh
partisipasi, dukungan dan
tumpah darah Indonesia.
prakarsa masyarakat serta
Pemerintah Daerah

Penanggulangan bencana
dititik beratkan pada tahap bagian dari kegiatan
sebelum terjadinya bencana pembangunan yang
yang meliputi kegiatan bertujuan untuk mengurangi
pencegahan, penjinakan dan penderitaan masyarakat dan
kesiapsiagaan untuk meningkatkan kehidupan dan
memperkecil, mengurangi dan penghidupan masyarakat
memperlunak dampak yang secara lahir batin.
ditimbulkan oleh bencana.
Proses Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana
Asas Penanggulangan Bencana

3. Kesamaan
4. Keseimbangan,
kedudukan dalam
2. Keadilan. Keselarasan dan
1. Kemanusiaan hukum dan
pemerintahan. Keserasian.

5. Ketertiban 7. Kelestarian 8. Ilmu


dan kepastian 6. Kebersamaan. Pengetahuan dan
lingkungan hidup.
hukum. Teknologi.
Tujuan Penanggulangan Bencana
3. Menjamin
terselenggaranya
1. Memberikan 2. Menyelaraskan
penanggulangan
perlindungan kepada peraturan perundang-
bencana secara
masyarakat dari undangan yang sudah
terencana, terpadu,
ancaman bencana. ada.
terkoordinasi dan
menyeluruh.

6. Mendorong semangat
4. Menghargai 5. Membangun partisipasi
gotong royong,
budaya lokal. dan kemitraan publik serta
kesetiakawanan dan
swasta.
kedemawanan.

7. Menciptakan perdamaian
dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Bencana

1. Cepat dan tepat.


2. Prioritas 5. Transparansi dan
3. Koordinasikan dan akuntabilitas.
keterpaduan. 6. Kemandiriaan.
4. Berdaya guna dan 7. Nondiskriminasi.
berhasil guna. 8. Nonproletisi.
Pentahapan Penanggulangan
Bencana
PRA BENCANA POTENSI TERJADINYA BENCANA

1. Penyusunan dan uji coba


1. Pengenalan dan pengkajian
ancaman bencana. rencana penanggulangan darurat
2. Pemahaman kerentanan bencana.
masyarakat. 2. Pengorganisasian,
3. Analisa kemungkinan dampak pemasangan dan pengujian
bencana. sistim peringatan dini.
4. Pilihan tindakan pengurangan 3. Penyediaan dan penyiapan
resiko bencana. barang pasokan pemenuhan
5. Penentuan mekanisme
kebutuhan dasar.
kesiapan dan penanggulangan
dampak bencana. 4. Pengorganisasian, penyuluhan,
6. Alokasi tugas, kewewenangan pelatihan dan geladi tentang
dan sumber daya yang tersedia. mekanisme tanggap darurat.
LANJUT …
Tanggap Darurat Pasca Bencana

1. Cakupan lokasi bencana.


Jumlah korban.
2. kerusakan prasarana dan
sarana.
3. Gangguan terhadap fungsi 1. Rehabilitasi
pelayanan umum serta 2. Rekonstruksi
pemerintahan. 3.
4. Kemampuan sumber daya alam
maupun buatan.
KEPERAWATAN BENCANA
“SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN PADA BENCANA”

KELOMPOK 2

DINA
RANI
NADIYAH
APRILIA S
PUTRI

LAILATUL FAIZCA
DINIYAH DWI AYU H
SISTEM KESEHATAN

Sistem kesehatan mencakup keseluruhan organisasi, orang, dan


berbagai kegiatan yang memiliki tujuan utama mempromosikan
dan merawat kesehatan.

Dengan pelayanan kesehatan yang baik dapat memberikan


keselamatan serta kualitas pelayanan yang dapat mengurangi
pemborosan sumber daya. Keberadaan sistem kesehatan sangat
kompleks dan interaksi antar komponen sistem (sub sistem) dapat
bersifat predictable dan unpredictable
PELAYANAN KESEHATAN

pelayanan merupakan karakteristik dari


pelayanan yang diberikan kepada
konsumen atau pasien. Untuk
memberikan pelayanan yang baik,
maka ekspektasi dan
kebutuhan customer yang bersifat
relatif merupakan komponen penting
yang harus diperhatikan
PENTINGNYA UPAYA KESEHATAN
DALAM BENCANA

Akses pada pelayanan


kesehatan adalah penentu Dampak terhadap
kritis keberlangsungan kesehatan masyarakat dapat
hidup pada tahap awal bersifat langsung (misalnya
tanggap darurat. Bencana kematian akibat kekerasan
hampir selalu membawa atau cedera) atau tidak
dampak besar pada langsung (misalnya
kesehatan masyarakat dan meningkatnya penyakit
kesejahteraan penduduk infeksi dan/atau kurang
yang terkena bencana. gizi).
Standar-standar minimum kesehatan
PELAYANAN KESEHATAN
SISTEM KESEHATAN DASAR
• Organisasi Kesehatan • Ini termasuk intervensi
Sedunia (World Health yang sangat tepat
Organization/WHO) mencegah dan
mendefinisikan sistem mengurangi kesakitan
dan kematian yang
kesehatan: “semua berlebihan akibat
organisasi, lembaga, dan penyakit menular dan
sumber-sumber yang tidak menular,
diperuntukkan untuk konsekuensi peristiwa
membuat upaya konflik dan korban
kesehatan massal.
SISTEM KESEHATAN

• SISTEM STANDAR KESEHATAN


3 : Pasokan Obat dan Alat
SISTEM STANDAR
SISTEM STANDAR Kesehatan Orang mempunyai
KESEHATAN 2 :Sumber akses pada pasokan obat
KESEHATAN 1 :
Daya Manusia Layanan utama dan alat kesehatan
penyampaian layanan
kesehatan diberikan
kesehatan Orang
oleh angkatan kerja
mempunyai akses setara
yang terlatih dan
pada layanan kesehatan
kompeten dan
yang tepat, aman, dan
mempunyai gabungan
bermutu yang
pengetahuan dan
terstandardisasi dan
keterampilan yang
mengikuti protokol dan
memenuhi kebutuhan
panduan yang tersedia.
kesehatan penduduk.
Standar Sistem Kesehatan 4: Pendanaan kesehatan
Orang mempunyai akses layanan kesehatan gratis
pada saat bencana.

Standar Sistem Kesehatan 5: Pengolahan


Informasi Kesehatan Kesehatan Rancangan
dan pelayanan kesehatan berdasarkan
pengumpulan, analisis, interpretasi, dan
penggunaan data kesehatan masyarakat yang
sesuai.

Standar Sistem Kesehatan 6: Kepemimpinan dan


Koordinasi Orang mempunyai akses layanan kesehatan
yang terkoordinasi antar lembaga dan sektor untuk
mencapai dampak tindakan umum.
Layanan Kesehatan Dasar –
Pengendalian Penyakit Menular
 Pencegahan Penyakit Menular
Orang mempunyai akses terhadap informasi dan layanan
yang dirancang untuk mencegah penyakit menular yang
berkontribusi terhadap kesakitan dan kematian
berlebihan.
 Diagnosis dan Pengolahan Kasus Penyakit Menular
Orang mempunyai akses diagnosis dan pengobatan yang
tepat terhadap penyakit-penyakit infeksi yang mencegah
kesakitan dan kematian yang berlebihan secara
bermakna.
 Deteksi dan Respon Kejadian Luar Biasa
Kejadian luar biasa yang ada, dideteksi, diinvestigasi, dan
dikendalikan dengan cara dan waktu yang tepat.
Layanan Kesehatan Dasar- Kesehatan
Anak
• Pencegahan melalui Imunisasi Penyakit-penyakit
yang dapat dicegah
Anak berusia 6 bulan sampai 15 tahun mendapat
kekebalan terhadap campak dan mempunyai akses
layanan program imunisasi dalam situasi yang
distabilkan.
• Tata Laksana Bayi Baru Lahir dan Penyakit Anak
Anak mempunyai akses pada layanan kesehatan
prioritas yang dirancang untuk menangani
penyebab utama kesakitan dan kematian anak baru
lahir.
Layanan Kesehatan Dasar Kesehatan
Seksual dan Reproduksi
• Kesehatan Reproduksi
Setiap orang mempunyai akses layanan kesehatan
reproduksi prioritas – Paket Layanan Awal Minimum
(Minimum Initial Service Package/MISP) pada saat
kejadian kedaruratan dan layanan kesehatan
reproduksi menyeluruh pada saat situasi stabil.
• Kesehatan Seksual dan Reproduksi 2 : HIV dan
AIDS
Orang mempunyai akses terhadap perangkat
minimum pencegahan, pengobatan, perawatan,
dan layanan pendukung HIV selama masa darurat.
LAYANAN KESEHATAN DASAR- LAYANAN KESEHATAN DASAR-
CEDERA KESEHATAN JIWA

PERAWATAN CEDERA KESEHATAN JIWA

Setiap orang mempunyai Setiap orang mempunyai


akses perawatan cedera akses pada layanan
yang tepat selama kesehatan yang mencegah
bencana untuk dan mengurangi masalah
mencegah kesakitan, kesehatan jiwa dan
kematian, dan gangguan fungsi terkait
kecacatan.
LAYANAN KESEHATAN DASAR-TIDAK
MENULAR
Penyakit Tidak Menular
• Setiap orang mempunyai akses penanganan
dasar untuk mengurangi kesakitan dan
kematian berkaitan dengan komplikasi akut
atau memburuknya kondisi penyakit kronis.
Dampak Bencana Terhadap
Kesehatan
Dampak Bencana Gempa Angin Banjir Banjir
Kompleks Ribut bandang/
( tanpa Tsunami
banjir)
Kematian Banyak Banyak Sedikit Sedikit Banyak
Cedera Beragam Banyak Sedang Sedikit Sedikit
berat
Risiko Tinggi Beragam Kecil Beragam Beragam
Penyakit
menular
meningkat
Kerawanan Biasa Jarang Jarang Beragam Biasa
pangan
Perpindahan Biasa Jarang Jarang Biasa Beragam
penduduk
besar-
besaran
PELAYANAN KESEHATAN KORBAN
BENCANA
 Seluruh
Tim gerakpembiayaan
cepat penanggulangan
penanganan
kesehatanbersama-sama
bencana korban bencana dengan
menjadi
tanggung
semua sarana
jawabkesehatan
pemerintahpemerintah
daerah
dan pemerintah
Daerah dan Pemerintah
daerah Daerah
Kabupaten/Kota.
Kabupaten/ Kota, serta swasta
 menyediakan pelayanan darurat
Pembiayaan penanganan dan
kesehatan
siaga
korbanbencana
bencana sesuai dengan
dikecualikan
tingkatan bencana yang
terhadap bencana dan disebabkan
kewenanganya.
oleh pembuatan dan kegiatan pelaku,
 Pada
dan biaya
kasusditanggung
bencana, polisi
oleh pelaku.
dan aparat
keamanan lain wajib memfasilitasi
tenaga kesehatan dalam pengamanan
dan kelancaran penanganan korban.
 RSUD dan RS swasta wajib menerima
dan menangani tanpa melihat status
dan latar belakang korban termasuk
status kepersertaan jaminan
kesehatan.
Perencanaan Penanggulangan
Bencana
kelompok 3
Definisi perencanaan
penanggulangan bencana
Perencanaan penanggulangan bencana merupakan
bagian dari perencanaan pembangunan. Setiap
rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini
merupakan program/kegiatan yang terkait dengan
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang
dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), Jangka Menengah RPJM) maupun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan.
Rencana penanggulangan bencana ditetapkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima)
Penyusunan rencana penanggulangan
bencana dikoordinasikan oleh:
BNPB untuk tingkat nasional;
BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditinjau
secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
Pengenalan bahaya (hazard)
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia
merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard
potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa
bencana alam, bencana ulah manusia ataupun
kedaruratan komplek. Potensi bencana yang ada di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan
potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi
bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat
antara lain pada peta rawan bencana gempa di
Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah
wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan.
Jenis-jenis ancaman/bahaya yang
ada diwilayah indonesia
1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Letusan gunung api
4. Banjir
5. Tanah longsor
6. Kebakaran
7. Kekeringan
8. Efidemi dan wabah penyakit
9. Kegagalan teknologi
Pemahaman tentang kerentanan
masyarakat
Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau
sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan ini dapat berupa:
1. Kerentanan fisik
2. Kerentanan ekonomi
3. Kerentanan Sosial
4. Kerentanan lingkungan
tindakan penanggulangan bencana
Pencegahan dan mitigasi dibagi menjadi 2 bagian
pasif dan aktif
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam
mitigasi pasif antara lain adalah:
Penyusunan peraturan perundang-undangan
Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah
Pembuatanpedoman/standar/prosedur
Pembuatan brosur/leaflet/poster
Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
Pengkajian / analisis risiko bencana
Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
aktif antara lain:
Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
Penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan
lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke
daerah yang lebih aman.
Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana.
Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya.
Kesiapsiagaan
Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur Pendukungnya
Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan
bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning).
Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan).
Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
Tanggap darurat

Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,


kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
Penentuan status keadaan darurat bencana;
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
Pemenuhan kebutuhan dasar;
Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Pemulihan
Perbaikan lingkungan daerah bencana;
Perbaikan prasarana dan sarana umum;
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
Pemulihan sosial psikologis;
Pelayanan kesehatan;
Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
Pemulihan keamanan dan ketertiban;
Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
Pemulihan fungsi pelayanan publik
Mekanisme kesiapan dan
penanggulangan dampak bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
tahap prabencana,
saat tanggap darurat, dan
pascabencana.
Mekanisme penanggulangan
Bencana
Bencana Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut
dalam hal ini adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No
21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana. Dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas,
dinyatakan bahwa mekanisme tersebut dibagi ke dalam tiga
tahapan yaitu :
Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan
pelaksana,
Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana,
Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.
Peran perawat dalam perencanaan
penanggulangan bencana
Perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound
care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana.
Menurut Feri dan Makhfudli (2009)
Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder. ( PTSD ) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali,
individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguanf isik, perawat dapat berperan sebagai
konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakatdan profesi lain
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani
masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat
dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilita
Konsep dan model
– model Triase
bencana
Kelompok 4
o Ita Windi Astuti
o Mia Handayani
o Resti Tri Anzani
o Silvina Febriani
Definisi Triase
Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti mengambil atau
memilih. Adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang
mendapat penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal
atau kejadian bencana
sistim METTAG

Prioritas Kedua (Kuning)


Prioritas Pertama (Merah) : Pasien dengan cedera yang Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien
: Pasien cedera berat yang dipastikan tidak akan degan cedera minor yang tidak
memerlukan tindakan dan mengalami ancaman jiwa membutuhkan stabilisasi
Prioritas Nol (Hitam) : Pasien
transport segera (gagal nafas, dalam waktu dekat (cedera segera (cedera jaringan lunak,
mati atau cedera fatal yang
cedera torako-abdominal, abdomen tanpa shok, cedera fraktura dan dislokasi
jelas dan tidak mungkin
cedera kepala atau maksilo- dada tanpa gangguan respirasi, ekstremitas, cedera maksilo-
diresusitasi.
fasial berat, shok atau fraktura mayor tanpa shok, fasial tanpa gangguan jalan
perdarahan berat, luka bakar cedera kepala atau tulang nafas serta gawat darurat
berat). belakang leher, serta luka psikologis).
bakar ringan).
Konsep dan Klasifikasi Triase
• 1.Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa
• 2. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien
Konsep menurut ke akutannya
• 3. Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu

Triase antara • 4. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk
menghindari penurunan triage

lain :

• 1. Tingkat pengetahuan
• 2. Data yang tersedia
• 3. Situasi yang berlangsung

Triase diklasifikasi
berdasarkan pada :
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau
tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut :

Prioritas 1 atau Prioritas 3 atau


Prioritas 2 atau
Emergensi Non Urgent Prioritas 0 atau 4
Urgent
1. Pasien dengan 1. Pasien yang Kasus kematian
1. Pasien dengan
kondisi biasanya dapat 1. Tidak ada
penyakit yang
mengancam berjalan dengan respon pada
akut
nyawa, masalah medis segala rangsangan
memerlukan 2. Mungkin yang minimal
membutuhkan 2. Tidak ada
evaluasi dan 2. Luka lama respirasi spontan
intervensi segera trolley, kursi roda
atau jalan kaki 3. Kondisi yang 3. Tidak ada bukti
2. Pasien dibawa timbul sudah aktivitas jantung
ke ruang 3. Waktu tunggu
lama
resusitasi 30 menit 4. Hilangnya
4. Area respon pupil
3. Waktu tunggu 4. Area Critical
ambulatory / terhadap cahaya
0 (Nol) care
ruang P3
Klasifikasi Triage Dalam Gambaran
Kasus

Prioritas 3 – Kasus
Ringan
Minor injuries
Prioritas 2 – Kasus Seluruh kasus-kasus
Sedang ambulant / jalan
Trauma thorax non Prioritas 0 – Kasus
asfiksia Meninggal
Fraktur tertutup pada Tidak ada respon
Prioritas 1 – Kasus Berat tulang panjang pada semua
Perdarahan berat Luka bakar terbatas rangsangan
Asfiksia, cedera cervical,
cedera pada maxilla Cedera pada bagian / Tidak ada respirasi
Trauma kepala dengan koma jaringan lunak spontan
dan proses shock yang cepat
Tidak ada bukti
Fraktur terbuka dan fraktur
compound aktivitas jantung
Luka bakar > 30 % / Extensive
Burn
Penilaian Di Tempat dan Prioritas Triase
Umumnya tim tidak mempunyai tugas hanya
sebagai petugas triase, namun juga melakukan tindakan
pasca triase dan setelah triase selesai. Kondisi penilaian di
tempat dan prioritas triase antara lain :
1. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
2. Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas
kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban
untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
3. Beritahukan koordinator untuk mengumumkan
musibah massal dan kebutuhan akan dukungan antar
instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya
kejadian.
4. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas
yang mampu
5. Kenali dan tunjuk area sektor musibah
6. Rencana Pasca Kejadian Musibah
Triase dalam Bencana
Saat penolong (tenaga medis) memasuki
daerah bencana yang tentunya banyak memiliki
koran yang terpapar hal yang pertama kali harus
dipikirkan oleh penolong adalah Penilaian TRIASE.
Triase dibagi menjadi penilaian triase pada psikologis
korban dan menilai triase medis. Dalam Triase Medis
sebaiknya menggunakan metode START (Simple
Triage and Rapid Treatment) yaitu memilih korban
berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita
degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
Model Triage

Simple Triage
Single Triage START adalah START
Pada keadaan bertujuan untuk
Digunakan untuk
bencana massal (MCI) mengatasi ancaman
keadaan dimana
awal-awal, Pemilahan hidup yang utama,
pasien datang satu
dan pemilihan pasien yaitu sumbatan jalan
persatu, seperti
terutama ditujukan nafas dan pendarahan
misalnya di Instalasi
untuk prioritas arteri yang hebat.
atau Unit Gawat
transportasi pasien Pengkajian diarahkan
Darurat sehari-hari.
dan kemudian tingkat pada pemeriksaan:
Atau pada MCI (mass
keparahan status respirasi,
casualty incident) /
penyakitnya. sirkulasi (pengisian
bencana dimana fase
Biasanya, digunakan kapiler_, dan status
akut telah terlewati
triage tag/kartu mental.
(setelah 5 –10 hari).
triase.
Tahapan Bencana
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu :
tahap pra-disaster, tahap serangan atau saat terjadi bencana
(impact), tahap emergensi dan tahap rekonstruksi.

Tahap Emergensi dimulai


sejak berakhirnya Tahap Serangan atau
Tahap Pra-Disaster. Tahap
serangan bencana yang Terjadinya Bencana
Tahap Rekonstruksi mulai ini dikenal sebagai tahap
pertama, pada minggu (Impact phase) )
dibangun tempat tinggal, pra bencana, karena
pertama yang menolong merupakan fase
sarana umum seperti pada tahap pra bencana
korban bencana adalah terjadinya klimaks
sekolah, sarana ibadah, ini masyarakat perlu
masyarakat awam atau bencana, Inilah saat-saat
jalan, pasar atau tempat dilatih tanggap terhadap
awam khusus yaitu dimana, manusia sekuat
pertemuan warga bencana yang akan
masyarakat dari lokasi tenaga mencoba ntuk
dijumpainya kelak
dan sekitar tempat bertahan hidup.
bencana.
Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana
Keberadaan tenaga kesehatan tentunya akan
sangat membantu untuk memberi pertolongan
pertama sebelum proses perujukan ke rumah sakit
yang memadai.
Pengelolaan penderita yang mengalami cidera
parah memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa
menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu
sangatlah penting, karena itu diperlukan adanya suatu
cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal
sebagai Initial assessment (penilaian awal) dan Triase.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hidup dasar pada penderita
trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced
Trauma Life Support

Anda mungkin juga menyukai

  • BENCANA
    BENCANA
    Dokumen62 halaman
    BENCANA
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Ge Lansia
    Askep Ge Lansia
    Dokumen13 halaman
    Askep Ge Lansia
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • LP & SP Waham
    LP & SP Waham
    Dokumen15 halaman
    LP & SP Waham
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Contoh SP Dan Soap
    Contoh SP Dan Soap
    Dokumen4 halaman
    Contoh SP Dan Soap
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Tilik Injeksi Insulin
    Tilik Injeksi Insulin
    Dokumen2 halaman
    Tilik Injeksi Insulin
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen12 halaman
    ASKEP
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • BIOSTAT
    BIOSTAT
    Dokumen75 halaman
    BIOSTAT
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Hiv Pada Anak
    Askep Hiv Pada Anak
    Dokumen17 halaman
    Askep Hiv Pada Anak
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat