Anda di halaman 1dari 19

1.

ANI SURYANI 1714201110004


2. DESY NUR ELIANA1714201110009
3. HAQUL YAKIN 1714201110015
4. PANI AZHARI 1714201110043
5. RAHMITA SAFITRI 1714201110046
ASUHAN KEPERAWATAN
STROKE
Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologis fokal, atau global,
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatic ( kapita
Selekta jilid II ).
ASKEP STROKE SECARA UMUM

 Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien baik mental, sosial, dan
lingkungan.

A. Identitas diri klien


1). Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM, alamat.
2). Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaa, alamat.
LANJUTAN………..

a. Identitas diri klien


1). Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis
kelamin,status perkawinan, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM,
alamat.
2). Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaa, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian.
2). Riwayat penyakit sekarang : riwayat penyakit pasien
yang diderita saat masuk RS.
3). Riwayat kesehatan lalu : riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien.
4). Riwayat kesehatan keluarga : adakah riwayat penyakit
yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
c. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum.
2). Pemeriksaan persistem
a). Sistem persepsi dan sensori :pemeriksaan 5
indera
b).Sistem persarafan : bagaimana tingkat
kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi
waktu dan tempat.
c). Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas,
kualitas, suara dan jalan nafas.
LANJUTAN…………………

d). Sistem kardiovaskuler: nilai TD, nadi dan irama,


kualitas dan frekuensi.
e). Sistem gastrointestinal : nilai kemampuan menelan,
nafsu makan/minum, peristaltik usus, dan eliminasi.
f). Sistem integumen : warna kulit, turgor, tekstur dari
kulit pasien.
g). Sistem reproduksi.
h). Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume
BAK
d. Pola fungsi kesehatan
1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi
terdapat juga kebiasan merokok, minum alkohol dan pengunaan obat-
obatan.
2). Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang
mengalami lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan penurunan
kesadaran.
3). Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang
mengalami mual dan muntah.
4). Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami
oliguria.
5). Pola tidur dan istirahat.
LANJUTAN………………………..

6). Pola kognitif dan perceptual


7). Persepsi diri/ konsep diri.
8). Pola toleransi dan koping stres: pada pasien
hipertensi biasanya mengalami stress psikologi.
9). Pola seksual reproduktif
10). Pola hubungan dan peran.
- Prioritas diagnosa.
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik :
serebral) b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan
muskuloskleletal dan neurovaskuler.
c. Kurang perawatan diri b/d tidak
berfungsinya anggota gerak.
- Intervensi keperawatan.
a. Perfusi jaringan tidak efektif
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan
neurologis tiap 10 menit.
2) Pertahankan tirah baring pada posisi semifowler sampai
tekanan darah dipertahankan pada tingkat yang dapat
diterima.
3) Pantau data laboratorium misal : AGD, kreatin
4) Anjurkan tidak menggunakan nikotin atau rokok.
5) Kolabirasi pemberian obat-obatan anti hipertensi mislanya
golongan inhibitor simpatis (propanolol, atenolol), golongan
vasodilator (hidralazin).
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan nerovaskuler.
• Berikan posisi tidur yang tepat
• Cegah adduksi bahu
• Atur posisi tangan dan jari (jari-jari diposisikan sedikit fleksi dan tangan
ditempatkan agak supinasi)
• Ubah posisi pasien tiap 2 jam
• Latihan ROM 4-5 kali sehari

c. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak


Intervensi (self care assistance) :
• Kaji kemapuan untuk perawatan diri
• Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian, makan, toileting.
• Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.
• Dukung klien untuk menunjukan aktivitas normal sesuai kemampuan.
• Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan parawatan diri klien
ASKEP KONSEP PERAWATAN PALIATIF PADA STROKE

a. Pengkajian
Selama pengkajian perawat tidak boleh berasumsi tentang bagaimana atau klien atau
keluarganya mengalami duka cita. Perawat harus menghindari membuat asumsi
bahwa perilaku tertentu menandakan duka cita, sebaliknya perawat harus memberi
kesempatan pada klien untuk menceritakan apa yang sedang terjadi dengan cara
mereka sendiri. Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai dengan menggali
makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien dengan keluarga
dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka, dengan menekankan
keterampilan mendengar dan mengamati respond an perilaku mereka. Perawat
mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana klien seharusnya bereaksi.
Pertimbangan terhadap variable ini memberi perawat data dasar yang luas sehingga
dari data tersebut dapat dibuat perawatan yang sifatnya individual bagi klien.
b. Diagnosa Keperawatan
Perawat mengumpulkan data untuk membuat diagnose keperawatan mengenai duka
cita atau reaksi klien terhadap duka cita. Mengidentifikasi batasan karakteristik yang
membentuk dasar untuk mendiagnosa akurat juga mengembangkan intervensi dalam
rencana perawatan.Perilaku yang menandakan duka cita maladaptive termasuk yang
berikut ini:
1. Aktivitas berlebihan tanpa rasa kehilangan
2. Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga
3. Permusuhan terhadap orang tertentu
4. Depresi, agitasi dengan ketenangan, agitasi, insomnia, perasaan tidak berharga,
rasa bersalah yang berlebihan, dan kecenderungan untuk bunuh diri
5. Hilang keikutsertaan dalam aktivitas keagamaan dan ritual yang berhubungan
dengan budaya klien.
6. Ketidakmampuan untuk mendiskusikan kehilangan tanpa menangis (terutama lebih
dari 1 tahun) serta terjadi kehilangan.
7. Rasa kesejahteraan yang salah.
Diagnosa keperawatan Nanda yang berhubungan dengan duka cita:
1. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan :
- Potensial kehilangan orang terdekat yang dirasakan
- Petensial kehilangan kesejahteraan bisiopsikososial yang dirasakan
- Potensial kehilangan kepemilikan pribadi yang dirasakan

2. Duka cita maladaptive yang berhubungan dengan:


- Kehilangan obyek potensial atau actual
- Rintangan respons berduka
- Tidak ada antisipasi terhadap berduka
- Penyakit terminal kronik
- Kehilangan orang terdekat
3. Gangguan persediaan yang berhubungan dengan:
- Berduka yang tidak sesuai

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d.:


- Respon duka cita yang bertahap

5. Perubahan koping keluarga yang b.d.:


- Preokupasi sementara oleh orang terdekat yang mencoba untuk menangani konflik
emosional dan personal
- Penderita (antisipasi berduka) dan tidak mampu untuk menerima atau bertindak
secara efektif dalam kaitannya dengan kebutuhan klien

6. Perubahan proses keluarga b.d. :


- Transisi atau krisis situasi
c. Intervensi keperawatan
Tujuan bagi klien dengan kehilangan mencakup akomudasi duka cita, menerima realitas kehilangan,
mencapai kebali rasa harga diri, dan mempebarui aktivitas atau hbungan norma. Kebutuhan fisiologis,
perkembangan, dan spiritual juga harus di penuhi. Perawat harus lebih toleran dan rela untuk meluangkan
waktu lebih lama bersama klien menjelang ajal untuk mendengarkan klien dalam mengekspresikan duka
cita dan untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Tujuan tambahan bagi klien menjelang ajal antara
lain:
1. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
2. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
3. Mempertahankan harapan
4. Mencapai kenyamanan spiritual
5. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
6. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya
a. Peningkatan kenyamanan
b. Pemeliharaan Kemandirian
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
d. Peningkatan Ketenangan spiritual
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai