Anda di halaman 1dari 96

KESEHATAN

Kesehatan
Upaya kesehatan
Sumber daya kesehatan

Sumber daya kesehatan


Sarana kesehatan
Tenaga (sdm)kesehatan
KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
Kesehatan masyarakat (public health) –
pemeliharaan kesehatan
Kesehatan individu (medical - kedokteran) –
pelayanan kesehatan
Upaya kesehatan berupa upaya yang
preventif, kuratif, promotif dan
rehabilitatif
Fasilitas Kesehatan
HUKUM KESEHATAN
Seluruh peraturan yang mengatur tentang kesehatan
Hukum kesehatan masyarakat
Hukum kesehatan individu (hukum kedokteran –medical law)
Hukum yang umum dan hukum yang khusus
HUKUM KESEHATAN
Hukum umum: kuhperd, kuhpid, hukum adminstrasi
Hukum khusus: uu no. 36/09, uu no. 29/04, no. 44/09
Hukum khusus menghapuskan hukum umum (lex speciali derogat lex
generali)
HUKUM KEDOKTERAN
Hukum yang mengatur
Hubungan hukum antara:
Tenaga kesehatan
Sarana kesehatan
Pasien

Di bidang perdata, pidana dan adminstrasi


HUBUNGAN HUKUM
DOKTER DAN PASIEN
Hubungan di bidang Hukum Harta Kekayaaan diberi nama: perikatan
(verbintenis)
Dasarnya perjanjian atau undang-undang
Hak dokter menjadi kewajiban pasien dan sebaliknya
Diatur di dalam hukum umum dan hukum khusus
DOKTRIN HUKUM PERIKATAN
Perikatan hasil (resulttat verbintenis) – prestasi berupa hasil tertentu (dapat
diukur)
Perikatan ikhtiar (inspanning verbintenis – prestasi berupa upaya semaksimal
mungkin (sulit untuk diukur)
HAK-HAK PASIEN
Informasi
Persetujuan/Menolak tindakan medik
Rahasia kedokteran
Pendapat kedua
Rekam medik
Pelayanan sesuai kebutuhan
INFORMASI
Diminta atau tidak harus diberikan
kepada apsien
Diberikan kepada keluarga pasien atas
ijin dari pasien
Dokter berhak menahan informasi,
apabila merugikan pasien
Minimal tentang diagnosa dan terapi
PERSETUJUAN
Diberikan oleh pasien, kecuali di bawah
umur, di bawah pengampuan atau tidak
sadar
Untuk tindakan invasif diberikan secara
tertulis
Tanpa persetjuan adalah penganiayaan
dan pemaksaan
Dapat dipidana atas pengaduan pasien,
apabila merugikan pasien
INFORMED CONSENT
(PERMENKES 290/2008
Persetujuan yang diberikan setelah pasien mendapatkan informasi
Tanpa informed consent sanksi teguran sampai dengan pencabutan ijin
praktik
Bukan tindakan medik, pra tindakan medik, karena menghargai hak pasien
untuk menentukan diri sendiri (the right of self determination)
RAHASIA KEDOKTERAN
Rahasia jabatan
Pasal 322 KUHPidn dan Pasal 51 UUPK
Hak dokter untuk menolak hadir di
pengadilan
Pengajuan keberatan pada hakim
Hakim memutuskan ditolak atau
dikabulkan
Apabila ditolak, dokter harus hadir di
persidangan
PENDAPAT KEDUA
Hak pasien untuk dibantu oleh dokter pertama untuk mendapat pendapat dari
dokter kedua
Ada kerjasama antara dokter pertama dan dokter kedua
Hasil diberitahukan oleh dokter pertama, dalam arti kembali ke dokter
pertama
REKAM MEDIK
(PERMENKES 269/2008)
Cacatan tentang pasien, berisi identas dan riwayat penyakit pasien
Berkas milik sarana kesehatan dan isi milik pasien
Pasien tidak berhak untuk mendapatkan kopi rekam medik
Hanya berhak mendapatkan resume pulang
REKAM MEDIK
Dijaga kerahasiaannya, bahkan sampai pasien meninggal dunia
Untuk kepentingan penelitian dapat diberikan, namun tanpa identitas
Sengaja tidak membuat rekam medik tindak pidana kejahatan, diancam
dengan hukuman maks 1 th kurungan atau denda maks 50 juta
KEWAJIBAN DOKTER
EX PASAL 51 UUPK
Memberikan pelayanan sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan pasien
Merujuk pasien ke dokter lain yang
mempunyai keakhlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan a
pengobatan
Ancaman hukuman maks 1 th kurungan atau
maks denda 50 juta rupiah
KEWAJIBAN DOKTER
EX PASAL 51 UUPK
Merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien meninggal dunia
Melakukan pertolongan darurat atas dasar
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya
Ancaman hukuman maks 1 th kurungan atau
maks denda 50 juta ruliah
KEWAJIBAN DOKTER
EX PASAL 51 UUPK
Menambah ilmu penyetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi
Ancaman hukuman penjara dihapus setelah yudisial revieuw, tinggal
ancamanan hukuman denda maks 50 juta
Ukurannya apa?
KEWAJIBAN DOKTER MEMASANG PAPAN
NAMA
Tidak memasang papan nama dihukum dengan pidana kurungan maks 1
tahun atau denda 50 juta rupiah
Kewajiban adminstratif
Bukan kejahatan adminstratif, tetapi hanya pelanggaran adminstratif
KEJAHATAN PAPAN NAMA
Isi papan nama berisi penipuan dan pemalsuan
Menggunakan papan nama orang lain
STANDAR PROFESI MEDIK
KEWENANGAN KEMAMPUAN KETELITIAN
RATA-RATA YANG UMUM

Kekuasan yg Diukur dng Diukur dng


disahkan teman sejawat: teman sejawat:
Str Kategori Kategori

Sip Situasi Situasi

Sertifikat Kondisi Kondisi

kompetensi yang sama yang sama


KEWENANGAN
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain
Kewenangan adalah kekuasaan yang disahkan oleh yang berhak mensahkan
Kekuasaan dalam ilmu pengetahuan adalah kompetensi
KEMAMPUAN RATA-
RATA
Diukur dengan teman sejawat dengan kategori yang sama
Dengan situasi dan kondisi yang sama
Sesuai dengan kompetensi
Diukur secara rata-rata saja, bukan dengan yang terbaik
KETELITIAN YANG UMUM

Diukur dengan ketelitian teman sejawat


secara rata-rata, bukan yang terbaik
Dengan situasi dan kondisi yang sama
Sulit menentukan ukuran yang pasti
Sehingga lalai menjadi ukuran
SURAT TANDA REGISTRASI
Dikeluarkan oleh kki
Wajib bagi yang bekerja di bidang kedokteran
Syarat sertifikat kompetensi yang diberikan oleh kologium kedokteran setelah
uji kompetensi
Berlaku 5 tahun
KETENTUAN PIDANA STR
Tanpa str dihukum penjara maks 3 tahun atau denda maks 100 juta
Pemberi kerja yang mempekerjaan dokter tanpa STR/SIP dikenakan sanksi
penjara 5 tahun atau 300 juta
SURAT IJIN PRAKTIK
Dikeluarkan oleh dinas kesehatan kota/kabupaten
1 tempat praktik 1 sip, maksimal 3 buah
Berlaku sama dengan str
Prakrik kedokteran tanpa sip, dihukum maks 3 th atau denda maks 100 juta
rupiah
KEJAHATAN STR/SIP
STR/SIP palsu
Ijazah palsu digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan str/sip
Sertifikat kompetensi palsu
Surat kerangan sumpah dokter palsu
Rekomendasi idi palsu
HUBUNGAN HUKUM DOKTER-PASIEN
Perikatan dokter dan pasien berbentuk perikatan ikhtiar, maka gugatannya
sulit untuk wanprestasi, biasanya adalah berdasarkan Perbuatan Melawan
Hukum (PMH) - kelalaian
HUBUNGAN HUKUM
PASIEN DAN RUMAH SAKIT
Pasien menggunakan fasilitas rumah sakit dalam rawat inap
Dapat termasuk jasa pelayanan dokter atau tanpa
Hak dan kewajiban timbal balik
Mendapatkan pelayanan sesuai dengan SOP
HUBUNGAN HUKUM DOKTER
DAN RUMAH SAKIT
Hubungan ketenagakerjaan (dokter in), berlaku ketentuan ketenagakerjaan
Hubungan kontrak (dokter out), dokter hanya menggunakan fasilitas rs
Di Indonesia dikenal sebagai dokter tamu atau dokter mitra
HUBUNGAN HUKUM PESERTA DIDIK-DOKTER
PENDIDIK DAN RS

 Mahasiswa / Co-ass
 Belum memiliki kewenangan
 Tidak bertanggungjawab bila dianggap melaksanakan perintah jabatan
 Pidana: bisa bertanggungjawab sendiri, atau penyertaan,
 Perdata: tidak bertanggungjawab
 PPDS
 Bertanggungjawab sebatas kompetensinya
 Tanggungjawab DPK / DPJP untuk yg belum menjadi kompetensinya
BERBAGI TANGGUNGJAWAB RS DIK DENGAN
INSTITUSI PENDIDIKAN

 Perjanjian Kerjasama antara RS Dik dengan Institusi Pendidikan harus juga meliputi
Tanggungjawab kepada Pihak Ketiga
 FK: beri fungsi pendidikan bagi dokter dan peserta didik, RS beri fungsi pelayanan
 FK: Dosen Pendidik Klinik dan Peserta didik, sedangkan RS: Dokter Pendidik Klinik
DEFINISI RUMAH SAKIT

 Pasal 1 angka 1, UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS


 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
 Pasal 1 angka 3 UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
 menyebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Rumah sakit merupakan orang dalam
PENGANTAR bentuk badan hukum yang akan
melakukan hubungan hukum baik dengan
orang pribadi maupun badan hukum.

Badan hukum penyelenggara rumah


sakit dapat berupa badan hukum publik
bagi rumah sakit yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan badan hukum
privat.

Hubungan hukum tersebut merupakan


hubungan hukum dalam bidang
keperdataan yang tunduk kepada perjanjian
yang disepakati antara pemberi pelayanan
jasa kesehatan dengan penerima jasa
kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan menjaga ketertiban masyarakat, maka


pemerintah sebagai pemegang amanah dari rakyat atau warga Negara berwenang mengatur
keberadaan lembaga penyelenggara jasa pelayanan kepada masyarakat (Undang-Undang No.
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menegaskan bahwa tugas rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang promotif, preventif,
Kuratif dan rehabilitatif)
PENGANTAR

Hidup manusia akan selalu berhadapan


dengan perjanjian atau kontrak

Rumah sakit sebagai “orang” dalam bentuk


badan hukum akan bertanggung jawab
terhadap perbuatan hukum yang dilakukan
oleh organ-organ yang menjalankan tugas Perjanjian menjadikan para pihak
rumah sakit dan tanggung jawab tersebut yang membuat perjanjian atau yang
menyetujui suatu klausula perjanjian
juga ditanggung oleh yang mengendalikan terikat dengan aturan-aturan yang
dan menjalankan fungsi dan tugas badan
hukum tersebut (badan hukum baik badan disepakati bersama
hukum kenegaraan maupun badan hukum (Hukum)- KONTRAK TERAPEUTIK
pribadi (Pasal 1653 KUH Perdata) )
HUKUM DAN RUMAH SAKIT

HUKUM RUMAH SAKIT


 Seperangkat Sebagai subjek hukum
peraturan
Organ yang bertujuan
perundang-
undangan yang sebagai penyelenggara
dibuat oleh suatu pelayanan kesehatan
kekuasaan
(legislatif), dalam
mengatur pergaulan
hidup masyarakat.
DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN RS DI
INDONESIA
Undang- Peraturan
Permenkes
Undang Pemerintah

UU No. 36 Tahun PP No. 38 Tahun


2009 tentang Permenkes tentang
2007 ttg Pembagian Ijin Praktik dokter
Kesehatan Kewenangan antara
Pemerintah Pusat, Permenkes No. 659
UU No. 44 Tahun Prov, Kab/Kota (Bid. tahun 2009 tentang
2009 tentang RS Kesehatan), DST Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia
UU No 29 Tahun Permenkes No.147 tahun
2004 tentang 2010 ttg Perizinan Rumah
PP No. 41 Tahun Sakit
Pratik Kedokteran 2007 tentang
Organisasi
Perangkat Permenkes No.340
Daerah, DST Tahun 2010 ttg Klasifikasi
Rumah Sakit

Permenkes No.56 Tahun 2014


tentang Perijinan dan Klasifikasi 39
Rumah Sakit; dst
ASAS PENYELENGGARAAN RS

Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Asas Pancasila::


1. Nilai kemanusiaan (Humanity)
2. Nilai etika dan profesionalitas (Ethics and profesionalism)
3. Nilai manfaat (Benefit)
4. Nilai keadilan (Justice)
5. Nilai persamaan hak dan anti diskriminasi (Equality and Non Discrimination)
6. Nilai pemerataan (Equal et Bono or Fairness)
7. Nilai perlindungan dan keselamatan pasien (Patient Safety and Protection)
8. mempunyai fungsi sosial (Social Function)

DH: Pasal 2 UU RS
PENYELENGGARA RS
Pemerintah (badan layanan umum pusat dan badan layanan umum daerah)
Swasta nasional dan asing (yayasan, perkumpulan, perseroan terbatas)
Asing hanya modal saja, pelaksanaan tetap diselenggarakan oleh tenaga
Indonesia
TUJUAN PENGATURAN PENYELENGGARAAN
RS DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
1. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
2. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
3. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
4. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit, dan Rumah Sakit.

DH: Pasal 3 UU RS
TUGAS DAN FUNGSI RS

Pasal 4 TUGAS FUNGSI

 Rumah Sakit mempunyai


PASAL 4 UU NO. 44 TAHUN 2009 PASAL 5 UU NO. 44 TAHUN 2009

tugas memberikan 1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan


pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan pelayanan rumah sakit;
perorangan secara 2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan
paripurna. yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan;
4. penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan

43
SYARAT PENDIRIAN RS

Rumah Sakit harus memenuhi


persyaratan :
1. Lokasi (Lingkungan dan
Tata Ruang);
2. Bangunan (Ruang-ruang
Yankes);
3. Prasarana (Instalasi
Penunjang);
4. SDM (Medis, Keperawatan
, manajemen RS, dll)
terkait Ijin SDM;
5. Kefarmasian; dan
6. Peralatan.

DH: Pasal 7 ayat (1) UU RS


 Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi
tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah (LTD) dengan pengelolaan Badan Layanan Umum
(BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

DH: Pasal 7 ayat (3) dan (4) UU RS

Pasal 7 Permenkes No.147 tahun 2010


PERIJINAN RS
(PASAL 25 UU RS DAN PASAL 2 PERMENKES NO.147 TAHUN 2010)

1.Setiap Rumah Sakit harus Perijinan RS dapat dicabut


memiliki izin. apabila:
2.Izin yang dimaksud pada 1. habis masa berlakunya;
terdiri atas: 2. tidak lagi memenuhi
a.izin mendirikan Rumah persyaratan dan standar;
Sakit 3. terbukti melakukan
b.izin operasional Rumah pelanggaran terhadap
Sakit. peraturan perundang-
undangan; dan/atau
3.Izin operasional RS terdiri
atas: 4. atas perintah pengadilan
a. izin operasional sementara
dalam rangka penegakan
hukum.
b.izin operasional tetap.
PERIJINAN RS
(PASAL 3 PERMENKES NO.147 TAHUN 2010)

(1) Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan
menurut jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
(2) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh
Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.
(3) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(4) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D
diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(5) Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KLASIFIKASI RS

Pasal 2 UU No. 44 Tahun


2009 tentang RS mengatur
mengenaai : PENETAPAN RS Umum RS Khusus
KELAS RS (Psl 24 Permenkes
(Psl 4 Permenkes
(1) Setiap rumah sakit wajib 340/2010) 340/2010)
mendapatkan penetapan • RS Umum Kelas A • RS Khusus Kelas A
kelas dari Menteri • RS Umum Kelas B • RS Khusus Kelas B
• RS Umum Kelas C • RS Khusus Kelas C
(2) Rumah sakit dapat • RS Umum Kelas D
ditingkatkan kelasnya
setelah lulus tahapan
pelayanan akreditasi kelas
dibawahnya.

48
KLASIFIKASI RS

Pasal 5 Pasal 25 ayat (1)


Klasifikasi Rumah Sakit Umum
RS UMUM
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
RS KHUSUS
ditetapkan berdasarkan: ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan; a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia; b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan; c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen. e. Administrasi dan Manajemen.

49
KEWAJIBAN DAN HAK RS

Kewajiban RS Berdasarkan Pasal 29 UU RS, a.l: Hak RS diatur didalam Pasal 30 UU RS


1. Pelayanan Kesehatan
2. Pelayanan Gawat Darurat
3. Fungsi Sosial
4. Menghormati dan Melindungi Hak Pasien
5. Menyelenggarakan Hospital By Laws

Pelanggaran terhadap Kewajiban RS:


1. Teguran (Lisan dan Tertulis)
2. Denda
3. Pencabutan Ijin

Ada 20 kewajiban rumah sakit dan 8 hak rumah


sakit
Ada 18 hak pasien dan kewajiban pasien akan
diatur di dalam permenkes
Artinya kewajiban rumah sakit ada 38, hak
pasien 38
LEGAL FRAMEWORK PENYELENGGARAAN RS

•AD-ART PT/Yayasan Pemilik Asset RS


Konstitusi Korporasi
•PP Perjan
•UU RS
PUU tentang RS •PP
•Permenkes, etc
Kebijakan Kesehatan
•Policy Kadinkes (Prov/Kab/Kota)
Pemerintah stmpt

Hospital By Laws

Kebijakan/Peraturan •SOP
Penyelenggaraan RS •Job Desc
•KUHPerdata & KUHP
Aturan Hukum Umum •UU Lingkungan
•UU Tenaga Kerja
SUBYEK HUKUM KESEHATAN

1. Orang
(Dokter, Tenakes)
Subyek Hukum
Kesehatan
2. Badan Hukum
(Institusi Pelkes)
TANGGUNG JAWAB HUKUM RS
PASAL 46 UU RS

Rumah Sakit bertanggung jawab


secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.

M
TANGGUNG JAWAB HUKUM RS PEMERINTAH

Manajemen RS Pemerintah, dalam hal ini manajerial RS Pemerintah dapat dituntut.


Pasal 1365 KUHPerdata karena pegawai yang bekerja di RSP menjadi pegawai negeri dan
negara sebagai suatu badan hukum dapat dituntut untuk membayar ganti rugi atas tindakan
pegawai negeri yang dalam menjalankan tugasnya merugikan pihak lain.
TANGGUNG JAWAB RS SWASTA

Untuk manajemen RS dapat diterapkan Pasal 1365 KUHPerdata dan 1367 KUHPerdata
karena RS swasta sebagai badan hukum memiliki kekayaan sendiri dan dapat bertindak
dalam hukum dan dapat dituntut seperti halnya manusia.
TANGGUNGJAWAB NAKES

Memiliki persyaratan / kualifikasi dan mempertahankannya:


 Memiliki Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda Registrasi, Surat Iziin Praktik / Kerja, dll
Mematuhi Kode Etik Profesi
Mematuhi Standar Profesi
Mematuhi Standar Pelayanan dan SPO

Oleh karena itu ia bertanggungjawab atas kesalahan atau


pelanggaran ketentuan-ketentuan di atas
Pasal 45 UU 44/2009
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
BENTUK-BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN RUMAH
SAKIT

1. Tanggung Jawab terhadap bawahan di RS (Respondeat Superior Liability)


2. Tanggung Jawab terhadap Tenaga Medis di RS (Captain On The Ship Liability)
3. Tanggung Jawab terhadap Tenaga Kesehatan di RS (Borrowed Servant Liabilty)
4. Tanggung Jawab terhadap Organisasi/Kelembagaan (Corporate / Hospital Liability)
AD. RESPONDEAT SUPERIOR

Pasal 1367 dan Pasal 1368 BW

Yaitu : Pertanggungjawaban karena


adanya kerugian yang dilakukan oleh
bawahan
AD. CAPTAIN ON THE SHIP &
BORROWED SERVANT

Tanggung jawab ini muncul di ruang


operasi
 dokter tim leader
Perawat RS yang dipinjamkan ke dokter
 bertanggung jawab secara mandiri
AD. HOSPITAL LIABILITY

Pasal 2 KODERSI & Pasal 46 UU No. 44/2009

Persyaratan:
1. Masyarakat menduga bahwa dokter adalah dokter tetap RS
2. Masyarakat mencari RS bukan dokter

M
PERTANGGUNG JAWABAN RS

Public Liability
Medical Liability

Bertanggung jawab sendiri sebagai korporasi


Bertanggung jawab akibat Respondeat Superior
KORELASI UU RS DAN UU KESEHATAN

Pasal 58 UU No. 36/2009 ttg Kesehatan


Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya
TENAGA KESEHATAN
Medik, penunjang medik dan non medik
Lokal dan asing (sesuai kebutuhan- diatur dengan pp)
Tenaga tetap dan tidak tetap
Wajib memiliki ijin bagi tenaga medik baik lokal mau pun asing
KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB HUKUM RS
Berlaku tanggung jawab terpusat (central liability), sebab rs bertanggung
jawab terhadap seluruh kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian dari
seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit
Tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan (ada unsur kesengajaan)
TANGGUNGJAWAB
HUKUM
Responsibility
Liability

Perikatan dokter dan pasien berbentuk perikatan ikhtiar, maka gugatannya


sulit untuk wanprestasi, biasanya adalah berdasarkan Perbuatan Melawan
Hukum (PMH) - kelalaian
GUGATAN PMH
Pasal 1366kuhperdt
Perbuatan melawan hukum
Kelalaian
Kerugian
Hubungan kausal antara kelalaian dan kerugian
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(KESALAHAN/KELALAIAN)
Perbuatan melawan hukum adalah apabila
terjadi pelanggaran terhadap undang-
undang, ketertiban dan kesusilaan
Kesalahan apabila dilakukan dengan
sengaja, sedangkan kelalaian apabila
dilakukan dengan tidak sengaja
KESALAHAN/KELALAIAN MEDIK
Yang dapat menentukan kesalahan/kelalaian medik adalah orang yang satu
profesi dengan situasi dan kondisi yang sama
Polisi, hakim, jaksa tidak dapat menentukan adanya kesalahan/ kelalaian
medik
RISIKO
Dapat diprediksi, dalam arti agak sering
terjadi, maka pasien diberitahukan
Risiko yang jarang terjadi, maka pasien
tidak perlu diberitahukan
Yang penting penanganan akibat dari risiko
Ukurannya teman sejawat
KERUGIAN
Kerugian dapat berupa kerugian materiil mau pun kerugian imateriil
Gugatan imateriil. Harus dikonversi dengan uang
Pencemaran nama baik, perasaan tidak menyenangkan dsb
HUBUNGAN KAUSAL
Hubungan kausal antara kesalahan dan kerugian, artinya kerugian yang
diderita oleh pasien adalah disebabkan oleh kesalahan/kelalaian dokter
GANTIRUGI
Materiil
Imateriil
Gantirugi ditetapkan oleh hakim
Di Belanda gantirugi tidak besar, biasanya
dibayar oleh asuransi, karena semua
dokter menutup asuransi kerugian
BEBAN PEMBUKTIAN
Pasal 1886 KUHPerdt
Yang mendalilkan harus membuktikan
Pengalihan beban pembuktian apabila kesalahan dokter terlihat dengan jelas
Tidak berlaku strict liability
PENGALIHAN BEBAN PEMBUKTIAN

Pengalihan pembuktian: tergugat


dibebankan oleh hakim untuk
membuktikan tidak bersalah
Penggugat hanya perlu memperlihatkan ada
kerugian
Penggugat akan mendapatkan gantirugi,
cukup dengan memperlihatkan adanya
kerugian yang diderita
Tergugat harus membuktikan tidak
salah/lalai
VICARIUS LIABILITY
Vicarius liability: tanggungjawab majikan bukan hanya hanya atas perbuatan
melawan hukum yang dilakukan sendiri, juga terhadap perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh karyawannya (Ps 1367 (1) KUHPerd)
TANGGUNGJAWAB SENDIRI
Namun antara karyawan dan majikan
terdapat perhitungan sendiri, pada intinya
setiap orang yang melakukan
kesalahan/kelalaian harus
bertanggungjawab
Artinya penggugat akan menggugat majikan
Tenaga kesehatan lain (perawat, bidan)
adalah karyawan rs: tanggungjawab
majikan (Ps 1367 KUHPerdt)
DOKTER IN
Antara dokter dan rumah sakit terdapat hubungan kerja, tanggungjawab
majikan berlaku
Pasien akan menggugat rumah sakit, namun pada intinya dokter harus
membayar gantirugi
Dapat dilaihkan ke perusahaan asuransi
DOKTER OUT
Antara dokter dan rumah sakit terdapat hubungan kontrak, maka tidak
terdapat apa yang dikenal sebagai hubungan buruh dengan majikan
Dokter berhak menggunakan fasilitas rumah sakit
HAK UNTUK MENENTUKAN
DIRI SENDIRI
The right to self determination
Hak asasi pasien yang paling asasi
Termasuk hak untuk menolak pengobatan
Tidak termasuk hak untuk mati secara baik (euthanasia)
MENGHENTIKAN PENGOBATAN
YANG SIA-SIA
KEWAJIBAN DOKTER UNTUK MENGHENTIKAN PENGOBATAN YANG
SIA-SIA
DENGAN PERSETUJUAN PASIEN ATAU KELUARGA PASIEN, APABILA
PASIEN DIANGGAP TIDAK SANGGUP MEMBERIKAN KEPUTUSAN
PENOLAKAN PENGHENTIAN
PENGOBATAN YANG SIA-SIA
Setelah diberikan informasi, pasien ingin
meneruskan pengobatan, maka dokter
harus melanjutkan pengobatan
Yang perlu diberikan adalah pengobatan
semu, kalau dokter berpendapat tidak ada
gunanya lagi
PULANG ATAS PERMINTAAN
SENDIRI
Hak asasi pasien untuk menentukan diri sendiri (tros)
Hak untuk menolak pengobatan
Harus dihormati, meski pun akan menyebabkan kematian pasien, setelah
diberikan informasi yang benar
MATI BATANG OTAK
Keluarga pasien harus menentukan penghentian bantuan untuk menunjang
kehidupan vegetatif
Dokter tidak berhak menentukan penghentian bantuan vegetatif
KEADAAN DARURAT
Kewajiban dokter untuk membantu
Pilihan antara dua keadaan darurat
Tidak membantu dihukum maks 1 th kurungan atau denda maks 50 juta
rupiah
SANKSI DARI ASPEK HUKUM
ADMINISTRASI, HUKUM PERDATA DAN
HUKUM PIDANA

Sanksi Administrasi Sanksi Pidana Sanksi Perdata

•sanksi yang dikenakan terhadap • Disebut Hukuman • Bentuk sanksi dalam


pelanggaran administrasi atau
ketentuan undang-undang yang • Diatur dalam Pasal 10 hukum perdata dapat
bersifat administratif KUHP berupa:
•Bentuk sanksi Administrasi: • kewajiban untuk
•denda (misalnya yang diatur
• Bentuk Hukuman
dalam UU Kesehatan, UU RS, UU dibedakan atas: memenuhi prestasi
Tenaga Kesehatan) • Hukuman Pokok (kewajiban)
•pembekuan hingga pencabutan • hilangnya suatu
sertifikat dan/atau izin (misalnya • Hukuman Tambahan
ijin praktik tenaga kesehatan), keadaan hukum, yang
•penghentian sementara diikuti dengan
pelayanan administrasi hingga terciptanya suatu
pengurangan jatah produksi
(misalnya pengehentian keadaan hukum baru
sementara pelayanan kesehatan
pada sarpelkes yang tidak
memiliki ijin),
•tindakan administratif
BENTUK AKIBAT HUKUM ATAU SANKSI

Tanggung Jawab Hukum Pidana


 Pidana Badan: Kurungan, Penjara
 Pidana Denda
Tanggung jawab Hukum Perdata
 Ganti rugi
Tanggung jawab Hukum Administrasi
 Pencabutan ijin RS
 Perubahan status RS
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA

Dasar penerapannya pada:


“MENS REA –ACTUS REUS”
 Adanya kesalahan (fault-based)
 Kesengajaan (dollus)
 Kelalaian (culpa)
 Kemampuan pelaku untuk bertanggung jawab
 Faktor pemberat dan peringan pidana
 Kejahatan (kelalaian) terhadap tubuh manusia
 Ps. 359 KUHP: menyebabkan hilangnya nyawa orang
 Ps. 360 KUHP: menyebabkan luka
PENGATURAN SANKSI PIDANA

Ketentuan Pidana dalam KUHP


Ketentuan Pidana dalam UU No.29/2004
Ketentuan Pidana dalam UU No.36/2009
Ketentuan Pidana dalam UU No.35/2009
CONTOH KETENTUAN PIDANA – KUHP

KELALAIAN : 359-361 KUHP


KETERANGAN PALSU : 267-268 KUHP
ABORSI ILEGAL : 347-349 KUHP
PENIPUAN : 382 BIS KUHP
PERPAJAKAN : 209, 372 KUHP
EUTHANASIA : 344 KUHP
PENYERANGAN SEKS : 284-294 KUHP
KELALAIAN PIDANA (?)

Diuraikan dalam KUHP sebagai:


 “Karena salahnya”, “kealpaan”, “harus dapat menduga”, “ada alasan kuat untuk menduga”
Terdapat 2 tingkatan:
 Culpa Lata (gross negligence)
 Culpa Levis
Hanya Culpa Lata yg dapat dimasukkan ke dalam “kejahatan”, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana

(Arrest HR 14-11-1887, 25-4-1916)


TANGGUNG JAWAB HUKUM PERDATA

Dasar penerapannya pada: alternatif kondisi seharusnya dan kenyataan dilapangan (das
sollen dan das sein)
 UU: adanya kesalahan (fault-based)
 Perbuatan melanggar Hukum (Ps 1365 BW)
 Kontrak
 Adanya Wanprestasi (Ps. 1243 BW)
 Vicarious Liability
 Tanggung jawab majikan (Ps. 1367 BW)
ALTERNATIF PENYELESAIAN KONFLIK KESEHATAN

 Proses penyelesaian sengketa  Suatu proses


kesehatan melalui proses litigasi penyelesaian sengketa
di dalam pengadilan
L I T I G A S akan
I N O melalui
N L I T I Gbentuk
ASI
menghasilkan kesepakatan yang kesehatan
bersifat adversarial yang belum alternatif penyelesaian
mampu mencakup kepentingan sengketa di luar
para pihak, dan cenderung
menimbulkan masalah baru, pengadilan agar
lambat dalam penyelesaian, memperoleh putusan
biaya mahal, tidak responsif dan akhir dan mengikat para
menimbulkan permusuhan pihak yang secara umum
antara para pihak.
tidak selalu dengan
melibatkan intervensi dan
bantuan pihak ketiga yang
independen
BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DI
LUAR PENGADILAN

Konsultasi
Negosiasi
Mediasi
Konsiliasi
Penilaian ahli
PROSES MEDIASI

PROSES Tahap pra Pemahaman


MEDIASI proses mediasi proses mediasi

Prosedur
Tahap proses Prosedur
mediasi dalam
mediasi mediasi umum
proses litigasi

Mediator hakim
dan biaya
pemanggilan
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai