Anda di halaman 1dari 15

Transplantasi merupakan proses pengambilan

sel, jaringan atau organ yang disebut dengan graft,


dari satu individu dan memindahkannya ke individu
yang lain. Individu yang memberikan graft disebut
dengan donor, sedangkan yang mendapatkan graft
disebut dengan resipien.
Transplantasi merupakan tindakan pilihan bila
suatu alat atau jaringan tubuh yang vital rusak dan
tidak dapat diperbaiki lagi atau rusak permanen
akibat proses penyakit.
Faktor utama yang membatasi kesuksesan
transplantasi adalah respon imun dari resipien
terhadap jaringan donor. Hal ini ditemukan pada
seseorang yang mendapatkan penggantian kulit
yang mengalami kerusakan akibat kebakaran dari
donor yang tidak memiliki hubungan terbukti terjadi
kegagalan. Kegagalan ini terjadi akibat suatu proses
inflamasi yang disebut sebagai rejeksi.
Istilah-istilah Transplantasi
Autograft dan isograft biasanya memberikan
hasil yang baik, sedangkan allograft sering
ditolak. Telah dibuktikan bahwa rejeksi
(penolakan) allograft disebabkan karena reaksi
imun yang ditimbulkan oleh limfosit. Reaksi
tersebut terjadi dengan memori, sehingga
jaringan kedua yang dicangkokkan dari donor
yang sama akan menimbulkan rejeksi yang lebih
cepat.
Antigen transplantasi

Sebelum transplantasi dilakukan, harus ditentukan


terlebih dahulu kompatibilitas donor dan resipien untuk
mendapatkan hasil optimal dan meminimalkan penolakan
transplantasi.

Kebanyakan orang mempunyai antibodi (isohemaglutinin)


yang mengenal antigen tersebut. Subyek dengan golongan A
mempunyai antibodi terhadap B, golongan B mempunyai
antibodi terhadap A. Transfusi golongan darah yang tidak
sama/cocok akan ditolak.
Respon Imun Terhadap Allograft (Donor
dan Resipien dari spesies sama, tetapi
genetik tidak identik)
Proses rejeksi yang menyebabkan kerusakan pada
graft (organ) merupakan akibat dari respon imun yang
terjadi pada tubuh resipien terhadap graft dari donor.
Skin graft ditransplantasikan antara dua individu
yang secara genetic tidak berhubungan, sebagai contoh,
dari mencit strain A ke mencit strain B dan terjadi
rejeksi oleh resipien dalam 7 hingga 10 hari. Proses ini
disebut dengan first set rejection. Hal ini terkait dengan
respon imun primer tehadap graft.
Transplantasi kedua dari donor yang sama atau
donor yang sama secara genetic dengan donor pertama
direjeksi lebih cepat, yaitu 2 hingga 3 hari. Respon
yang lebih cepat ini terkait dengan respon imun
sekunder. Sehingga dapat disimpulkan bahwa graft
yang berbeda secara genetic menginduksi timbulnya
memori immunologi sebagai salah satu tanda respon
imun adaptive.
Pencegahan Supaya Tidak Terjadi
Rejeksi (penolakan) Allograft
Jika resepien memiliki sistem imun yang fungsional
secara keseluruhan, transplantasi hampir pasti akan
direjeksi. Strategi yang di gunakan pada praktek klinik
maupun pada eksperimen menggunakan hewan coba untuk
menghindari atau menunda terjadinya ejeksi adalah dengan
penggunaan imunosupresi dan meminimalisasi kekuatan
reaksi allogeneik graft.
Selain itu salah satu tujuan penting dalam menejemen
transplantasi adalah menginduksi toleransi yang spesifik
terhadap donor, sehingga graft dapat bertahan tanpa
memerlukan immunosupresi yang nonspesifik.
Strategi utama untuk mengurangi
immunogenesitas graft pada transplantasi adalah
dengan meminimalisasi perbedaan alloantigenik
antara donor dan resipien. Untuk menghindari
rejeksi hiperakut, antigen golongan darah A,B,O
donor graft harus identik dengan resipien.
Antigen A,B,O adalah penting karena antigen
itu diekspresikan pada banyak jenis sel. Antibodinya
yang sudah ada pada resipien yang inkompatibel
dapat menimbulkan kerusakan jaringan graft
misalnya pada ginjal.
Organ Yang Dapat Ditransplantasikan
• Ginjal
• Jantung dan Paru-paru

• Hati
• Kornea

• Kulit
• Sumsum Tulang
1. Ginjal
Transplantasi ginjal dilakukan pada gagal ginjal tingkat akhir dengan
menggunakan ginjal asal anggota keluarga atau mayat sebagai donor. Adanya
sensitisasi terhadap antigen donor yang sudah terjadi sebelum transplantasi
juga penting diketahui karena dapat merugikan.
Hal tersebut misalnya terjadi akibat transplantasi terdahulu yang
menimbulkan antibodi anti-HLA. Antibodi anti-HLA juga dapat digunakan
sebagai indikator dan adanya reaksi penolakan.

2. Jantung dan paru


Meskipun HLA matching dapat menguntungkan pada transplantasi
jantung dan paru, namun hal tersebut sering tidak sempat dilakukan. Masa
hidup satu tahun mencapai 80% pada penderita yang ditangani dengan baik.
rejeksi dini jantung yang menunjukkan adanya peningkatan ekspresi MHC-I
dapat diukur dengan perubahan elektrokardiogram dan biopsi miokard.
Adanya perubahan tersebut menunjukkan diperlukannya dosis imunosupresan
yang lebih tinggi.
3. Hati
Hati merupakan imunogen yang lemah dan masa hidup
satu tahun melebihi 70%. Mismatch HLA sering tidak praktis dan
tidak menunjukkan keuntungan pula, tetapi anti-HLA pçda
resipien dapat menimbulkan kerusakan saluran empedu.

4. Kornea
Transplantasi kornea sangat efektif dan berhasil untuk
waktu yang lama. Tempat kornea tersebut terlindung dan aliran
limfe sehingga biasanya tidak mempunyai kapiler (sequestered
antigen). Bila terjadi vaskularisasi (misalnya akibat trauma) maka
risiko rejeksi bertambah.
5. Kulit
Transplantasi kulit hanya dapat dilakukan sebagai
homografi oleh karena itu kulit sangat imunogenik. Ada kalanya
diperlukan allograft untuk sementara menutupi luka yang luas
dan kemudian diganti dengan homograft.

6. Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada defisiensi
imun, aplasia hematologis dan untuk mengganti sumsum tulang
pada penderita yang mendapat pengobatan agresif seperti pada
leukemia.
Transplantasi jaringan dari satu
individu kepada resipien yang
tidak identik secara genetik
menimbulkan respon imun
spesifik yang disebut dengan
rejeksi yang dapat
menghancurkan graft (organ).
KESIMPULAN Selain itu, salah satu tujuan
penting dalam menejemen
transplantasi adalah menginduksi
toleransi yang spesifik terhadap
donor, sehingga graft dapat
bertahan tanpa memerlukan
immunosupresi yang nonspesifik.

Anda mungkin juga menyukai