Anda di halaman 1dari 73

PROGRAM KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

DALAM
STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

dr. Luwiharsih,MSc
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
dr Luwiharsih, MSc
JABATAN SEKARANG :
Ka Bidang Diklat KARS
Ka Divisi Mutu PERSI 2012 – 2015

PENDIDIKAN
• SI Fakultas Kedokteran Unair
• SII Pasca Sarjana UI, Manajemen Rumah Sakit
PENGALAMAN KERJA

o Surveior & Pembimbing Akreditasi RS


(1995 – sekarang )
o Direktur RSK Sitanala Tangerang ( 2007 – 2010 )
o Ka Sub Dit RS Pendidikan, Ditjen Yanmed
Kemkes ( 2005 – 2007 )
o Ka Sub Dit RS Swasta, Ditjen Yanmed Kemkes (
2001 – 2005 )
o Ka Sub Dit Perijinan dan Akreditasi RS, Ditjen
Yanmed Kemkes (1995 – 2001)
kesehatan kerja ?
dan

kesehatan dan keselamatan


kerja ?

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


KESEHATAN KERJA
Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan utk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental &
sosial yg setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yg
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannnya dari risiko akibat faktor yg merugikan
kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yg disesuaikan dng kondisi fisiologi dan
psikologisnya,

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada


manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan
derajat kesehatan para pekerja
dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
DATA DAN FAKTA K-3 RS

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


• WHO

- 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan


virus HBV, 09 juta terpajan virus HBC dan
170.000 terpajan virus HIV/AIDS)

- Dapat terjadi : 15.000 HBC, 70.000 HBB & 1000

SECARA kasus HIV


GLOBAL - Lebih dari 90 % terjadi di negara berkembang

- 8 - 12 % pekerja RS sensitif terhadap lateks

• ILO

- Kematian akibat penyakit menular yang


berhubungan dng pekerjaan : laki-laki 108.256
dan perempuan 517.404
Sumber KMK 1087
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
DI LUAR NEGERI

• USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B,


47 positif HIV & setiap tahun 600.000 – 1000.000 luka tusuk
jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60 % tidak dilaporkan.

• Frekuensi angka KAK RS lebih tinggi 41 % dibanding pekerja


lain, dng angka terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI –
Needle Stick injuries)

• 41 % perawat RS mengalami cedera tulang belakang akibat


kerja (occupational low back pain)

Sumber KMK 1087


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
• Gaya berat yg ditanggung pekerja rata-2
lebih dari 20 kg. Keluhan low back pain
didapat pd 83,3 % pekerja. Terbanyak usia
30 – 49 tahun : 63,3 % (IBS di RSUD Jkt 2006)

• 65,4 % petugas pembersih di suatu RS di


INDONESIA JKT menderita dermatitis kontak iritan
kronik tangan (2004)

• Penelitian dr Joseph th 2005-2007 angka


KAK NSI mencapai 8-7 % dari total petugas
kesehatan

• Prevalensi gangguan mental emosional


17,7 % pd perawat di sutu RS di Jkt di Jkt

Sumber KMK 1087 berhubungan bermakna dng stressor kerja.


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Risiko terinfeksi Persentase
HBV 10-35 %
HCV 2.7 %
HIV 0.3 %

Sumber : makalah ibu Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS.


Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Saat
Terjadi Pajanan di 11 RS, Jakarta 2003

Jenis Tindakan Terpajan %


(n= 282)
Pemasangan 74 26,2
infus
Suntik 104 36,9
Operasi Besar 42 14,9

Tind Medis Lain 93 33

Sumber : makalah ibu Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS.


DATA PETUGAS SESUAI PROFESI TERKENA LUKA TUSUK
JARUM PERIODE 2001-2009 DI SUATU RS DI JAKARTAR
Profesi/Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Dokter 2 1 0 1 1 2 1 2 4

Perawat 4 2 2 0 2 1 3 7 6

Petugas Kebersihan 5 3 3 1 1 1 4 2 1

Petugas laundry 0 0 0 0 0 1 0 1 0

Petugas laboratorium 0 0 0 0 0 1 2 0 0

Pekarya 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Petugas Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Sumber : makalah ibu Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS.


Luka tusuk jarum

21.5% selama tindakan

78.5% setelah tindakan

Recapping

Melepas jarum / scalpel

Penempatan jarum
RISIKO TERINFEKSI : HBV,
TERTUSUK JARUM SUNTIK
HCV, HIV
(Kecelakaan akibat
(Penyakit Akibat
kerja/KAK)
Kerja/PAK)

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


GAYA BERAT YG
DITANGGUNG LOW BACK PAIN
(BEBAN KERJA)

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
No Bahaya Lokasi Pekerja yg paling
Potensial berisiko

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


No Bahaya Lokasi Pekerja yg paling
Potensial berisiko

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA RS DALAM
STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Rumah sakit
Standar
menyediakan program
KPS 8.4.
kesehatan dan
keselamatan staf

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


penting untuk
Program menjaga
kesehatan
dan kesehatan,
keselamatan
staf RS kepuasan, dan
produktifitas staf.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Bagaimana RS memberi orientasi
dan melatih staf, menyediakan
tempat kerja yang aman,
memelihara peralatan biomedis
PROGRAM
dan peralatan lainnya, mencegah
MUTU RS atau mengendalikan infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan, dan
Program
keselama berbagai faktor lain yang
tan staf menentukan kesehatan dan
kesejahteraan staf. (lihat juga
PPI.5.1, EP 2)

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


1. Skrining dan Pemeriksaan berkala

2.Pencegahan penularan infeksi kpd staf

3. Penyediaan sarana kewaspadaan


standar

4. Pemberian imunisasi

5. Pelaporan pajanan dan insiden


kecelakaan kerja (tertusuk jarum)

6. Pengobatan dan atau Konseling urgen &


non urgen Luwi PPI-HIPPI 180315
Risiko pajanan pd
petugas

Kontak petugas dengan


pasien

Karakteristik pasien
Rumah Sakit

Dana Rumah Sakit

Luwi PPI-HIPPI 180315


Elemen Penilaian KPS 8.4.

1. Pimpinan dan staf RS merencanakan program kesehatan dan


keselamatan

2. Program ini merespons kebutuhan staf yang urgen maupun non


urgen melalui pengobatan langsung dan rujukan

3. Data program menginformasikan program mutu dan


keselamatan rumah sakit

4. Ada kebijakan ttg pemberian vaksinasi dan imunisasi bagi staf

5. Ada kebijakan tentang evaluasi, konseling, dan tindak lanjut


terhadap staf yang terpapar penyakit infeksius, yang
dikoordinasikan dengan program pencegahan dan
pengendalian infeksi. (lihat juga PPI.5, EP 2)
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Standar KPS 8.4.
Rumah sakit menyediakan Program Kesehatan
dan Keselamatan Staf

Dokumen :

1. Program kerja K3 RS
2. Program pelayanan kesehatan
staf
3. Program vaksinasi dan imunisasi
4. SPO penangan staf yg terpapar
penyakit infeksius terkait program
PPI dan bukti pelaksanaan
KARS
KESEHATAN KERJA
DALAM BAB PPI

RS menyusun dan
menerapkan program yang
Standar komprehensif untuk
mengurangi risiko dari infeksi
PPI.5.
terkait pelayanan kesehatan
pada pasien dan tenaga
pelayanan kesehatan.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Maksud dan Tujuan PPI.5.

Identifikasi masalah
infeksi secara Program komprehensif
epidemiologik penting menjangkau pasien dan
utk RS, sesuai ukuran, staf
lokasi, geografis,
pelayanan pasien

Sasaran : menurunkan
risiko infeksi
Asesmen risiko secara
periodik

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Elemen Penilaian PPI.5.
1. Ada program komprehensif dan rencana
menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada pasien

2. Ada program komprehensif dan rencana


menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada tenaga kesehatan. (lihat juga
KPS.8.4)

3. Program termasuk kegiatan surveillance yg sistema


tik & proaktif utkmenentukan angka infeksi biasa
(endemik)
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Elemen Penilaian PPI.5.
4. Program termasuk sistem investigasi outbreak dari
penyakit infeksi (lihat juga Sasaran Keselamatan
Pasien 5, EP 1).

5. Program diarahkan oleh peraturan dan prosedur


yang berlaku

6. Tujuan penurunan risiko dan sasaran terukur dibuat


dan direview secara teratur.

7. Program sesuai dengan ukuran, lokasi geografis,


pelayanan dan pasien rumah sakit.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Seluruh area pasien, staf dan
pengunjung rumah sakit
Standar
dimasukkan dalam program
PPI 5.1
pencegahan dan
pengendalian infeksi.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Pasien Maksud dan Tujuan PPI 5.1.

Keluarga

Staf
SURVEI
INFEKSI RS LANCE
Tenaga PPI
sukarela

Pengunnjung

Individu
lain/suplier
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Elemen Penilaian PPI 5.1.

1. Semua area pelayanan pasien di rumah sakit


dimasukkan dalam program pencegahan dan
pengendalian infeksi

2. Semua area staf di rumah sakit dimasukkan dalam


program pencegahan dan pengendalian infeksi

3. Semua area pengunjung di rumah sakit dimasukkan


dalam program pencegahan dan pengendalian
infeksi Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
RISIKO TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
BERUPA :

 Pemaparan terhadap zat kimia

 Radiasi

 Fisik bangunan

 Peralatan yang terkontaminasi infeksi:

 HIV

 Hepatitis B (HBV)

 Hepatitis C (HBC)
Tenaga
kesehatan

- Pasien
- Pengunjung
- Peralatan
- Lingkungan

Perlindungan

TERPAJAN kesehatan
Petugas

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


1. Skrining dan Pemeriksaan berkala

2.Pencegahan penularan infeksi kpd staf

3. Penyediaan sarana kewaspadaan


standar

4. Pemberian imunisasi

5. Pelaporan pajanan dan insiden


kecelakaan kerja (tertusuk jarum)

6. Pengobatan dan atau Konseling urgen &


non urgen Luwi PPI-HIPPI 180315
Terciptanya lingkungan kerja
yang aman, sehat dan produktif
untuk SDM RS, aman dan sehat
bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan
sekitar RS sehingga proses
pelayanan RS berjalan baik dan
lancar

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


1. Terwujudnya org. kerja yg menunjang tercapainya K-3 RS

2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K-3 RS bagi


manajemen, pelaksana & pendukung program

3. Terpenuhinya syarat-2 K-3 di setiap unit kerja termasuk


sarana untuk kewaspadaan standar

4. Terlindunginya pekerja & mencegah terjadinya PAK &


KAK

5. Terselenggaranya program K-3 RS secara optimal &


menyeluruh

6. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas RS


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
► Dilakukan pada awal bekerja
► Dilakukan secara berkala
► Khusus untuk karyawan terpajan :
 Suhu tubuh dipantau 2x/hari untuk petugas yang merawat
pasien Flu Burung
 Bila timbul demam, petugas dipindah tugaskan perawatan,
dan harus menjalani uji diagnostik
 Jika penyebab tidak dapat diidentifikasi, dianjurkan
petugas mendapat pengobatan antiviral
► Imunisasi Hepatitis B

► Pemberian vaksin Flu Musiman yang dianjurkan


WHO  jika kontak dengan pasien penyakit
menular melalui udara (airborne)

► Kadar antibodi protektif perlu diperiksa

2 - 4 minggu setelah vaksinasi


► Alat Pelindung Diri (APD) harus tersedia
cukup di ruang perawatan dan tindakan.

► Indikasi pemakaian dan cara melepaskan


APD harus dipahami dengan baik oleh
petugas
1. Kurangnya kesadaran
karyawan

2. Kualitas dan ketrampilan kerja


kurang memadai

3. Meremehkan risiko kerja, tidak


menggunakan alat pelindung
diri yang sesuai ketentuan
Kondisi berbahaya
• Mesin, peralatan, bahan dll
• Lingkungan kerja
• Proses kerja
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
o Perbuatan berbahaya
• Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
• Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
• Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
► Periksa
status kesehatan petugas
terpajan
► Ketahuistatus kesehatan sumber
pajanan
► Tindakan sesuai jenis paparan
► Terapkan profilaksis pasca pajanan
(PPP) sesuai Kebijakan RS
► Mata  segera bilas dengan air mengalir selama
15 menit

► Kulit  segera bilas dengan air mengalir 1 menit

► Mulut  segera kumur-kumur selama 1 menit

► Segera hubungi Dokter yang berwenang untuk


melakukan perawatan pasca pajanan

► Lapor ke Komite / Tim PPI , panitia K3RS atau


sesuai alur RS
• Cuci dengan air mengalir
menggunakan sabun atau cairan
antiseptik, tanpa melakukan
pemijatan

• Berikan cairan antiseptik pada area


tertusuk /luka

• Lapor ke tim PPI atau


K3RS/berwenang
• Tindak lanjut Tim PPI :

Tentukan status HIV, HBV, dan HCV sumber


pajanan

Periksa status HIV, HBV, dan HCV petugas


yang terpajan

Monitoring dengan pemeriksaan


laboratorium
• Bila status pasien bebas HIV,HBV,HCV dan bukan
dalam masa inkubasi tidak perlu tindakan khusus
untuk petugas terhadap HIV,HBV,HCV, tetapi bila
petugas khawatir dapat dilakukan konseling

• Bila status pasien HIV,HBV.HCV positif maka tentukan


status HIV.HBV,HCV petugas kesehatan tsb
1. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap
petugas yang terpapar harus dilakukan konseling
dulu

2. Pre test untuk mengetahui apakah petugas sudah


terinfeksi sebelumnya

3. Jika hasil pre test positif, jelas bahwa petugas sudah


terinfeksi sebelumnya

4. Jika hasil pre test negatif sementara sumber Pasien


positif HBV, maka diberikan immunisasi HBV, bila
pasien positif HIV rujuk ke Tim AIDS
1. Berikan dukungan kepada petugas yang terpapar
2. Bila hasil pre test HIV pasien negatif petugas tetap
di konseling
3. Pemeriksaan ulang dilakukan, 6 minggu, 3 bulan
dan 6 bulan
4. Dapat minum obat ARV untuk memperkecil risiko
penularan, jika luka tusuk < 4 jam
ALUR LUKA TUSAK JARUM/PAPARAN CAIRAN TUBUH
Tertusuk jarum Terpajan cairan
terkontaminasi tubuh

Cuci dg air Segera lapor ke Cuci dg air


mengalir atasan mengalir

Buat laporan

Investigasi lapangan Tim PPI

Petugas dan Sumber


Periksa darah HCV, HBV, HIV

Perawatan &
Pengawasan dokter
► Jenis pajanan potensial :
 darah
 cairan semen / cairan vagina
 cairan serebrospinal
 cairan sinovial / pleura / periakardial /
peritonial / amnion
► Obat ARV harus diberikan dalam waktu < 4
jam
Status infeksi Sumber Pajanan
Vaksinasi dan respon
antibodi dari Petugas Tidak tahu /
HBsAg positif HBsAg negatif
Kesehatan± sarana pemeriksaan (-)
Belum divaksinasi 1 dos HBIg + seri vaksinasi Seri vaksinasi Seri vaksinasi hepatitis B
hepatitis B hepatitis B Sumber pajanan berisiko tinggi
 obati seperti pada HBsAg
positif
Pernah divaksinasi
Diketahui sbg responder Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP

Diketahui sbg non- 1 dosis HBIg + ulangan Sumber pajanan berisiko tinggi
responder seri vaksinasi hepatitis B Tidak perlu PPP  obati seperti pada HBsAg
atau 2 dosis HBIg positif
Anti-HBs terpajan  Anti-HBs terpajan 
Tidak diketahui status cukup - tidak perlu PPP cukup - tidak perlu PPP
respon antibodinya tidak cukup - 1 dosis Tidak perlu PPP tidak cukup - 1 dosis HBIg +
HBIg + vaksin boster vaksin boster
RISIKO SEROKONVERSI +
Pajanan darah/cairan tubuh dalam jumlah
besar ditandai :
 Luka dalam
 Darah terlihat jelas
 Akibat tertusuk jarum
 Pajanan  pasien dalam stadium AIDS
Alur PPP pada pajanan HIV
1. Kategori Pajanan (KP)
Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang
berpotensi menularkan infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar
dari salah satu bahan tersebut?

Tidak
Ya
OPIM Darah atau cairan berdarah
Tak perlu
PPP
Macam pajanan yang terjadi

Kulit yg tak utuh atau selaput Pajanan perkutaneus


Kulit yang utuh
mukosa

Seberapa berat?
Volume? Tak perlu PPP

Sedikit Banyak Tidak berat Lebih berat


(Satu tetes, dalam waktu (Beberapa tetes, percikan darah (Jarum solid atau (Jarum besar bersaluran,
singkat) banyak dan/atau dalam waktu goresan superfisial) tusukan dalam, darah terlihat,
lama)
jarum bekas pasien)

KP 1 KP KP 2 KP 3
Pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan
Kategori Kategori Sumber Rekomendasi Pengobatan
Pajanan pajanan (KS
(KP) HIV)
1 1 (rendah) Obat tidak dianjurkan
Risiko toksisitas obat > dari risiko
terinfeksi HIV
1 2 (tinggi) Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir
Pajanan memiliki risiko yang perlu
dipertimbangkan
2 1 (rendah) Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir
Kebanyakan pajanan masuk dalan
kategori ini
2 2 Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau
3 1 atau 2 nelfinavir
Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis :
AZT : 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg
3TC : 2 kali sehari @ 150mg
Indinavir : 3x sehari @ 800mg 1 jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan dan banyak minum, diet rendah lemah
Rekomendasi Pemberian PPP

PAJANAN SUMBER TIDAK SUMBER SUMBER POSITIF REJIMEN


DIKETAHUI POSITIF RISIKO TINGGI
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP

Mukosa / Pertimbangkan Berikan rejimen Berikan rejimen 2 AZT 300 mg


Kulit tidak utuh rejimen 2 obat 2 obat obat 3TC 150 mg
/ 12 jam x 28 hari

Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen 3 AZT 300 mg
tajam Solid obat 2 obat obat 3TC 150 mg
Lop/r 400/100
Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen 3 / 12 jam x 28 hari
tajam berongga obat 3 obat obat
MONITORING PPP-HIV
► Profilaksis harus diberikan selama 28 hari
► Dibutuhkan dukungan psikososial
► Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui proses infeksi
dan memonitor efek toksik obat ARV
► Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan
► Taat menerapkan Kewaspadaan Isolasi : Standar
dan Berdasarkan Transmisi
► Menjaga kesehatan saluran napas (tidak merokok)
► Menjaga kesehatan tubuh secara umum
► Menjaga kebersihan diri
► Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat
► Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
► Petugas menderita flu diminta tidak merawat atau
kontak dengan pasien imunitas rendah
(imunokompromais)

► Petugas yang demam / menderita gangguan


pernafasan dalam 10 hari setelah terpajan penyakit
menular melalui udara (airborne) perlu dibebas-
tugaskan dan harus diisolasi
 Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan

 Gunakan baki bila memberikan benda tajam

 Pendidikan & latihan berkesinambungan

 Gunakan APD sesuai jenis tindakan

 Baca etiket obat/cairan sebelum diberikan

 Jangan memanipulasi jarum bekas pakai!

 Tidak menyarungkan kembali jarum yang telah


dipakai!
• Buang jarum bekas pakai pada kontainer yang
telah disediakan

• Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai


kepada orang untuk dibuang!!

• Buang kontainer jarum jika sudah 2/3 penuh

• Buang sampah sesuai tempatnya

• Jaga kebersihan lingkungan

• Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin


• Lepaskan jarum memakai alat yang
tepat, atau buang jarum bersama syringe

• Buang jarum pada kontainer yang tahan


tusukan dan tahan bocor

• Gunakan sistem Vacutainer

• Jangan tinggalkan jarum sembarangan


KESIMPULAN
1. Segera laporkan kejadian kecelakaan kerja di rumah sakit
seperti tertusuk benda tajam habis pakai

2. Pemeriksaan kesehatan rutin terhadap petugas di rumah


sakit merupakan kebijakan yang menjadi prioritas dari
manajemen

3. Sarana dan prasarana adalah hal yang menjadi prioritas untuk


disediakan oleh manajemen

4. Petugas bekerja harus sesuai dengan standar yang telah di


tetapkan
Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai