Anda di halaman 1dari 21

OBAT ADRENERGIK

DAN
ANTI ADRENERGIK

Kelompok 1 :
-Anggraeni
-Firkhi
-Gina Febriliana
-Rizza Lutfiyan
SUSUNAN SARAF OTONOM
Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis bekerja pada
organ-organ yang sama, tetapi menghasilkan respons yang berlawanan agar
tercapainya homeostasis Kerja obat-obat pada sistem saraf simpatis dan
parasimpatis dapat berupa respons yang merangsang dan menekan.
SISTEM SARAF SIMPATIS
1. Adrenergik penghantar Adrenergik,
atau obat agonis adrenergik
(simpatomimetik)
2. Anti Adrenergik penghambat
adrenergic , atau obat Antagonis
adrenergik
(parasimpatomimetik )
Hubungan Reseptor Adrenergik dan
Anti Adrenergik
1. ADRENERGIK

Obat-obat yang merangsang sistem saraf.


Obat ini menyerupai neurotransmitter
simpatis (norepinefrin dan epinefrin).
Obat-obat ini bekerja pada satu tempat
atau lebih dari reseptor adrenergic yang
terdapat pada sel-sel otot polos, seperti
pada jantung, dinding bronkiolus, kantung
kemih dan otot siliaris pada mata
4 reseptor adrenergic, yaitu :

 alfa-1 meningkatkan kekuatan kontraksi


jantung.Vasokontriksi : meningkatkan tekanan
darah. Midriasis: dilatasi pupil mata. Kelenjar
(saliva): mengurangi sekresi.
 alfa-2menghambat pelepasan norepinefrin,
dilatasi pembuluh darah, dan menimbulkan
hipotensi. Dapat memperantarai kontriksi
arteriolar dan vena.
 beta-1meningkatkan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi.
 beta-2mendilatasi bronkiolus. Meningkatkan
relaksasi GI dan uterus.
Obat-obat simpatomimetik yang
merangsang reseptor adrenergic
diklasifikasikan ke dalam 3 golongan
berdasarkan efeknya pada sel-sel organ :
OBAT-OBAT ADRENERGIK
1. Epinefrin

Banyak obat-obat adrenergic merangsang lebih dari satu tempat


reseptor adrenergic. Salah satu contohnya adalah epinefrin (adrenalin),
 bekerja pada tempat reseptor : alfa-1, beta-1 dan beta-2.
 Respons dari tempat-tempat ini adalah meningkatkan tekanan darah,
dilatasi pupil, meningkatkan denyut jantung (takikardia), dan
bronkodilatasi. Pada syok jenis-jenis tertentu (yaitu: kardiogenik,
anafilaktik),
 epinefrin adalah obat yang berguna karena meningkatkan tekanan darah,
denyut jantung dan aliran udara melalui paru-paru melalui bronkodilatas
Karena epinefrin mempengaruhi 3 reseptor adrenergic yang berbeda,
maka epinefrin tidak mempunyai selektivitas, dengan kata lain dianggap
nonselektif terhadap satu reseptor.
 Efek samping terjadi jika dihasilkan lebih banyak respons daripada yang
diinginkan.
2. Isoproterenol hidroklorida

 Mengaktivasi reseptor beta-1 dan beta-2.


 Obat ini lebih spesifik daripada epinefrin, karena
bekerja pada dua reseptor adrenergic, tetapi tidak
sepenuhnya selektif.
 Respons terhadap perangsangan beta-1 dan beta-2
adalah meningkatkan denyut jantung dan bronkodilatasi.
 Jika seorang klien memakai isoproterenol untuk
mengendalikan asma dengan dilatasi bronkus, maka
terjadi juga peningkatan denyut jantung akibat
perangsangan beta-1.
 Jika isoproterenol dipakai secara berlebihan, maka
dapat terjadi takikardia yang berat.
3. Albuterol sulfat

 Bekerja pada reseptor adrenergic beta-2, sehingga responsnya


hanya bronkodilatasi.
 Seorang klien penderita asma dapat memberikan respons lebih baik
jika menggunakan albuterol dibanding isoproterenol karena kerja
utamanya adalah reseptor beta-2.
 Albuterol sulfat baik diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal dan
dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh dari obat sedikit berbeda-
beda tergantung dari rute pemberian.
 Penggunaan utama albuterol adalah untuk mencegah dan mengobati
bronkospasme. Dengan inhalasi, mula kerja dari albuterol lebih cepat
daripada pemberian per-oral, meskipun lama kerjanya sama untuk
preparat oral maupun inhalasi.
 Efek samping : gelisah, dan gugup dapat terjadi bila memakai obat
dengan dosis tinggi, efek samping yang kemungkinan besar adalah
efek beta-1. Jika albuterol dipakai bersama penghambat MAO, dapat
terjadi krisis hipertensi. Penghambat beta dapat menghambat kerja
albuterol.
4. Klonidin dan metildopa

 Bekerja pada reseptor : alfa-2


 dipakai untuk mengobati hipertensi.
 Teori yang telah diterima mengenai obat-obat
alfa-2 adalah obat-obat ini mengatur pelepasan
dari norepinefrin dengan menghambat
pelepasannya. Obat-obat alfa-2 juga diduga
menghasilkan penekanan kardiovaskular dengan
merangsang reseptor alfa-2 pada SSP, sehingga
terjadi penurunan tekanan darah.
 Efek samping sering timbul jika dosis obat
dinaikkan atau obat bersifat nonselektif.
PENYULUHAN PADA PASIEN JIKA
MENGGUNAKAN OBAT
ADRENERGIK
 Beritahu untuk membaca label dari semua obat bebas untuk gejala-gejala
flu dan pil diet. Banyak di antaranya mengandung obat-obat simpatis dan
tidak boleh dipakai jika klien menderita hipertensi atau diabetes, aritmia
jantung atau penyakit arteri koroner.
 Beritahu bagaimana memberikan obat-obat flu dengan semprotan atau
tetesan pada lubang hidung. Obat semprot harus dipakai dengan kepala
pada posisi tegak. Pemakaian semprot hidung pada posisi berbaring dapat
menyebabkan absorpsi sistemik. Perubahan warna dari semprot dan tetes
hidung mungkin menunjukkan adanya kerusakan obat.
 Beritahu klien untuk tidak menggunakan semprot bronkodilator secara
berlebihan. Jika klien memakai obat adrenergic nonselektif yang
memengaruhi reseptor beta-1 dan beta-2, maka dapat terjadi takikardia.
 Jelaskan kepada klien bahwa pemakaian semprot atau tetes hidung yang
terus- menerus yang mengandung simpatomimetik dapat menimbulkan
rebound dari kongesti hidung (peradangan dan kongesti jaringan hidung).
 Beritahu ibu-ibu untuk tidak memakai obat simpatomimetik sewaktu
menyusui. Obat- obat ini dapat masuk ke dalam ASI.
OBAT-OBAT ANTI ADRENERGIK
 Atau disebut juga Penghambat adrenergik selektif
adalah penghambat adrenergic yang hanya
menghambat tempat reseptor alfa-1 atau beta-1
atau beta-2 saja.
 Penghambat adrenergik nonselektif adalah
penghambat adrenergic yang menghambat lebih
dari satu jenis reseptor adrenergic. Manfaatnya,
Penghambat alfa dapat dipakai untuk mengobati
penyakit pembuluh darah tepi, seperti penyakit
Raynaud. Penghambat beta berguna untuk
mengobati aritmia jantung, hipertensi ringan,
takikardia ringan, dan angina pectoris.
RESEPTOR OBAT OBAT ANTI
ADRENERGIK

Reseptor Respons- respons

Alfa- 1
Vasodilatasi: menurunkan tekanan darah. Dapat terjadi refleks
takikardia.
Miosis: kontriksi pupil. Menekan ejakulasi.

Beta-1 Menurunkan denyut jantung.

Beta-2 Kontriksi bronkiolus. Kontraksi uterus.


1. Penghambat Adrenergik Alfa

 Obat-obat yang menghambat respons pada tempat


reseptor adrenergic alfa disebut sebagai penghambat
adrenergic alfa, atau lebih sering disebut sebagai
penghambat alfa.
 Penghambat alfa menimbulkan vasodilatasi, sehingga
mengakibatkan penurunan tekanan darah. Jika vasodilatasi
berlangsung terus, maka dapat terjadi hipotensi ortostatik.
Pusing juga dapat merupakan salah satu gejala penurunan
tekanan darah. Dengan menurunnya tekanan darah, denyut
nadi biasanya meningkat untuk mengkompensasi tekanan
darah yang rendah dan aliran darah yang tidak memadai.
 Penghambat alfa dapat dipakai untuk mengobati
penyakit pembuluh darah tepi, seperti penyakit
Raynaud. Dengan terjadinya vasodilatasi, maka akan lebih
banyak darah mengalir ke anggota gerak.
2. Penghambat Adrenergik Beta

 Penghambat adrenergik beta, seringkali disebut sebagai


penghambat beta, menurunkan denyut jantung, biasanya
akan diikuti dengan penurunan tekanan darah.
 Kebanyakan dari penghambat beta bersifat nonselektif,
menghambat baik reseptor beta-1 maupun beta-2. Bukan
hanya terjadi penurunan denyut nadi akibat penghambatan
beta-1, tetapi terjadi juga bronkokontriksi.
 Penghambat beta nonselektif sudah pasti tidak boleh dipakai
oleh penderita penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
atau asma yang berat. Jika efek yang diinginkan adalah
menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, maka dapat
dipakai penghambat beta-1 selektif, seperti metoprolol
tartrat.
OBAT-OBAT ANTI ADRENERGIK
1. Propanolol HCl

 Merupakan penghambat beta pertama yang diresepkan untuk mengobati


angina, aritmia jantung, dan hipertensi. sebagian karena respons
nonselektifnya dalam menghambat baik reseptor beta-1 maupun beta-2.
 Obat ini merupakan kontraindikasi bagi klien penderita asma, atau blok
jantung derajat dua atau tiga.
 Obat ini dimetabolisme oleh hati, mengalami first-pass hepatic sehingga
hanya sejumlah kecil yang mencapai sirkulasi sistemik. Mempunyai waktu
paruh yang singkat, yaitu 3-6 jam.
 Obat ini juga menyebabkan kontriksi saluran bronchial dan kontraksi
uterus. Obat ini tersedia dalam bentuk oral tablet, kapsul sustained
release dan untuk pemakaian intravena. Mula kerja, waktu mencapai kadar
puncak dan lama kerja formula preparat sustained release lebih lama
daripada tablet. Bentuk ini efektif untuk pemberian dosis satu kali sehari,
khususnya untuk pasien yang tidak patuh dengan dosis beberapa kali
sehari.
 Efek samping umum dari penghambat adrenergic alfa adalah aritmia, flushing,
hipotensi, dan takikardia refleks.
 Efek samping yang sering timbul pada penghambat beta adalah bradikardia, pusing
hipotensi, sakit kepala, hiperglikemi, bertembah beratnya hipoglikemi, dan
granulositosis. Biasanya efek samping berkaitan dengan dosis.
PENYULUHAN PADA PASIEN
KETIKA MENGGUNAKAN OBAT
ANTI ADRENERGIK
 Beritahu bagaimana menghindari hipotensi ortostatik, seperti perlahan-lahan
bangkit dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri.
 Nasihatkan klien yang mendapat terapi insulin bahwa tanda-tanda awal dari
hipoglikemi akan tertutup oleh obat-obat penghambat beta (yaitu, takikardia,
gugup). Pastikan bahwa klien dengan seksama memantau gula darah mereka dan
mengikuti aturan diet.
 Beritahu klien dan keluarga akan kemungkinan terjadinya perubahan mood sewaktu
menggunakan penghambat beta. Perubahan mood dapat berupa depresi, mimpi
buruk, dan bahkan percobaan bunuh diri. Jika terjadi efek samping demikian, dosis
obat perlu disesuaikan.
 Nasihatkan klien pria bahwa penghambat beta tertentu, seperti propanolol,
metoprolol, pindolol dan penghambat alfa, seperti prazosin, dapat menyebabkan
impotensi. Biasanya masalah ini berkaitan dengan dosis. Mungkin perlu dilakukan
penyesuaian dosis.
 Anjurkan klien untuk berbicara dengan dokter sebelum menghentikan pemakaian
penghambat beta. Penghentian penghambat beta yang tiba-tiba dapat menyebabkan
hipertensi rebound, takikardia rebound, atau serangan angina.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai