Anda di halaman 1dari 21

Hemoragia postpartum

(perdarahan postpartum)

1. Hardini Nur Rizky (1611020148)


2. Salsabila Yuninda (1611020149)
3. Antias Widia (1611020150)
4. Wulan Dwi Jayanti (1611020151)
5. Multri Karani (1611020152)
Definisi
Hemoragia postpartum (perdarahan
postpartum)

 Definisi lama
• Kehilangan darah >500ml setelah persalinan
• Kehilangan darah >1000ml setelah persalinan sesar
 Perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi dua.
1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam setelah
kelahiran)
2. Perdarahan postpartum lambat (sampai 28 jam setelah
kelahiran).
Etiologi

4T
Tone –Atoni uterus
Tissue –Sisa plasenta/bekuan
Trauma –laserasi, ruptur, inversio
Thrombin – koagulopati
Faktor Predisposisi

 Kelahiran besar
 Kelainan forsep tengah
 Rotasi forsep.
 Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap
 Insisi serviks.
 Kelahiran per vaginam
 Post-seksio caesarea
Tanda Klinis

 Hipovolemia yang berat, hipoksia, takipnea, dispnea, asidosis, dan


sianosis.
 Kehilangan darah dalam jumlah yang besar
 Distensi kavum uterus (Mitayani, 2011)
Komplikasi

 Kematian
 Infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang
 Sindrom sheehan sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars
anterior sehingga terjadi insufisiensi pada bagian tersebut.
Gejalanya adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunya berat badan
sampai menimbulkan kakeksia. (kemenkes RI, 2013)
Patofisiologi
Penatalaksanaan

 Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada


funds uterus. Bila perdarahan berlanjut, pengeluaran plasenta
secara manual harus dilakukan.
 Pemberian 20 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan RL atau normal
saline terbukti efektif bila diberikan perifus intravena kurang lebih
10 ml/menit bersama dengan mengurut uterus secara efektif.
 Bila cara di atas tidak efektif, ergovine 0,2 mg yang diberikan secara
IV dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan beretraksi
dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi
plasenta.
Bila penatalaksanaan perdarahan yang telah disebutkan tadi masih
belum berhasil, maka segera lakukan tindakan berikut:
 Lakukan kompresi uterus bimanual (tindakan ini akan mengatasi
sebagian besar perdarahan).
 Tranfusi darah. Golongan darah setiap ibu harus sudah diketahui
sebelum persalinan.
 Lakukan eksplorasi kavum uterus secara manual untuk mencari sisa
plasenta yang tertinggal.
 Lakukan pemeriksaan inspekulum pada serviks dan vagina.
 Pasang tambahan infus IV kedua dengan menggunakan kateter IV
yang besar, sehingga aksitosin dapat diteruskan sambil
membersihkan darah.
 Kecukupan output jantung pengisian arterial dapat dipantau
melalui produksi kemih.(Mitayani, 2011)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pada kasus perdarahan postpartum seharusnya dilakukan
pemeriksan fisik secara keseluruhan dan lebih difokuskan pada:
 Aktivitas atau istirahat, dengan melaporkan kelelahan berlebihan
 Sirkulasi. Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400-500 ml
(kelahiran per vaginam), 600-800 ml (kelahiran seksio caesarea)
meskipun kehilangan darah sering diabaikan. Riwayat anemia
kronis, defek koagulasi kongenital atau insidental, serta idiopatik
trombositopenia purpura.
 Integritas ego. Cemas, ketakutan, dan khawatir.
Perdarahan postpartum awal
(sampai 24 jam setelah kelahiran)
1. Sirkulasi
 Perubahan TD dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai kchilangan
darah bermakna).
 Perlambatan pengisian kapiler
 Pucat, kulit dingin/lembap
 Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta
tertahan).
 Dapat mengalami perdarahan per vaginam berlebihan, rembesan
dari insisi caesarea atau episiotomi, seperti: rembesan keteter
intravena, injeksi intramuskuler atau keteter urinarius, perdarahan
gusi (tanda- tanda koagulasi intravaskular diseminata).
 Hemoragi berat atau gejala syok di luar proporsi jumlah kehilangarn
darah (inversi uterus)
2. Eliminasi
 Kesulitan berkemih dapat menunjukkan hematoma dari porsi
vagina.
3. Nyeri/ketidaknyamanan
 Sensasi nyeri terbakar/ robekan (laserasi), nyeri vulva/vagina/
pelvis/punggung berat (hematoma), nyeri uterus lateral, nyeri
panggul (hematoma ke dalam ligamen luas), nyeri tekan abdominal
(atonia uterus, fragmen plasenta tertahan), nyeri abdominal
(inversi uterus).
4. Keamanan
 Laserasi jalan lahir: darah merah terang sedikit menetap
(mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus
berkontraksi dengan baik, robekan terlihat pada labia
mayora/minora dari muara vagina ke perineum, robekan
episiotomi luas, ekstensi episiotomi ke dalam kubah vagina
atau robekan pada serviks.
 Hematoma: unilateral, penonjolan masa tegang berfluktuasi
pada muara vagina atau meliputi labia mayora, keras, nyeri
pada sentuhan perubahan warna kemerahan atau kebiruan
unilateral kulit perineum atau bokong (hematoma abdominal
setelah kelahiran caesarea mungkin asimptomatik, kecuali pada
perubahan tanda vital).
5. Seksualitas
 Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi, perdarahan
merah terang dari vagina (lambat atau tersembunyi), bekuan -
bekuan besar dikeluarkan dari masase uterus (atonia uterus).
 Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parstial dan agak
menonjol (fragmen-fragmen plasenta yang tertahan).
 Fundus uterus terinversi mendekat pada kontak atau menonjol
melalut os. eksternal (inversi uterus).
 Kehamilan baru dapat memengaruhi hiperdistensi uterus (gestasi
multipel polihidramnion, makrosomia) abrupsí plasenta, plasenta
previa.
Pemeriksaan diagnostic
 Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang.
 Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putih (perpindahan ke kiri dan
peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi).
 Kultur uterus dan vagina mengesampigkan infeksi postpartum.
 Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih.
 Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen
masa tromboplastin parsial diaktivasi: masa tromboplastin partial
(APTT/PTT) masa protrombin memanjang pada KID
 Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan,
Diagnosis Keperawatan

 Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan


vascular yang berlebihan
 Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
hipovolemia
 Risiko penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
sirkulasi
 Gangguan pola napas yang berhubungan dengan intake O2
 Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi dan laserasi
 Risiko tinggi terjadinya infeksi
 Ganggua pola eliminasi urine yang berhubungan dengan
pengeluaran renin.
Intervensi Keperawatan
 Diagnosis I: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangarn vaskular berlebihan ditandai dengan asidosis, sianosis,
takipnea, dispnea, dan syok hipovolemik
 Tujuan: volume cairan adekuat.
 Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisian kapiler
cepat (Kurang dari 3 detik), sensorium tepat, input dan output cairan
seimbang, serta berat jenis urine dalam batas normal.
 Intervensi
 Kaji dan catat jurnlah, tipe, dan sisi perdarahan. Timbang dan hitung
pembalut. Simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter
Rasional:
Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan
bekuan membantu membuat diagnosis banding serta menentukan
kebutuhan penggantian (satu gram peningkatan berat pembalut sama
dengan kurang lebih 1 ml kehilangan darah)
b. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan masase,
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan
kedua tepat di atas simfisis pubis.
Rasional:
Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosis banding
Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurnkan kehilangin
darah Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah
inversi uterus selama masase
c. Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan pengisian kapiler
atau sianosis dasar buku, serta membran mukosa dan bibir.
Rasional:
Tanda-tanda menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok.
Perubahan tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan
telah menurun hingga 30-50 % Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia.
d. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.
Rasional:
Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan keluaran 30-50%.
Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
e. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.
Rasional:
bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluran 3-50
ml/jam atau lebih besar.
f. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
Rasional:
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas, dan kebutuhan
metabolik
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, M.E. 2001. Rencana perawatan Maternal/bayi. Jakarta:


EGC
 Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika
 Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku
Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, edisi 1. Jakarta: Depkes
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai