Anda di halaman 1dari 17

Audit Forensik

Ilmu mengenai pengumpulan dan penyajian informasi dalam bentuk dan


format yang dapat diterima oleh sistem hukum di pengadilan dalam
melawan para pelaku kejahatan ekonomi.
Tujuan Audit Forensik
Untuk menguak perilaku kecurangan yang diperlukan dalam sidang
peradilan yang berkaitan kejahatan ekonomi atau tindak pidana korupsi.
Fungsi Audit Forensik

 Memberikan bukti-bukti atas terjadinya suatu kecurangan di muka


pengadilan.
 Oleh sebab itu fungsi utama dari audit forensik adalah melakukan investigasi
terhadap suatu kecurangan (fraud) atau tindak kriminal dan untuk
memberikan suatu keterangan sebagai saksi ahli di pengadilan.
Tugas Auditor Forensik

 Memberikan pendapat hukum dalam pengadilan,


 Berperan dalam bidang hukum di luar pengadilan, seperti dalam hal
membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,
perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak dari
pemutusan atau pelanggaran kontrak.
Lingkup Audit Forensik

 Sektor Swasta
 Sektor Pemerintah
Kecurangan dalam ruang lingkup
audit forensik meliputi kecurangan
dalam laporan keuangan (financial
statement fraud), penyalahgunaan
aset dan tindak pidana korupsi.
Lingkup Audit Forensik

 Audit forensik mencakup review dokumentasi keuangan untuk tujuan tertentu


yang kemungkinan ada kaitannya dengan masalah litigasi atau pidana.
 Audit forensik dilakukan untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam
waktu yang relatif cepat, agar dapat diperhitungkan perkiraan potensi
dampak yang ditimbulkan akibat perilaku kejahatan tersebut,
 Mengungkapkan alasan dan motivasi tindakan tersebut sambil mencari pihak-
pihak terkait yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan perbuatan dimaksud.
Atribut Audit Forensik

 Hindari pengumpulan bukti yang prematur


 Dapat membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan
 Kreatif dan berpikir seperti pelaku kecurangan
 Mengetahui adanya persekongkolan
 Mempertimbangkan kecurangan dalam atau luar pembukuan
Auditor forensik dalam menjalankan
peranannya diharapkan mampu secara efektif
mencegah, mengetahui atau mengungkapkan,
dan menyelesaikan kasus fraud dan korupsi
melalui tindakan preventif, detektif, dan
represif.
Preventif
Strategi preventif dilaksanakan dengan fokus perhatian pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya praktik korupsi. Dengan mengetahui faktor
penyebab tersebut maka selanjutnya dapat diambil langkah-langkah
perbaikan untuk meminimalkan penyebab serta peluang untuk melakukan
korupsi.
Detektif
Strategi detektif dilaksanakan untuk kasus korupsi yang telah terjadi,
dan untuk itu maka kasus tersebut dapat diketahui dalam waktu singkat
dan akurat untuk kemudian diambil tindakan pencegahan terjadinya
kemungkinan kerugian yang lebih besar.
Represif
Strategi represif diarahkan untuk memberikan sanksi hukum kepada
pihak yang terlibat dalam praktik korupsi.
Standar Audit Forensik

 Investigasi dilandasi praktek


 Prinsip kehati-hatian
 Dokumentasi dalam keadaan aman
 Investigator mengetahui hak asasi karyawan
 Beban pembuktian kecurangan ada pada perusahaan
 Seluruh substansi investigasi
 Meliputi seluruh tahapan investigasi
Kode Etik

 Komitmen dan tekun dalam bertugas


 Tidak melakukan tindakan yang ilegal
 Integritas
 Mematuhi aturan
 Bukti/dokumen yang mendukung pendapat
 Tidak mengungkapkan informasi rahasia
 Mengungkapkan seluruh hal yang material
 Kompetensi dan efektifitas kerja
Kelembagaan Audit Forensik
Praktik pelaksanaan audit forensik di Indonesia hanya dilakukan oleh auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kualifikasi Auditor Forensik

 Keahlian melakukan audit,


 Keahlian akuntansi
 Keahlian bidang hukum/perundang-undangan.
 Kemampuan melaksanakan audit investigasi,
 Kemampuan dalam menghitung kerugian keuangan negara,
 Kemampuan menguak terjadinya kejahatan pencucian uang (money laundry),
 Kemampuan dalam menelusuri aset negara,
 Kemampuan mengendus perbuatan curang (fraud)
 dan kemampuan lain yang relevan.
Standar kompetensi auditor forensik telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. KEP.
46/MEN/II/2009.
Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh
auditor forensik adalah kemampuan untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud
dalam organisasi, melaksanakan audit forensik dan menghitung kerugian akibat fraud,
melakukan penelusuran aset terkait fraud, dan memberikan pernyataan keahlian di
depan penyidik dan dalam sidang pengadilan.

Auditor forensik juga harus memiliki Sertifikat Audit Forensik atau Certified Fraud
Examiner (CFE) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten.

Anda mungkin juga menyukai