Anda di halaman 1dari 30

PERENCANAAN

BANGUNAN
REKAYASA SIPIL II

Kelompok 3
Aprilia Yerristrianisari 19640182
Andre Agasi R.M. 19640175
Bahtiyar 16640051
Hikmatul Aulia 19640085
Efesiensi Irigasi, Perhitungan
Maulidi Rahman 19640167
Kebutuhan Air serta Sistem
Noor Ifansyah 16640263 Giliran dan Golongan
Ramadhannor 18640078
Roby Wahyudani Y. 16640067
PENDAHULUAN
Pemanfaatan air oleh petani dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan air di sawah, pertanian ladang kering,
peternakan dan perikanan.

Umumnya air diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi


yang dibangun pemerintah ataupun masyarakat petani
sendiri. Untuk lahan pertanian, jumlah air yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman.

Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang


disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai
dengan kebutuhan tanaman pada lahan potensial yang
ada.
PENDAHULUAN
Tingkat efisiensi pemberian air oleh petani dapat diketahui
dengan mengukur berapa jumlah air yang disalurkan lewat
pintu-pintu air di bangunan sadap yang dinyatakan dalam
m3/detik atau liter/detik dan mengetahui berapa jumlah air
yang digunakan oleh petani sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada petak sawah yang dilayani yang juga
dapat dinyatakan dalam m3 /detik atau liter/detik.
2.1.9 Definisi Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air
irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan
tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake).

Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran di jaringan


utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari
bangunan pembagi sampai petak sawah.
2.1.9 Definisi Efisiensi Irigasi
Efisiensi Irigasi didasarkan atas asumsi bahwa sebagian
jumlah air akan mengalami kehilangan selama pengaliran
yang dimulai dari pintu pengambilan hingga petak sawah.

Atas dasar ini maka efisiensi irigasi didasarkan asumsi


sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
saluran maupun di petak sawah.

Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi


meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan
primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut
dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran,
keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
2.1.9 Definisi Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi pada saluran primer dan sekunder diambil


90% sedangkan untuk tingkat tersier 80%.
Angka efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan
cara mengkonversi efisiensi di masing-masing tingkat yaitu
0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,648 ≈ 65 %.
JENIS-JENIS EFISIENSI IRIGASI
1. Efisiensi di Saluran Pembawa (Conveyance Efficiency)

Menurut Bos (1990) saluran pembawa (conveyance) yaitu


perjalanan air dari sumbernya dibawa melalui saluran primer,
saluran sekunder sampai bangunan sadap tersier (tertiary
offtake). Efisiensi di saluran pembawa (conveyance efficiency)
dinyatakan dengan:
Ec = Vd + V2 × 100%
Vc + V1
dimana :
Ec : Efisiensi di saluran pembawa
Vc : Volume air yang diberikan dari sumbernya
Vd : Volume air yang diberikan pada saluran tersier
V2 : Tambahan volume air non irigasi dari saluran pembawa
V1 : Tambahan volume air dari sumber lain.
JENIS-JENIS EFISIENSI IRIGASI
2. Efisiensi di Saluran Tersier (Distribution Efficiency)

Menurut Bos (1990) saluran tersier (distribution) yaitu perjalanan


air dari pintu sadap tersier dibawa melalui saluran tersier dan
saluran kwarter sampai ke box tersier atau box kuarter (field
inlet). Efisiensi di saluran tersier (distribution efficiency) dinyatakan
dengan:
Ed = Eƒ + V3 × 100%
Vd
dimana :
Ed : Efisiensi di saluran tersier
Vf : Volume air yang sampai ke sawah
V3 : Tambahan volume air non irigasi dari saluran tersier
JENIS-JENIS EFISIENSI IRIGASI
3. Efisiensi Sistem Irigasi (Irrigation System Efficiency)

Menurut Bos (1990) efisiensi sistem irigasi (irrigation system


efficiency) merupakan kombinasi dari efisiensi di saluran
pembawa (conveyance efficiency) dan efisiensi di saluran tersier
(distribution efficiency). Efisiensi sistem irigasi (Es) dinyatakan
dengan :
Es = Vƒ + V2 + V3 × 100%
Vc + V1

Es = Ec + Ed

dimana :
Es : Efisiensi sistem irigasi (Irrigation System Efficiency)
Ec : Efisiensi di saluran pembawa (Conveyance Efficiency)
Ed : Efisiensi di saluran tersier (Distribution Efficiency)
Kehilangan air irigasi yang terjadi di saluran disebabkan oleh :
 Evaporasi pada muka air
 Perkolasi pada lapisan tanah di bawah saluran
 Rembesan di tanggul saluran
 Peluapan di atas tanggul saluran
 Jebolnya tanggul saluran
 Limpasan di saluran pembuang/drainase
 Lubang tikus di tanggul saluran

Sedangkan kehilangan air irigasi yang terjadi di petak sawah


disebabkan oleh :
 Limpasan permukaan ke saluran drainase
 Perkolasi ke arah di bawah daerah perakaran
Efisiensi irigasi dipengaruhi oleh :

 Kondisi tekstur lapisan olah dan permeabilitas lapisan bawah


(sub-soil)
 Keadaan topografi
 Banyaknya air di dalam saluran, dan
 Sistem pengelolaan air (water management)
Kehilangan air pada praktik irigasi dapat terjadi karena :
 Menguap di saluran irigasi
 Rembesan dari saluran ke luar
 Pengambilan untuk kebutuhan rumah tangga
 Penyadapan air secara illegal
Apabila kehilangan air sangat besar maka nilai efisiensi irigasi
menjadi lebih rendah.
Macam-macam Efisiensi Irigasi
1. Efisiensi Pengaliran (water conveyance
efficiency) disebut juga efisiensi penyaluran air,
yaitu merupakan perbandingan antara jumlah
air yang sampai di areal irigasi (petak
persawahan) terhadap jumlah air yang
dialirkan dari bangunan sadap.
𝐴𝑠𝑎
EPNG = 𝑥 100%
𝐴𝑑𝑏
EPNG : Efisiensi pengaliran
Asa : jumlah air yang sampai di areal irigasi
Adb : jumlah air yang diambil dari bangunan
sadap
Macam-macam Efisiensi Irigasi
2. Efisiensi Pemakaian (water application efficiency)
disebut juga efisiensi pemberian air yaitu
perbandingan antara jumlah air yang tersimpan di
dalam zone perakaran selama periode pemberian
air terhadap jumlah air yang sampai di areal irigasi
(petak persawahan)
𝐴𝑑𝑧𝑝
𝐸𝑃𝑀𝐾 = 𝑥 100%
𝐴𝑠𝑎
EPMK : Efisiensi pemakaian air
Adzp :Jumlah air yang ditahan (tersimpan) pada
zone perakaran selama periode pemberian air
Asa :jumlah air yang diambil dari bangunan
sadap
Macam-macam Efisiensi Irigasi
3. Efisiensi pemyimpanan (water storage efficiency)
apabilakeadaan sangat kekurangan air, jumlah air
yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada
zone perakaran adalah ASP (air simpanan penuh)
dan air yang diberikan hanya Adk, maka refisiensi
penyimpanan adalah :

𝐴𝑑𝑘
𝐸𝑃𝑁𝑌 = 𝑥 100 %
𝐴𝑠𝑝
EPNY : Efesiensi penyimpanan
Adk : air yang diberikan
Asp : air simpanan penuh
Macam-macam Efisiensi Irigasi
4. Efisiensi sebaran, sering pula disebut dengan efisiensi
distribusi. Mengingat pentingnya keseragaman
sebaran air irigasi dalam zone perakaran. Keadaan
umum menunjukkan suatu segala, bahwa makin
seragam sebaran air irigasi pada zone perakaran akan
makin baik produksi tanaman. Sebagai indicator
petunjuk tentang efisiensi sebaran digunakan rumus
𝑦
𝐸𝑆𝐵 = 1 − 𝑥 100%
𝑑
ESB :efisiensi sebaran
Y :rata-rata deviasi numeric dari kedalaman air
tersimpan terhadap nilai d
D :rata-rata kedalam air tersimpan selama
periode irigasi
2.1.10 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu
unit luasan dinyatakan dalam rumus berikut :

IR = Cu + P + Pd + N – Re
Dengan :
Ir = Kebutuhan air irigasi (mm)
Cu = Penggunaan konsumtif tanaman 9mm 0
P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hr)
Pd = kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm)
N = kebutuhan air untuk pengisian tanah persemaian
(mm)
Re = Curah hujan efektif (mm)
2.1.10 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR

Kebutuhan air irigasi total yang diukur dalam pintu


pengambilan atau intake adalah besarnya
kebutuhan air (m /det) di intake yang didasarkan
dari kebutuhan air di sawah dibagi efisinsi (%)
saluran.
Dinyatakan dengan rumus :
𝑵𝑭𝑹
IR = DR =
𝒆 𝒙 𝟎,𝟔𝟓
Dimana :
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah
IR = Kebutuhan air irigasi (Irrigation Requirement )
Skema Analisis Kebutuhan Air
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Sistem Giliran adalah cara pemberian air
disaluran tersier atau saluran utama dengan interval
waktu tertentu bila debit yang tersedia kurang dari
factor K. Faktor K adalah perbandingan antara debit
tersedia di bending dengan debit yang dibutuhkan
pada periode pembagian dan pemberian air 2
mingguan (awal bulan dan tengah bulan). Jika
persediaan air cukup maka factor K = 1, sedangkan
pada persediaan air kurang maka factor K < 1.
Rumus untuk perhitungan factor K (Kunaifi, A.A.
2010:15):
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
𝐾=
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Pada kondisi air cukup (faktor K =1), pembagian dan pemberian
air adalah sama dengan rencana pembagian dan pemberian air. Pada
saat terjadi kekurangan air (K<1), pembagian dan pemberian air
disesuaikan dengan nilai faktor K yang sudah dihitung. Sistem giliran
dapat dilakukan pada tingkat kwarter, tersier dan sekunder. Sejumlah
petak (kwarter, tersier) dapat digabungkan menjadi satu blok giliran atay
satu golongan.

Tabel 1 Kriteria Pemberian Air dengan Faktor K

1 Faktor K = 0,75 – 1,00 Terus Menerus

2 Faktor K = 0,55 – 0,75 Giliran di saluran tersier

3 Faktor K = 0,25 – 0,5 Giliran di saluran sekunder

4 Faktor K < 0,25 Giliran di saluran primer


2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Yang terpenting diperhatikan di dalam pengaturan sistema
giliran adalah interval giliran. Perlu dikontrol agar debit yang terpusat
pada sebagian saluran selama pemberian air tidak melebihi kapasitas
saluran. Diusahakan agar setiap giliran luasnya hampur sama dan
mendapatkan air dari saluran tersier/sekunder yang sama. Sebagai
ilustrasi dapat dilihat pada bagan berikut

Pembagian
Giliran
Pemberian Air
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Pembagian Giliran Pemberian Air

Dari gambar di atas cara pengaturan


air dibagi menjadi 3 giliran, yaitu :

Giliran 1: Yang mendapat air adalah


Golongan 1 selama 3 hari yaitu Senin
sampai Kamis dari hari Senin jam 17.00
s/d Kamis jam 17.00. Di Golongan I air
dibagi lagi menjadi 2 golongan dan
masing-masing golongan mendapat
air bergiliran selama 1 hari.
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Pembagian Giliran Pemberian Air

Dari gambar di atas cara pengaturan


air dibagi menjadi 3 giliran, yaitu :

Giliran 2:Yang mendapat air adalah


Golongan II selama 3 hari yaitu hari
Kamis sampai Minggu yaitu hari Kamis
jam 17.00 s/d Minggu jam 17.00. Di
golongan II air dibagi lagi menjadi 3
golongan dan masing-masing
golongan mendapat air bergiliran
selama 1 hari.
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
A. SISTEM GILIRAN
Pembagian Giliran Pemberian Air

Dari gambar di atas cara pengaturan air dibagi


menjadi 3 giliran, yaitu :

Giliran 3 : yang mendapat air adalah Golongan


III selama 4 hari yaitu hari Minggu sampai Kamis
yaitu hari Minggu jam 17.00 s/d Kamis jam 17.00.
Golongan III air dibagi lagi menjadi 2 golongan
dan masing-masing golongan mendapat air
bergiliran selama 2 hari.
Demikian pula seterusnya untuk hari berikutnya
kembali ke giliran 1.
Ketentuan-ketentuan yang diperoleh dari sistim
giliran adalah :
 Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
 Kebutuhan pengambilan bertambah secara
berangsur-angsur pada awal waktu pemberian
air irigasi (pada perioda pengolahan lahan)

Sedangkan yang tidak menguntungkan adalah


 jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama
lebih lama akibat lebih sedikit waktu tersedia
untuk tanaman
 kehilangan air akibat eksploitasi ssedikit lebih
tinggi
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
B.SISTEM GOLONGAN
Pada saat-saat dimana air tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian
air tanaman dilakukan dalam sistem pemberian air secara bergilir,
dengan maksud menggunakan air lebih efisien. Sawah dibagi menjadi
golongan-golongan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran
menurut golongan masing-masing.
Kelebihan :
 berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
 kebutuhan pengambilan puncak bertambah secara berangsur-
angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada periode
penyiapan lahan)

Kekurangan:
 Timbulnya komplikasi sosial
 Eksploitasi rumit
 Kehilangan akibat eksploitasi sediit lebih tinggi
 Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya
lebih sedikit waktu yang tersedia untuk tanaman yang kedua
 Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida.
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
B.SISTEM GOLONGAN
Prosedur-prosedur yang digunakan pada sistem golongan adalah:
 Dibuat batas-batas golongan yang pasti pada batas-batas primer
atau sekunder, dalam tiga bagian yang kira-kira hampir sama.
Pemberian air ke petak tersier tidak langsung mengambil dari saluran
primer maupun saluran sekunder.
 Setelah diteliti dan dibenarkan seksi dan menyetujui panitia irigasi,
golongan-golongan diberi tanda tetap di peta-peta pengairan.
Setelah itu dibuat daftar desa-desa serta petak-petak di masing-
masing golongan lalu dikirim ke semua-desa-desa yang
bersangkutan.
 Setelah mempertimbangkan adanya tanaman-tanaman yang masih
ada disawah, pengamat mengusulkan ke seksi tentang pengaturan
golonga-golongan untuk musim yang akan datang.
 Langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dengan
panitia irigasi untuk mempertimbangkan rencana tanaman musim
penghujan.
 Pada pertemuan ini akan ditentukan adanya golongan-golongan
oleh sekertaris panitia irigasi sebelum permulaan musim penghujan
desa-desa yang bersangkutan akan diberi tahu tantang aturan
golongan baru
2.1.11 SISTEM GILIRAN DAN GOLONGAN
No Periode Golongan A Golongan B Golongan C
B.SISTEM GOLONGAN
Garapan
Sistem golongan dikerjakan s/d hari ke
tanah untuk  -
sebagai berikut: satu
pembibitan
Bibit dan
garap tanah Garap tanah
1 hari ke 1-20 unuk untuk -
tanaman pembibtan
padi
Bibit dan
garap tanah Garap tanah
Pemindahan
2 hari ke 21-40 untuk untuk
tanaman
tanaman pemibitan
padi
Bibit dan
garap tanah
Tanaman Pemindahan
3 hari ke 41-60 untk
padi tanaman
tanaman
padi
Tidak ada
4 hari ke 61-dst pembagian - -
air
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai