Anda di halaman 1dari 33

1.

Faishal Ridho
2. Mochammad Fadli H
3. M. Riziq S
Shidiq Amanah Istiqomah

Iifah Mujahadah Syaja’ah

Tawadhu Malu Sabar

Pemaaf
PENGERTIAN :
Benar atau Jujur, atau Lawan dari dusta atau bohong (Al-Kazib).
Seorang muslin dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin:

1. Benar hati (Shidq al-qalb) artinya apabila hati dihiasi dengan iman
kepada Allah SWT dan besih dari segala penyakit hati.
2. Benar perkataan ( Shidq al-hadist) artinya apabila semua yang
diucapkan adalah kebenaran bukan kebatilan.
3. Benar perbuatan (Shidq al-’amal) artinya apabila semua yang
dilakukan sesuai dengan syari’at islam.
Bentuk-bentuk Shidiq:

a. Benar perkataan (shidq al-hadist)


b. Benar Pergaulan (shidq al-
mu’amalah)
c. Benar kemauan (shidq al-‘azam)
d. Benar janji (shidq al-wa’ad)
e. Benar kenyataan (shidq al-hal)

Lawan dari shidiq adalah bohong dan yang


termasuk bentuk kebohongan dalam masyarakat
antara lain khianat, mungkir janji, kesaksian
palsu, fitnah dan gunjing.
PENGERTIAN :
Di percaya, seakar dengan kata iman. Sifat
Amanah lahir dari kekuatan iman.

Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara


titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk
semula. Sedangkan dalam pengertian yang luas amanah mencakup
banyak hal seperti menyimpan rahasia orang, menjaga
kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, menunaikan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya, dll.
a. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti
semula
b. Menjaga rahasia
c. Tidak menyalahgunakan jabatan
d. Menunaikan kewajiban dengan baik
e. Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah

Lawan kata dari amanah adalah khianat, sifat


kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT,
apalahi apabila yang dikhianatinya adalah Allah SWT
dan Rasul-Nya.
PENGERTIAN :

Secara etimologis, istiqamah berasal dari kata istaqama-yastaqimu


yang berarti tegak lurus. Dalam terminologi Akhlaq, istiqamah adalah sikap
teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi: hati,
lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah
dengan ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya,
kebenaran perkataannya dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaranIslam.
PENGERTIAN :
Iffah merupakan bentuk masdar dari Affa-
ya’iffu‘iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-
hal yang tidak baik, juga berarti kesucian tubuh. Dari
sudut pandang yang berbeda, iffah berarti
memelihara kehormatan diri dari segala hal yang
akan merendahkan, merusak dan menjatuhkanya.
Beberapa contoh berdasarkan Al Qur’an dan Hadis:

A. Untuk menjaga kehormatan diri dalam


hubungannya dengan masalah seksual, seorang
muslim dan muslimah diperintahkan untuk
menjaga penglihatan, pergaulan dan pakaian.
B. Menjaga diri dari hubungannya dengan masalah
harta. Islam mengajarkan terutama bagi orang
miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta-
minta. Al Qur’an menganjurkan kepada orang-
orang berpunya untuk membantu orang-orang
miskin yang tidak mau memohon bantuan karena
sikap iffah mereka.
C. Untuk menjaga kehormatan diri dalam
hubungannya dengan kepercayaan orang lain
kepada dirinya seseorang harus betul-betul
Dalam konteks akhlaq, mujahadah adalah mencurahkan
segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang
menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik
hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Untuk
mengatasi hambatan tersebut diperlukan kemauan dan
perjuangna yang sungguh-sunggguh.Apabila seorang
bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka Allah
berjanji akan menunjukan jalan kepadanya untuk mencapai
tujuan tersebut.
Secara terperinci objek mujahadah ada enam hal, yaitu:

A. Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan


kedurhakaan atau dalam istilah Al-Qur’an fujur.
B. Hawa nafsu yang tidak terkendali, yang menyebabkan seseorang
melakukan apa saja untuk memenuhi hawa nafsunya itu tnpa
mempedulikan larangan-larangan Allah SWT dan tanpa
mempedulikan mudharat bagi dirinya sendiri maupun orang
lain.
C. Syaithan yang selalu menggoda umat manusia untuk
memperturutkan hawa nafsu sehingga mereka lupa kepada Allah
SWT dan untuk selanjutnya lupa kepada diri mereka sendiri.
d. Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga
mengalahkan kecintaannya kepada Akhirat, padahal keberadaan
manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual
sampai maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat
datang. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan di akhirat.
D. Orang-orang kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati
sebelum orang-orang yang beriman kembali menjadi kufur.
E. Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari
orang-orang yang mengaku beriman sendiri, yang tidak hanya
merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan masyarakat.
Syaja’ah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap
menantang siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di
pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani
memperturutkan hawa nafsu. Keberanian tidaklah ditentukan
oleh kekuatan fisik, tetapi ditentukan oleh kekuatan hati dan
kebersihan jiwa.
A. Keberanian menghadapi musuh dalam
peperangan (jihad fi sabilillah).
B. Keberanian menyatakan kebenaran
sekalipun dihadapan penguasa
zalim.
C. Keberanian untuk mengendalikan
diri tatkala marah sekalipun dia
mampu melampiaskannya.
Menurut Raid Abdul Hadi dalam bukunya Mamarat
al-Haq, ada tujuh faktor yang membuat seseorang
memiliki keberanian antara lain:

A. Rasa takut kepada Allah SWT


Takut kepada Allah membuat seseorang tidak takut kepada siapapun selama dia
yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintahnya.

B. Lebih mencintai akhirat daripada dunia


Bagi seorang muslim dunia bukanlah tujuan akhir, dunia adalah jembatan menuju
akhirat. Oleh karena itu dia tidak akan ragu meninggalkan dunia asalkan dia
mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

C. Tidak takut mati


Kematian merupakan suatu kepastian, cepat atau lambat karena setiap manusia
pasti mati. Kalau ajal sudah datang tidak ada yang dapat mencegahnya.
Merendahkan diri (tawadhu’) adalah sifat yang sangat
terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-
Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan
Rasul-Nya mencintainya. Tawadhu’ juga bisa diartikan rendah
hati atau tidak sombong. Orang yang tawadhu’ adalah orang
menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah SWT.
Tawadhu’ dibagi menjadi dua,
yaitu:
 Tawadhu’ yang terpuji yaitu ke-
tawadlu-an seseorang kepada Allah dan
tidak mengangkat diri di hadapan
hamba-hamba Allah.

 Tawadhu’ yang dibenci yaitu tawadhu’-


nya seseorang kepada pemilik dunia
karena menginginkan dunia yang ada di
Malu (Al-Haya’) adalah sifat atau perasaan yang
menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah
atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila
melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia
akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya orang
yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan
tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun.
1. Malu kepada Allah
Seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak
mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya,
serta tidak mengikuti petunjuk-Nya.
2. Malu kepada diri sendiri
Orang yang malu terhadap Allah, dengan
sendirinya malu terhadap dirinya Sendiri. Ia malu
mengerjakan perbuatan salah sekalipun tidak ada orang
lain yang melihat atau mendengarnya. Penolakan datang
dari dirinya sendiri. Ia akan mengendalikan hawa
nafsunya dari keinginan-keinginan yang tidak baik.
3. Malu kepada orang lain
Setelah malu pada dirinya sendiri, dia akan
malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

Ketiga rasa malu di atas harus ditumbuhkan dan


dipelihara terus menerus oleh Seorang Muslim. Lebih-
lebih lagi malu terhadap Allah SWT, karena malu kepada
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan
mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak selamanya terdiri
dari hal-hal yang tidak disenangi seperti musibah kematian, sakit,
kelaparan dan sebagainya, tapi bisa juga berupa hal-hal yang
disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh
hawa nafsu. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari memperturutkan hawa nafsu.
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-
Qur'an, sabar dapat dibagi kepada enam macam :

1. Sabar Menerima Cobaan Hidup


2. Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu
3. Sabar dalam ta'at kepada Allah SWT
4. Sabar dalam Berdakwah
5. Sabar dalam Perang
6. Sabar dalam Pergaulan

Jaza'u

Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza'u yang berarti gelisah,


sedih, keluh kesah, cemas dan putus asa.
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap
kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan
keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf
tersebut disebut dengan al-'afwu yang secara etimologis
berarti kelebihan atau yang berlebih, sebagai mana terdapat
dalam surat Al-Baqarah ayat 219 :

"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.


Katakanlah: " yang lebih dari keperluan.."(QS. Al-Baqarah
2:219)

Anda mungkin juga menyukai