Anda di halaman 1dari 30

Profilaksis

Pasca Pajanan Okupasional


PENDAHULUAN
 Pemeliharaan kesehatan karyawan adalah bagian dari
Kewaspadaan Standar dari program PPI. Salah satunya
adalah penatalaksanaan pasca pajanan darah dan cairan
tubuh.

 Sebagian besar insiden pajanan okupasional adalah infeksi


melalui darah yang terjadi dlm fasyankes.

 Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi


waktu kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan
sumber pajanan dan untuk membersihkan dan melakukan
dekontaminasi tempat pajanan.
Risiko penularan bahan pajanan
• Darah dan cairan tubuh yang bercampur darah yang
kasat mata resiko penularan tertinggi.

• Cairan mani, cairan vagina, dan beberapa cairan tubuh


lain (air susu ibu, cairan serebrospinal, pleura,
peritoneal, perikardial, sinovial, dan amnion)
merupakan cairan berpotensi infeksius.

• Beberapa cairan tubuh, seperti saliva, dahak, keringat,


air mata, urin, sekret hidung, feses dan cairan
muntahan tidak dianggap infeksius kecuali bercampur
darah yang kasat mata.
Risiko penularan bahan pajanan
Jenis Pajanan HIV Risiko mendapat HIV tiap
pajanan
Transfusi darah 90 – 95 dalam 100
Penggunaan jarum suntik (berbagi jarum) 6,7 dalam 1.000
Menerima seks anal tanpa pelindung 5 – 32 dalam 1.000
Tusukan jarum perkutaneus (di fasyankes, dgn darah 3 dalam 1.000
terinfeksi HIV)
Menerima hubungan seks vaginal tanpa pelindung 1 - 3 dalam 1.000

Pajanan membran mukosa (di fasyankes dgn darah 9 dalam 10.000


terinfeksi HIV)
Memasukkan seks anal tanpa pelindung 6,5 dalam 10.000
Memasukkan dalam hubungan seks vaginal tanpa 3 - 9 dalam 10.000
pelindung
Menerima seks oral 1 dalam 10.000
Memasukkan seks oral 5 dalam 100.000
Menelan air susu ibu (ASI) 1 - 4 dalam 100.000
Perkutaneus 1 dalam 300
Kutan 1 dalam 1.000
Membran mukosa 1 dalam 1.000
Pertolongan Pertama Jika Terjadi
Kecelakaan Kerja
Tujuan : mengurangi waktu kontak dengan darah, cairan
tubuh dari sumber pajanan dan untuk
membersihkan, dekontaminasi tempat pajanan.

Jika terjadi luka pada kulit setelah pajanan dengan jarum


atau benda tajam, dianjurkan untuk mengikuti petunjuk
berikut :
1. Jangan memijat, memencet atau menggosok daerah
luka.
2. Cuci segera dengan sabun dan air mengalir atau
larutan disinfektan ringan yang tidak mengiritasi kulit,
yaitu chlorhexidine gluconate.
Lanjutan……

3.Jika tidak ada air yang mengalir, bersihkan daerah luka


dengan gel atau larutan pembersih tangan lainnya.
4.Jangan menggunakan larutan disinfektan yang sangat
kuat, seperti iodium, untuk membersihkan daerah luka
karena dapat mengiritasi dan memperburuk daerah luka.
Jika terjadi percikan darah atau cairan tubuh, ikuti
petunjuk berikut :

1. Jika percikan mengenai kulit yang utuh, lakukan hal sbb:


• Cucilah daerah tersebut segera.
• Jika tidak ada air yang mengalir, bersihkan daerah
tersebut dengan gel atau larutan pembersih tangan
lainnya.
• Jangan menggunakan larutan disinfektan yang sangat
kuat.
2. Jika percikan tersebut mengenai mata, lakukan hal sbb:
• Basuhlah mata yang terpajan dengan air atau larutan
garam fisiologis.
• Duduk dan tengadahkan kepala, dan minta rekannya
secara perlahan-lahan menuangkan air atau larutan
garam fisiologis pada mata, tarik kelopak mata atas
dan bawah untuk memastikan mata dibersihkan
secara menyeluruh.
• Jika menggunakan lensa kontak, lepaskanlah ketika
membasuh mata.
• Jangan menggunakan sabun atau disinfektan di mata.
3. Jika percikan tersebut mengenai mulut, lakukan hal
sbb:
• Buang (ludahkan) cairan di mulut dengan segera
• Kumur – kumur dengan menggunakan air atau larutan
garam faali, dan buang kembali. Ulang tindakan ini
beberapa kali.
• Jangan menggunakan sabun atau disinfektan di mulut.
Pelaporan Pajanan
Setelah melakukan pertolongan pertama orang yang
terpajan melaporkan kejadian tersebut kepada
petugas yang berwenang :
• Atasan langsung (di RS atau Fasyankes)
• Komite PPI atau K3 (di RS atau Fasyankes)

Pelapor pada pihak berwenang (kepolisian) untuk


kasus pemerkosaan agar korban dapat menjalani
pemeriksaan visum dan perlindungan.
A. Langkah dasar tatalaksana klinis PPP
HIV pada kasus kecelakaan kerja
1. Menetapkan memenuhi syarat untuk PPP HIV.
2. Memberikan informasi singkat mengenai HIV dan
memberikan surat persetujuan (informed consent).
3. Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi HIV
dengan melakukan tes HIV terlebih dahulu.
4. Pemberian obat-obatan untuk PPP HIV.
5. Melaksanakan evaluasi laboratorium.
6. Menjamin pencatatan.
7. Memberikan follow-up dan dukungan.
B. Langkah dasar tatalaksana klinis PPP
HIV pada kasus pemerkosaan
1. Menenangkan dan memberikan bantuan psikologis
pada korban.
2. Melakukan pemeriksaan visum untuk laporan kepada
kepolisian.
3. Melakukan tes kehamilan.
4. Pemeriksaan IMS termasuk sifilis jika memungkinkan.
5. Memberikan obat IMS setidaknya untuk GO,
Chlamidia dan sifilis.
6. Memberikan obat pencegahan kehamilan dengan
obat after morning pill.
7. Memberikan ARV untuk PPP HIV.
Menetapkan memenuhi syarat untuk
PPP HIV

Evaluasi memenuhi syarat untuk PPP HIV adalah meliputi


penilaian keadaan berikut :

 Waktu terpajan
 Status HIV orang terpajan
 Jenis dan risiko pajanan
 Status sumber pajanan
Waktu memulai PPP HIV

PPP harus diberikan secepat mungkin setelah


pajanan, dalam jam pertama dan tidak boleh lebih dari
72 jam setelah terpajan

PPP HIV harus tersedia di Fasyankes untuk orang


yang potensial terpajan, setelah sebelumnya
dilakukan tes HIV dengan hasil negatif
Infeksi HIV yang sebelumnya ada

Bila orang tersebut telah mendapat infeksi HIV


sebelumnya, maka PPP tidak boleh diberikan,
karena seorang penderita HIV harus minum ARV
untuk pengobatan bukan pencegahan.

Bila infeksi HIV sudah positif sebelumnya, maka


semua paket perawatan seperti : skrining TB, IMS,
penentuan stadium klinis, dll mutlak diperlukan
sesuai pedoman ARV.
Penilaian pajanan HIV

PPP HIV harus diberikan pada orang yang terpajan


dengan menilai hal-hal sbb :

 Jenis pajanan ( perkutaneus atau percikan)


 Status HIV sumber pajanan
Rekomendasi PPP HIV berdasarkan
jenis pajanan
Jenis pajanan Sumber pajanan HIV positif Sumber pajanan tidak diketahui
status HIVnya

Per kutaneus: Tawarkan paduan 2-obat ARVb Pertimbangkan prevalensi populasi atau
Lebih berata subkelompok

Per kutaneus: Tawarkan paduan 2-obat ARVb Jangan tawarkan PPP


Kurang beratc

Seksual Tawarkan paduan 2-obat ARVb Pertimbangkan prevalensi populasi atau


sub kelompok

Percikand: Tawarkan paduan 2-obat ARVb Pertimbangkan prevalensi populasi atau


Lebih berate subkelompok

Percikan: PPP tidak dianjurkan, tetapi paduan 2- Jangan tawarkan PPP


Kurang beratf obat ARV dapat diberikan berdasarkan
permintaan
Keterangan :
Status HIV negatif : jangan tawarkan PPP jika tidak ada
resiko bahwa sumber pajanan berada dalam periode
jendela.

Periode jendela adalah : periode dimana orang yang baru


terinfeksi HIV tidak cukup menghasilkan antibodi HIV
untuk memberikan hasil positif pada kebanyak tes HIV
standar.

Hasil tes HIV pada periode jendela memberikan hasil


negatif, tapi virus sudah berkembang didalam tubuh dan
dapat ditularkan kepada orang lain.

Periode jendela berlangsung kurang lebih 22 hari.


a Meliputi lesi akibat jarum berlubang besar, tusukan yang dalam dan
kontak dengan darah yang kelihatan pada alat tersebut atau jarum yang
digunakan di arteri atau vena.
b Jika sumber pajanan HIV positif resisten terhadap terapi antiretroviral
atau jika prevalensi resistensi ARV di masyarakat lebih dari 15%, paduan
3-obat (2 NRTI ditambah 1 PI) harus ditawarkan. (Perlu diketahui,
sampai saat ini prevalensi resistensi ARV di masyarakat di
Indonesia masih <5%)
c Meliputi lesi dengan jarum berlubang kecil atau jarum padat dan lesi
superfisial.
d Meliputi pajanan pada membran mukosa non-genital atau kulit yang tidak
utuh.
e Meliputi pajanan terhadap darah atau semen yang berjumlah banyak.
f Meliputi pajanan terhadap sedikit darah atau semen atau cairan yang
kurang infeksius (seperti cairan serebrospinal)
Pemberian obat-obat untuk PPP

 Panduan obat untuk PPP


 Panduan obat yang diberikan untuk PPP adalah 2 obat
NRTI, jika tidak dicurigai timbulnya resistensi obat. Jika
dicurigai ada resistensi obat , maka panduan 3 obat
harus diberikan, 2 NRTI + 1 PI
Kriteria panduan pemberian 2 obat NRTI

Jika status HIV sumber pajanan tidak diketahui


dan
Latar belakang prevalensi resistensi terhadap ARV di
masyarakat < 15 %
dan
Sumber pajanan tidak pernah memakai ARV

Atau
Sumber pajanan tidak mungkin mendapat infeksi HIV
yang resisten terhadap terapi ARV berdasarkan
riwayat terapi ARV dan adherens
Tabel…panduan 2-obat ARV yang dianjurkan
untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

Panduan 2 obat ARV yang dianjurkan Panduan 2 obat ARV alternatif

Tenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine


Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)
(3TC/FTC)
Kriteria pemberian 3 obat ARV : 2 NRTI + 1 PI

Jika status HIV sumber pajanan positif, menerima


ARV dan diketahui mempunyai riwayat , tanda dan
terbukti resisten terhadap terapi ARV,

atau
Status HIV sumber pajanan tidak diketahui,dan
Latar belakang prevalensi resistensi terhadap terapi
ARV di masyarakat > 15 %
Tabel…panduan 3-obat ARV yang dianjurkan
untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

Panduan 3 obat ARV yang dianjurkan Panduan 3 obat ARV alternatif

Tenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)


(3TC/FTC)+ Lopinavir / ritonavir (LPV/r) + Lopinavir / ritonavir (LPV/r)
Adherens
Adherens ( tingkat kepatuhan minum obat yang
sangat baik (≥ 95%), yang berkaitan dengan
perbaikan dampak virologi, imunologis dan klinis.

PPP diberikan dalam periode relatif pendek 28 hari


( 4 mgg ), namun pemberian informasi tentang
pentingnya adherens dan dukungan akan
memaksimalkan efektifitas obat.
Efek samping
Efek samping obat ARV yang paling sering
dilaporkan adalah mual dan lelah.

Pemberian obat anti mual dan menganjurkan


minum obat bersama makanan akan mengurangi
efek samping obat.
Follow-up dan Dukungan
Follow-up Klinis
• Memantau adherens
• Efek samping obat
• Perbaikan klinis, imunologis (CD4) dan virologi (jumlah virus)
Follow-up tes HIV
Tes HIV berikutnya dapat dilakukan 4 -6 mg setelah pajanan,
tetapi pada umumnya belum cukup waktu untuk mendiagnosis
serokonversi, maka dianjurkan melakukan tes HIV ulang 3 -6 bln
setelah pajanan.
Follow-up Konseling
Dukungan psikososial dan bantuan pengobatan selanjutnya
harus diberikan pada orang yang terpajan yang menerima PPP
Profilaksis pasca pajanan untuk
Hepatitis B
Sebelum memberikan obat PPP untuk Hepatitis B,
perlu dikaji keadaan sebagai berikut :

 Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B


 Lakukan pemeriksaan HBsAg
 Lakukan pemeriksaan Anti HBs jika pernah
mendapat vaksinasi
PPP untuk HEPATITIS B
Pengobatan untuk sumber pajanan yang menunjukkan
Vaksinasi dan respon
Sumber yang tidak
antibodi dari Petugas
HBsAg positif HBsAg negatif diketahui atau tidak tersedia
Kesehatan± sarana pemeriksaan
1 dosis HBIGa dan mulai seri vaksinasi Beri seri vaksinasi Beri seri vaksinasi hepatitis
Belum divaksinasi
hepatitis B hepatitis B B
Pernah divaksinasi
Diketahui sbg responderb
(HBsAg + )
Tidak perlu pengobatan Tidak perlu pengobatan Tidak perlu pengobatan

Bila diketahui bahwa


Diketahui sbg non- 1 dosis HBIG dan ulangan seri vaksinasi
sumber pajanan berisiko
responder hepatitis B atau 2 dosis HBIG dengan Tidak perlu pengobatan
c tinggi, obati seperti pada
(HBsAg - )b interval 1 bln
HBsAg positif

Periksa Anti-HBs terpajan


Periksa Anti-HBsd terpajan
1.bila cukup tidak perlu
1.bila cukup tidak perlu
Tidak diketahui status Tidak perlu pengobatan
pengobatan
respon antibodinya pengobatan 2.bila tidak cukup, beri 1
2.bila tidak cukup, beri 1 dosis
dosis HBIG dan vaksin
HBIG dan vaksin boster
boster
Keterangan :
 ± Orang yang sebelumnya pernah mendapat infeksi Hepatitis B, telah
memiliki kekebalan terhadap hepatitis B, dan tidak pelu mendapat
profilaksis pasca pajanan lagi.
 + Hepatitis B surface antigen
 ¥ Dosis Immune globulin Hepatitis B : 0,05 ml/kg bb intramusculer
 S Seorang “ responder “ adalah orang yang memiliki kadar antibodi
hepatitis B yang cukup di dalam serum ( Anti HBs > 10 mU/ ml), sedang
non responden adalah seseorang yang memberikan respon kurang pada
pemberian vaksinasi Hepatitis B ( kadar Anti HBs < 10 mU/ ml )
 § Untuk para non-responder lebih baik diberi HBIG ( Hepatitis B Immuno
Globulin ), dan vaksinasi ulang secara serial bila mereka belum sempat
menyelesaikan dosis ke 3 vaksinasinya. Bagi mereka yang telah
mendapatkan vaksinasi ke 2 secara lengkap, dan tidak memberi respon,
perlu diberi 2 dosis HBIG. Dosis pertama diberikan saat pajanan, dosis ke
dua satu bulan kemudian
 £ Antibodi terhadap HBsAg

Anda mungkin juga menyukai