Anda di halaman 1dari 21

Tetanus Neonatorum

dan Pertussis

Faculty of Medicine, UMSU


Tetanus Neonatorum

Eka Airlangga
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
September 2016

Faculty of Medicine, UMSU


Tujuan Pembelajaran
• Melakukan diagnosis tetanus beserta
diagnosis banding dan komplikasinya
• Memberikan tata laksana awal (kegawat
daruratan) pasien tetanus (kompetensi 3B)
• Memberikan penyuluhan upaya pencegahan
dan pemberian vaksinasi

Faculty of Medicine, UMSU


Pendahuluan
• Penyebab kematian neonatus : asfiksia, infeksi,
dan berat badan lahir rendah
• Infeksi yang sering terjadi adalah sepsis dan
tetanus  tetanus neonatorum
• Angka kematian tetanus neonatorum masih
sangat tinggi
– Setiap tahun hampir 500.000 bayi meninggal akibat
tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum),
hampir 80% di antaranya terjadi di negara tropis
benua Asia dan Afrika

Faculty of Medicine, UMSU


Penyebab
• Tetanus atau lockjaw  suatu penyakit syaraf
yang mempunyai manifestasi paralisis spastis
akut yang disebabkan oleh toksin tetanus,
suatu neurotoksin yang dihasilkan oleh :
– Clostridium tetani,
• bakteri gram posistif yang motil,
• membentuk spora,
• anaerob,
• yang hidup pada tanah dan saluran cerna berbagai
hewan dan manusia.

Faculty of Medicine, UMSU


Pintu masuk TN
• Pada neonatus dihubungkan dengan
pemotongan dan perawatan tali pusat yang
tidak steril dan ibu yang tidak mendapat
imunisasi tetanus toksoid.
• Masa ikubasi antara 3-21 hari, terdapat
hubungan langsung antara jarak tempat
masuknya kuman dengan CNS dan lamanya
interval terjadinya luka dengan onset
penyakit.

Faculty of Medicine, UMSU


Anamnesis
• Bayi sadar, sering mengalami kekakuan baik
spontan atau tersentuh
• Bayi malas minum
• Persalinan yang kurang higienis (ditolong oleh
tenaga nonmedis yang belum terlatih)
• Perawatan tali pusat yang tidak higienis dan
riwayat ditaburin zat tertentu pada tali pusat

Faculty of Medicine, UMSU


Pemeriksaan fisik
• Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang
• Carper mouth, atau trismus
• Perut teraba keras
• opistotonus
• Tali pusat yang bau (tidak terawat)
• Anggota gerak yang spastik (boxing position)

Faculty of Medicine, UMSU


Pemeriksaan penunjang
• Jarang dilakukan
– Pungsi lumbal
– Komplikasi : hipoglikemia, dehidrasi
– Darah rutin
– Kultur dan sensitifitas

Faculty of Medicine, UMSU


Tatalaksana
• Kenali, atasi kegawat daruratan (kompetensi 3B)
• Pasang jalur IV, OGT dipasang setelah
kejang/spasme teratasi
• Berikan diazepam (per IV)  hati hati depresi nafas
– Dosis IV : 10 mg/kgBB/hari  bagi setiap 8 jam
(dosis maksimum : 40 mg/kgBB/hari)
– Dosis per rectal ??
• Perawatan tali pusat
• Persiapkan rujuk

Faculty of Medicine, UMSU


Quiz
• Seorang bayi laki-laki umur 10 hari, lahir ditolong
dukun, talipusat dipotong dengan bambu dan
diberi bubuk berwarna hitam.
• Bayi dibawa ayahnya dengan keluhan tidak mau
menetek dan menangis terus menerus sejak
kemarin.
• Ibu tidak pernah mendapat imunisasi tetanus
toksoid selama hamil.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,6 0C,
mulut mencucu, kaku kuduk dan pada palpasi
abdomen teraba keras.
Faculty of Medicine, UMSU
Pertussis

Eka Airlangga
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
September 2016

Faculty of Medicine, UMSU


Tujuan Pembelajaran
• Melakukan diagnosis pertusis beserta
diagnosis banding dan komplikasinya
• Memberikan tata laksana pasien pertusis
(kompetensi 4A)
• Memberikan penyuluhan upaya pencegahan
dan pemberian vaksinasi

Faculty of Medicine, UMSU


Pendahuluan
• Pertusis (whooping cough) merupakan suatu penyakit
infeksi traktus respiratorius yang secara klasik
disebabkan oleh Bordetella pertussis, namun walaupun
jarang dapat pula disebabkan oleh Bordetella
parapertussis.
• Angka kematian penyakit ini di negara maju seperti di
USA sebesar 5 dari 1000 bayi lahir hidup, sedangkan di
negara berkembang sejak tahun 1980, berdasarkan
Expanded Programme on Immunization (EPI) tahun
1992 angka kematian pertusis anak lebih dari 7 per
1000 kelahiran.
• Bagaimanapun angka kesakitan dan kematian setelah
usaha EPI 1992 berkurang 60% (WHO,1996).

Faculty of Medicine, UMSU


Penyebab
• Penularan penyakit ini melalui droplet pasien
pertusis atau individu yang belum diimunisasi/
imunisasi tidak adekuat, dengan attack rate
mencapai angka 100%.
• Sindrom pertusis memberikan tanda dan gejala
mirip dengan pertusis, namun manifestasi
klinisnya ringan dan tidak memiliki stadium
sebagaimana yang disebabkan B. pertussis.
Penyebab sindrom pertusis adalah virus dan
bakteri lain diluar B. pertussis.
• Bordetella bronchiseptica juga dapat
menyebabkan pertussis-like cough illness.

Faculty of Medicine, UMSU


Gejala Klinis & penunjang

Faculty of Medicine, UMSU


Penyulit

Faculty of Medicine, UMSU


Tatalaksana
• Pengobatan antibiotik dengan
– eritromisin (50 mg/kgBB/hari) atau
– ampisilin (100 mg/kgBB/hari), maksimum 2gram
perhari diberikan selama 14 untuk mencegah
relaps.
• Pemberian antibiotik tidak memperpendek
stadium paroksismal.
• Terapi suportif ditujukan untuk mengurangi
serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi.

Faculty of Medicine, UMSU


Pemantauan

Faculty of Medicine, UMSU


Daftar Bahan Bacaan
• Pedoman Pelayanan Medis IDAI, Edisi I dan II
• Nelson textbook of pediatrics, Edisi 19.

Faculty of Medicine, UMSU

Anda mungkin juga menyukai