Anda di halaman 1dari 54

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

TERHADAP NY. S DALAM PENATALAKSANAAN


DAN MANAGEMENT DIABETES MELITUS DAN
HIPERTENSI

Chintya Nur Faizah, S.Ked J510 165 027


Kurnia Yuniati, S.Ked J510 155 078
Lynda Ayu Prantika, S.Ked J510 165 015
Warraihan, S.Ked J510 165 066
Yayuk Wulandari, S.Ked J510 165 075
Zulfikar Adi Gumawang, S.Ked J510 165 102

Penguji :
dr. Burhanudin Ichsan, M.Med. Ed, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP NY. S
DALAM PENATALAKSANAAN DAN MANAGEMENT
DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI

TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

TAHAP II STATUS PENDERITA

TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

TAHAP VA SIMPULAN (DIAGNOSIS HOLISTIK)

TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)


TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
TAHAP II STATUS PENDERITA

1) Identitas penderita
A Nama : Ny.S
N Umur : 53 tahun
A Jenis kelamin : Perempuan
M Pekerjaan : tidak bekerja
N Pendidikan : tidak lulus SD
E Agama : Islam
S Alamat : Gumpang, Sukoharjo
I Suku : Jawa
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N
A 2) Tanggal periksa : 13 Juni 2017
M
N
E 3) Keluhan Utama : tangan sering jimpe-jimpe
S
I
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A 4) Riwayat penyakit sekarang


N
A Pasien mengeluh kedua tangan jimpe-jimpe. Keluhan
M ini muncul sekitar 1 tahun terakhir, dan keluhan
N muncul terus menerus terutama saat pasien bangun
E tidur. Keluhan yang dirasakan pasien berdurasi
S sekitar 5-10 menit kemudian hilang dan terkadang
I timbul kembali.
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N 4) Riwayat penyakit sekarang
A
M Keluhan tambah berat ketika pasien tidak meminum
N obat secara teratur dan membaik saat pasien
E beristirahat. Selain keluhan jimpe-jimpe pasien juga
S mengeluhkan kedua kaki bengkak sudah sekitar 6
I bulan, tapi terkadang kempes sendiri dan tanpa obat.
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N 4) Riwayat penyakit sekarang
A
M Sudah hampir 2 bulan terakhir keluhan bengkak pada
N kedua tungkai pasien tidak berkurang dan pasien
E tidak mau memeriksakan diri ke puskesmas dengan
S alasan tidak ada yang mengantar dan malas untuk
I antre di puskesmas.
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

5) Riwayat penyakit dahulu

A Riwayat DM : diakui, 4 tahun yang lalu, minum


N obat rutin beli di apotek
A Riwayat HT : diakui, 4 tahun yang lalu, minum
M obat rutin beli di apotek
N Riwayat jantung : disangkal
E Riwayat ginjal : disangkal
S Riwayat alergi : disangkal
I Riwayat mondok: diakui, 4 tahun yang lalu operasi
S mioma uteri di rawat di RS Dr
Moewardi dan RS Dr Oen
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N
A 6) Riwayat kebiasaan
M
N Riwayat merokok : disangkal
E Riwayat minum minuman keras : disangkal
S Riwayat olah raga teratur : disangkal
I
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N 7) Riwayat penyakit keluarga
A
M Riwayat DM : disangkal
N Riwayat HT : diakui kakak dan adik pasien
E Riwayat jantung : disangkal
S Riwayat ginjal : disangkal
I Riwayat alergi : disangkal
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A 8) Riwayat gizi
N
A Pasien sehari-harinya makan sebanyak 2x, dengan
M nasi merah, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu,
N tempe, kadang-kadang pasien makan 1x sehari dan
E ditambah dengan buah. Pasien tidak suka ngemil
S atau minum manis setelah pasien tahu kalau
I memiliki sakit gula.
S
TAHAP II STATUS PENDERITA

A
N
Kepala : nyeri kepala (-), pusing (-), rambut hitam
A tidak rontok dan tidak mudah dicabut
M Leher : Leher terasa kaku/cengeng (-)
N
E
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), diare (-),
S sulit BAB (-)
I Sistem Respirasi : sesak (-), batuk (-), nyeri dada (-),
S
berdebar-debar (-)
S Sistem Urinaria : BAK (+) banyak saat malam hari,
I nyeri BAK (-)
S
T
Sistem muskuloskletal dan ekstremitas: jimpe-
E jimpe (+) pada kedua tangan, bengkak (+) pada
M ekstremitas bawah.
TAHAP II STATUS PENDERITA

P
E
Keadaan umum: tampak baik, compos mentis, gizi
M kesan cukup.
E Status gizi:
R
I
BB = 74 kg
K TB = 155 cm
S BMI = 30,80 kg/m2
A
A
Kesan = obesitas
N Tanda Vital:
TD : 180/90 mmHg
F
I
N : 88 x/m
S RR : 20 x/m
I T : 36.6 0C
K
TAHAP II STATUS PENDERITA

P
E Pemeriksaan Psikiatri
M
E
Penampilan : Perempuan sesuai umur,
R perawatan diri cukup
I Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
K
S
Afek : appropriate
A Psikomotor : normoaktif
A Proses pikir :
N
bentuk : realistik
F Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
I arus : koheren
S
I
Insight : baik
K
TAHAP II STATUS PENDERITA

P Pemeriksaan Neurologis
E
M
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
E Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
R Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
I
K
n
S
A
A
N

F
I
S
I
K
TAHAP II STATUS PENDERITA

D
I
A Biologis : Diabetes Melitus dan Hipertensi
G
N
O Psikologis : -
S
I Sosial : Kondisi lingkungan dan rumah
S
cukup sehat, hubungan dengan tetangga
H berlangsung baik, pasien kurang peduli dengan
O penyakitnya, meskipun pasien mengetahui bahwa
L
I penyakitnya membutuhkan pengobatan dan harus
S rutin memeriksakan diri. Status ekonomi pasien,
T tingkat kesejahteraan pasien cukup.
I
K
TAHAP II STATUS PENDERITA

P
 Non-medikamentosa
E
N  Diabetes Melitus
A Pola hidup sehat
T Pengaturan diet seimbang karbohidrat, protein,
A lemak.
L
Pengaturan pola makan dengan 3J (Jumlah,
A
K Jadwal dan Jenis).
S Olahraga ringan seperi jalan santai, senam
A aerobic, bersepeda teratur.
N Mengurangi stress
A
Rajin melakukan pemeriksaan dan minum obat
A
N teratur
TAHAP II STATUS PENDERITA

P
E
N
A
T
 Non-medikamentosa
A  Hipertensi
L Diet rendah garam, rendah kolesterol
A Pola hidup sehat
K
Mengurangi stress
S
A Rajin melakukan pemeriksaan dan minum
N obat teratur
A
A
N
TAHAP II STATUS PENDERITA

P
E
N
A  Medikamentosa
T
A
 Diabetes Melitus
L Pasien mengkonsumsi Glimepiride 2
A mg 2x1
K
S  Hipertensi
A Pasien mengkonsumsi Amlodipin 5 mg
N
A
2x1
A
N
TAHAP II STATUS PENDERITA

F
L
O
W

S
H
E
E
T
TAHAP II STATUS PENDERITA

F
L
O
W

S
H
E
E
T
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

F
U Fungsi Biologis :
N Merupakan nuclear family
G
S
I Fungsi Psikologis :
Hubungan serumah terjalin kurang baik. Dalam
H menyelesaikan masalah sangat jarang melakukan
O musyawarah. Istri dan suami merasa lebih nyaman
L
menyelesaikan masalah sendiri-sendiri tanpa
I
S membebani. Suami dan anak ketiga sangat jarang
T ada di rumah, Istri lebih sering di rumah sendirian.
I
K
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

F
U Fungsi Sosial : Pasien suka mengikuti kegiatan
N masyarakat dan komunikasi cukup baik, pasien
G sering datang ke posyandu lansia.
S
I
Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan:
H Penghasilan keluarga sekitar. Rp. 4.000.000,- /
O bulan. Penderita sehari-harinya makan sebanyak
L
I 2x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti
S telur, tahu, tempe, kadang-kadang sekali sehari
T ditambah dengan buah. Pasien tidak suka ngemil
I
K dan minum manis.
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

F
U
N
G
S  Kesimpulan:
I Keluarga Ny.S yang berbentuk nuclear
H
family, pasien sebagai ibu rumah tangga dan
O tidak bekerja, memiliki DM dan Hipertensi,
L perilaku kesehatan pasien kurang baik
I
S dengan kondisi psikososial cukup baik.
T
I
K
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
F
U
N
G
S
I

F
I
S
I  Kesimpulan : Fungsi fisiologis Ny. S sama
O sekali tidak sehat, sangat memerlukan
L
O
banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan
G hubungan antar keluarga.
I
S
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
F
U
N
G
S
I

P
A
T
O
O
L
O
G
I
S
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

G
E
N
O
G
R
A
M
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

P
O
L
A

I
N
T
E
R
A
K
S
I
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

F
A
K
T
O
R

P
R
I
L
A
K
U
&
N
O
N
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

F
A
K
T
O
R

I
N
&
O
U
T
D
O
O
R
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

S
I
M
P
U
L
A
N

F
U
N
G
S
I
TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

P
R
I
O
R
I
T
A
S  LAMPIRAN
M
A
S
A
L
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R
I Masalah Medis
O Diabetes Melitus dan Hipertensi
R
I
T
A
Masalah Non Medis
S • Faktor perilaku :
M pasien malas untuk melakukan pemeriksaan
A rutin di puskesmas dengan alasan antri
S
A terlalu lama dan tidak ada yang
L mengantarkan ke puskesmas.
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R
I  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang Diderita
O Ny. S
R Pasien memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tetapi pasien
I memiliki kesadaran dan pemahaman tentang penyakit yang di
T deritanya. Pasien sudah mengetahui dan sadar sejak 4 tahun yang
A lalu didiagnosis dengan diabetes melitus dan hipertensi. Pasien
S
mengerti kalau pasien harus memeriksakan dirinya teratur dan
M
meminum obat dengan rutin. Tetapi pasien sendiri tidak bisa
A berbuat banyak. Pasien setiap harinya di rumah sendirian, suami
S dan anak nomer 3 pasien berangkat kerja mulai dari pagi sampai
A dengan malam hari, sehingga pasien sangat jarang membagikan
L keluhannya dengan anggota keluarga yang lain.
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R Hubungan Prioritas Masalah dengan
I
O Hipertensi yang Diderita Ny. S
R Pasien memiliki faktor resiko DM dan
I
T Hipertensi berupa obesitas sejak beliau muda
A sampai dengan saat ini. Saat muda dulu pasien
S
juga memiliki pola hidup yang tidak baik serta
M pasien juga memiliki riwayat keluarga kandung
A
S dengan hipertensi. Kemungkinan orang tua
A
L
pasien juga memiliki riwayat penyakit yang
A sama tetapi tidak terdiagnosis.
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
R
I Diderita Ny. S
O
R
I
Dikarenakan alasan diatas psien hampir tidak pernah
T memeriksakan kesehatan dirinya dan hanya meminum
A obat yang dibeli setiap bulan di apotek. Saat usia muda
S Ny.S juga menjalani pola hidup yang kurang baik, yaitu
jarang berolahraga, suka mengkonsumsi gorengan dan
M
A makanan asin, serta manis yang dapat menjadi faktor
S risiko terjadinya DM dengan hipertensi (ADA, 2015).
A Asupan makanan yang banyak mengandung kadar glukosa
L yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
A
H
kadar glukosa darah.
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
I
O
Diderita Ny. S
R
I
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
T
A timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
S adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif. Diabetes
M
A melitus merupakan suatu kelompok penyakit
S metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
A
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
L
A atau kedua-duanya (Perkeni, 2015).
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang


R Diderita Ny. S
I Diabetes melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis
O dan merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan
R
I
mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati.
T Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa proporsi
A diabetes di Indonesia pada tahun 2013 meningkat hampir
S dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Proporsi diabetes
melitus di Indonesia sebesar 6,9 %, toleransi glukosa
M terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa
A
S
(GDP) terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di
A pedesaan yang menderita diabetes melitus hampir sama
L dengan penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes melitus
A meningkat dari 1,1 % (2007) menjadi 2,1 % (2013).
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R
I
O  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
R Diderita Ny. S
I Penyandang diabetes melitus mempunyai risiko 2 kali
T
A
lebih besar untuk mengalami penyakit jantung
S koroner dan penyakit pembuluh darah otak, 5 kali
lebih mudah menderita ulkus/gangren, 7 kali lebih
M
A
mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali
S lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan
A retina daripada pasien non diabetes (Perkeni, 2015).
L
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang


R Diderita Ny. S
I
O
Hipertensi dapat terjadi bersamaan (komorbid)
R dengan diabetes atau merupa kan akibat proses
I patologis diabetes. Patogenesis hipertensi pada
T
A
diabetes merupakan proses yang kompleks dan
S belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Disfungsi
otonom, aktivasi sistem Renin-Angiotensin-
M
A
Aldosterone (RAAS), resistensi insulin, aktivasi saraf
S simpatis, disfungsi endotel, dan kekakuan pembuluh
A darah arteri merupakan sebagian faktor yang
L
A
diketahui berkontribusi pada terjadinya hipertensi
H pada diabetes (Njoto, 2014).
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R
I
O  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
R
I Diderita Ny. S
T
A Kondisi hiperglikemia yang berkembang secara
S
bertahap dan pada tahap-tahap awal dan sering
M tidak cukup berat bagi pasien (ADA, 2015). Secara
A fisiologi terjadinya peningkatan tekanan darah
S
A
seperti digambarkan pada bagan dibawah ini :
L
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P  Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang


R Diderita Ny. S
I
O
R
I
T
A
S

M
A
S
A
L
A
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
I
O Diderita Ny. S
R Pada individu tanpa diabetes, nitrit oksida membantu
I menghambat atherogenesis dan melindungi
T
A pembuluh darah. Namun bioavailabilitas pada
S endothelium yang diperoleh dari nitrit oksida
diturunkan pada individu dengan diabetes mellitus.
M
A Hiperglikemia menghambat produksi endothelium,
S mesintesis aktivasi dan meningkatkan produksi
A superoksid anion yaitu sebuah spesies oksigen reaktif
L
A yang merusak formasi nitrit oksida.
H
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P Hubungan Prioritas Masalah dengan


R
I Hipertensi yang Diderita Ny. S
O
R
I Produksi nitrit oksida dihambat lebih lanjut
T
A
oleh resistensi insulin, yang menyebabkan
S pelepasan asam lemak berlebih dari jaringan
M adipose. Asam lemak bebas, aktivasi protein
A kinase C, menghambat phosphatidylinositol-3
S
A dan meningkatkan produksi spesies oksigen
L reaktif. Semua mekanisme ini secara langsung
A
H mengurangi bioavailabilitas
TAHAP IV HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH

P
R Hubungan Prioritas Masalah dengan Hipertensi yang
I Diderita Ny. S
O Tatalaksana menurut ADA tahun 2015 penderita diabetes
R disarankan memulai terapi farmakologis untuk menurunkan
I tekanan darah pada tekanan darah sistolik (SBP) ≥140 mmHg
T
atau tekanan darah diastolik (DBP) ≥80 mmHg dan memberi
A
S
terapi hingga target SBP kurang dari 140 mmHg dan target DBP
kurang dari 80 mmHg (ADA, 2015). Kontrol tekanan darah ketat
M pada penderita hipertensi dengan diabetes tipe 2 menghasilkan
A penurunan bermakna risiko kematian terkait diabetes,
S komplikasi diabetes, perkembangan menjadi retinopati
A diabetes, perburukan tajam visus (Njoto, 2014). Selain itu
L tatalaksanan non-farmakologi juga dilakukan bertujuan untuk
A mengurangi morbiditas dan mortalitas.
H
TAHAP VA SIMPULAN (DIAGNOSIS HOLISTIK)

Diagnosis Biologis: Diabetes mellitus


dan Hipertensi

Diagnosis Psikologis : -

Diagnosis Sosial : pasien malas


mengantri ke puskesmas dan tidak ada
yang mengantar pasien ke puskesmas.
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

P Edukasi dengan tujuan promosi hidup


R sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
O bagian dari upaya pencegahan dan
M
merupakan bagian yang sangat penting
O
T dari pengelolaan DM dengan hipertensi
I secara holistik.
F
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

P Pengetahuan pasien dan keluarga


R tentang penyakit sangat penting karena
O dapat mempengaruhi faktor pola
M
makan dan gaya hidup pasien. Petugas
O
T kesehatan dapat mengenalkan pola
I makan dan gaya hidup kesehatan yang
F benar untuk penderita dan keluarga.
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

Kontrol secara teratur ke puskesmas


P
R
guna mengecek gula darah dan
E tekanan darahnya setiap bulan.
V Penyandang DM perlu diberikan
E penekanan mengenai pentingnya
N keteraturan jadwal makan, jenis dan
T jumlah makanan, terutama pada
I mereka yang menggunakan obat
F
penurun glukosa darah atau insulin.
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

 Menjaga pola makan yang teratur (menggunakan


bahan makanan segar atau diolah dengan rendah
P garam natrium dan gula: beras, ubi, terigu, kacang-
R kacangan, minyak goreng, margarine tanpa garam,
E sayuran, buah-buahan), bahan makanan berasal dari
V hewan dalam jumlah terbatas: daging, ayam, ikan
paling banyak 100gram/hari, telur ayam, telur bebek
E paling banyak 1 butir sehari, susu segar paling banyak 2
N gelas sehari) dan makanan yang dihindari yaitu semua
T makanan yang diberi garam natrium seperti (roti,
biscuit, abon, ikan asin, ikan pindang, telur asin,
I mentega, makanan dalam kaleng, garam dapur.
F
 Melakukan management stress.
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

R
E Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
H secara teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar
A 30-45 menit , dengan total 150 menit perminggu,
B dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
I berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan
L berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
I dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
T maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,
A jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal
T dihitung dengan cara = 220-usia pasien.
I
F
TAHAP VB SARAN ( KOMPREHENSIF)

R
E
H  Terapi farmakologis diberikan bersama
A
B
dengan pengaturan makan dan latihan
I jasmani (gaya hidup sehat).
L  Metformin 500 mg 3 x 1
I  Glimepiride 2 mg 2 x 1
T  Captopril 12.5 mg 1 x 1
A
T
I
F
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP NY. S
DALAM PENATALAKSANAAN DAN MANAGEMENT
DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI

TAHAP I

TAHAP II

TAHAP III
TERIMA KASIH
TAHAP IV

TAHAP VA

TAHAP VB

Anda mungkin juga menyukai