Seperti halnya pada saat start, untuk mematikan unit juga dikenal
2 macam metode stop yaitu normal stop (cold shut down) dan
emergency stop (hot shutdown/hot banking stop). Jenis stop
unit yang akan ditetapkan tergantung pada kebutuhan. Bila
unit akan di stop dan diprogram untuk tidak beroperasi dalam
waktu yang cukup lama (misalnya untuk keperluan overhoul),
maka dapat dipilih jenis normal shut down. Tetapi bila unit
harus di stop dan direncanakan untuk secepatnya dapat
beroperasi kembali (misalnya ada kerusakan yang perbaikannya
tidak memerlukan waktu lama tapi unit harus shut down), maka
boiler harus dijaga agar tetap panas (hot banking). Untuk
kondisi ini, maka hot shut down dapat dilaksanakan.
1. Normal Shut Down
Pada normal shut down, tersedia waktu yang cukup sehingga
sambil menurunkan beban, berbagai test untuk sistem
proteksi dapat dilaksanakan untuk membuktikan bahwa sistem
proteksi berfungsi secara baik. Soot blower dapat dioperasikan
sebelum boiler dimatikan. Mula-mula, turunkan beban secara
bertahap dengan menggunakan governor valve. Amati semua
peralatan supervisori. Matikan mill (Pulverizer) sesuai dengan
kebutuhan beban. Untuk mematikan mill biasanya tersedia
urutan (sequence) stop yang bekerja secara otomatis. Namun
secara prinsip perlu juga diketahui, bahwa sebelum dimatikan,
mill harus dikosongkan terlebih dahulu. Matikan mill sesuai
dengan SOP yang ada di setiap unit pembangkit. Turunkan beban
dengan governor valve. Amati temperatur uap bekas (LP
exhaust hood). Selain itu juga jangan sampai terjadi rotor
short. Pada beban sekitar 20%, lakukan pemindahan pasokan
listrik untuk alat-alat bantu dari trafo unit (unit transformer) ke
trafo start (start up transformer)
Matikan pasokan uap ekstraksi untuk pemanas awal
air pengisi, paling tinggi (top heater). Nyalakan
burner minyak ataupun ignitor sekedar untuk
mempertahankan nyala api di boiler.
Pada beban mendekati 0 MW, lepas GCB generator. Trip
kan turbin dengan menekan tombol emergency trip.
Tombol ini digunakan untuk mematikan turbin sambil
menguji apakah emergency trip dapat berfungsi dengan
baik. Pastikan bahwa field breaker akan trip dan stop
valve serta governor valve menutup. Buka semua
saluran drain (casing drain, extraction line drain dan
main steam line drain). Pada harga putaran tertentu,
pompa pelumas bantu (AOP) akan start secara otomatis.
Bila dikehendaki , start secara otomatis pompapompa
yang lain (TOP dan EOP juga dapat dilaksanakan. Sama
halnya dengan turbin, boiler juga dapat dimatikan
melalui tombol emergency trip. Sambil menguji
apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik.
Setelah itu purging ruang bakar (boiler).
Non aktifkan sistem bahan bakar, baik batubara
maupun minyak. Langkah berikutnya tergantung
pada metode pendingin (cooling) boiler yang
dikehendaki. Bila dikehendaki pendinginan alami
(normal cooling) maka F.D.Fan dan ID.Fan dapat
dimatikan sementara damper-dampernya saja
yang dibiarkan tetap terbuka sehingga tercipta
aliran udara untuk pendinginan normal. Tetapi
bila dikehendaki pendinginan paksa (force
cooling), maka ID.Fan dan F.D. Fan tetap jalan
dan aliran udara diatur untuk memperoleh
pendinginan paksa (force cooling). Bila tekanan
drum sudah cukup rendah, buka semua vent
dan drain.
Bila boiler akan dikosongkan, maka boiler bottom
drain baru dapat dibuka bila temperatur boiler sudah
cukup rendah (umumnya < 90 0C). Sementara itu,
putaran turbin terus turun. Pada putaran sekitar 500
Rpm katup pelepas vakum (vacuum breaker) dibuka.
Sebelumnya, matikan dulu ejector atau vacuum
pump. Laju penurunan putaran akan semakin cepat.
Pastikan bahwa jacking oil pump start secara otomatis.
Setelah rotor turbin berhenti, hubungkan kopling
turning gear (enggage) dan jalankan turning gear. Bila
sistem ini otomatis, pastikan bahwa rotor sekarang
diputar oleh turning gear. Matikan semua alat-alat
bantu yang sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi
pengatur temperatur exhaust turbin (LP exhaust hood
spray water) mungkin masih tetap diperlukan untuk
menjaga agar temperatur exhaust turbin tetap rendah.
2. Kondisi Operasi Darurat