ANNISA SEPTIYANI 17.11.4066.E.A.0005 Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia, berumur >65 tahun) di dunia diperkirakan mencapai 450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal (Kane et al, 2009, dalam Kurniawan, 2010). Untuk mengetahui perubahan-perubahan sistem endokrin yang terjadi pada lansia dan asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan perubahan sistem endokrin yang dialami lansia. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia. Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding dengan menopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan (Kurniawan, 2010).
Kurniawan (2010), menyatakan bahwa umur yang relatif terjadi perubahan
pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah sebagai berikut : a) Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya sering pada orang dewasa. b) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk, fibrotik. c) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan menjadi mati/fibrotik. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia yang berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan (Kurniawan, 2010). Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita DM karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita DM mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia berat.
DM pada lansia umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada gejala,
seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan, letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis DM pada lansia seringkali agak terlambat. Bahkan, DM pada lansia seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit lain (Kurniawan, 2010). NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN 1 Defisit nutrisi b.d Tujuan : setelah 1.1 Mengidentifikasi status nutrisi faktor psikologis dilakukan asuhan (mis. Stress, keperawatan 1x24 jam 1.2 Monitor asupan makanan kengganan untuk diharapkan kebutuhan makan) nutrisi terpenuhi. 1.3 Monitor berat badan Kriteria Hasil: 1. Nafsu makan 1.4 Lakukan oral hygiene sebelum bertambah makan 2. Adanya keegganan untuk makan 1.5 Berikan makanan yang tinggi 3. Asupan nutrisi serat untuk mencegah konstipasi tercukupi 4. kemempuan 1.6 Ajarka diet yang diprogramkan menikmati makanan 1.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN 2 Intoleransi Tujuan: setelah 2.1 Identifikasi adanya nyeri atau Akivitas b.d dilakukan asuhan keluhan fisik kelemahan) keperawatan selama 1x24 jam diharapkan 2.2 Identifikasi toleransi fisik bisa beraktivitas. melakukan pergerakan Kriteria Hasil: 1. kemudahan 2.3 Monitor kondisi umum selama melakukan aktivitas melakukanmobilisasi sehari-hari 2. kekuatantuuh bagian 2.4 Jelaskan tujuan prosedur atas membaik. mobilisasi 3. kekuatan tubuh bagan bawah 2.5 Anjurkan mobilisasi sejak dini membaik 4. tidak ada keluhan lelah 5. frekuensi nadi membaik NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN 3 Risiko Gangguan Tujuan : Setelah 3.1 identifikasi kebiasaan aktivitas Integritas dilakukan tindakan perawatan diri sesuai usia Kulit/jaringan asuhan keperawatan b.d perubahan selama 2x 24 jam 3.2 anjurkan melakukan perawatan sirkulasi diharapkan integritas diri secara konsisten kulit dapat membaik. Kriteria Hasil: 3.3 identifikasi kesiapan dan 1. pengisian kapiler kemampuan menerima informasi membaik terapeutik 2. akral hangat 3. turgor kulit 3.4 anjurkan minum yang cukup membaik 4. tekanan darah 3.5 anjurkan melapor jika ada lesi dalam batas normal kulit yang biasa