Anda di halaman 1dari 92

Askep Klien PPOK (COPD)

Ns. Nur Isnaini, S.Kep.,M.Kep


• 087-kristian budi
• 086-fatma
• 031-laila
• 193-ade nahla
• 170-aqilatun
• 323-nina
• 290-alif
• Penyakit paru obstruktif kronis atau sering
disingkat PPOK adalah istilah yang digunakan
untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-
paru untuk jangka panjang. Penyakit ini
menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru
sehingga pengidap akan mengalami kesulitan
dalam bernapas. PPOK umumnya merupakan
kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu
bronkitis kronis dan emfisema.
PPOK
• COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
• Sindroma klinis yang berupa dyspnea kronis
dengan obstruksi aliran udara ekspirasi akibat
bronkhitis dan atau emfisema
• Penyakit paru kronik yang ditandai dengan
hambatan aliran udara saluran napas karena
penyakit bronkhitis kronis dan atau emfisema paru
• Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah
penyakit paru dengan terjadinya sumbatan aliran
udara pada paru yang berlangsung lama.
Diagnosis PPOK

• Keluhan umum pada PPOK:


– Sesak napas
– Batuk kronis
– Sputum produktif
• Dipastikan dengan uji spirometri:
– (FEV 1) pasca bronkhodilator = < 80%, serta
(FEV1/FVC) = < 70%
Diagnosis: Spirometry

5 Normal
Volume, liters

3
FEV1 = 1.8L
2
FVC = 3.2L Obstructive
1 FEV1/FVC = 0.56

1 2 3 4 5 6
Time, seconds
Jenis PPOK
• Bronchitis Chronic
• Pada bronchitis chronic terjadi peradangan
pada dinding saluran napas sehingga
menghasilkan terlalu banyak lendir.
Akibatnya saluran napas menyempit
sehingga pertukaran udara di paru
terganggu.
• Pada bronchitis chronic juga terjadi
kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk
membersihkan lendir berlebihan dalam
saluran napas.
Bronkhitis Kronis

• Sindroma berupa batuk produktif kronis


(sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut
dan paling sedikit selama 2 tahun ) tanpa
penyebab lain yang dapat diidentifikasi
Emphysema.

• Pada emphysema, terjadi pembesaran


dan kerusakan luas alveoli, sehingga
terjadi gangguan pertukaran udara
dalam paru.
Emphysema
• Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan
kantong udara atau alveolus pada paru-paru yang seiring
waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga
membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong kecil
pecah mengakibatkan luas area permukaan paru-paru
menjadi berkurang dan mempengaruhi kadar oksigen.
Tanda gejala
 Sesak napas
 Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu)
 Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK
eksaserbasi akut terdapat gejala yang bertambah parah
seperti:
 Bertambahnya sesak napas-kadang-kadang disertai mengi
 Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum
(dahak)
 Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna
 Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah,
depresi
Faktor resiko
 Kebiasaan merokok
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan
tentang, riwayat merokok, Perokok Aktif, Perokok Pasif,
Bekas perokok.
 Bila merupakan bekas perokok harus dinilai derajat berat
merokok dengan menggunakan Indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap
sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
 • Ringan : 0-200 • Sedang : 200-600 • Berat : >600
Tinjauan Alqur’an
• (QS. Al-isra : 27) "Sesungguhnya para pemboros itu
adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Rabbnya."
• Perokok jelas melakukan tindakan mubadzir yakni
menghabiskan sebagian hartanya untuk membakar sia-sia
sebagian hartanya melalui rokok.
• Setan menjadikannya memandang indah
perbuatan tabdzirnya sehingga pecandu rokok merasakan
nikmat ketika menghisapnya.
Pengaruh rokok thd FEV
Faktor resiko

Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan


dan tempat kerja
Hipereaktiviti bronkus
Riwayat infeksi saluran nafas bawah
berulang
Not only smoking but smoke

Air pollution resulting from the burning of wood and other


biomass fuels is estimated to kill two million women and
children each year.
Diagnosis PPOK di tegakkan
berdasarkan :
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
Keluhan
Riwayat penyakit
Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
Gambaran Klinis
a. Anamnesis
 Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
 Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
 Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
 Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
 Saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara
 Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
 Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
 Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
 Penggunaan otot bantu napas
 Hipertropi otot bantu napas
 Pelebaran sela iga
 Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai
 Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga
melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas
jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
• Gambaran yang khas pada emfisema,
penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed – lips breathing
Blue bloater
• Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal
paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan
mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang.
Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
Radiologi

 Foto toraks Posterior Anterior dan lateral berguna untuk


menyingkirkan penyakit paru lain
 Pada emfisema terlihat gambaran :
• - Hiperinflasi
• - Hiperlusen
• - Ruang retrosternal melebar
• - Diafragma mendatar
• Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye
drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler
Pemeriksaan fungsi paru

• FEV1 dan semua pengukuran udara


ekspirasi berkurang
• Volume residu ( RV) dan Kapasitas total
paru bertambah
• Kapasitas Vital (VC) berkurang
Pemeriksaan AGD

• Pa CO2 naik
• Saturasi hemoglobin menurun
• Asidosis respiratorik
pathways
COPD Assesment

Determine the severity of the disease, its impact on


the patient’s health status and the risk of future
events (for example exacerbations) to guide therapy.
Consider the following aspects of the disease
separately:
 severity of the spirometric abnormality
 current level of patient’s symptoms
 frequency of exacerbations
 presence of comorbidities.
IPCRG Users’Guide to COPD “Wellness” Tools. International Primary Care Respiratory Group. 2010
September. Cave AJ, Tsiligianni I, Chavannes N, Correia de Sousa J, Yaman H. Available from:
http://www.theipcrg.org/resources/ipcrg_users_guide_to_copd_wellness_tools.pdf
COPD Assessment Test (CAT):
http://catestonline.org
CAT assesment
http://www.catestonline.org/english/index_Bahasa.htm

• HASIL perhitungan kuesioner CAT yang


sudah dilengkapi dapat membantu dalam
menyusun langkah penatalaksanaan pasien
<10 =RENDAH
10-20=SEDANG
20-30=TINGGI
>30 =SANGAT TINGGI
ASSESMENT COPD
PENATALAKSANAAN

• Terdapat 4 komponen penatalaksanaan


menurut WHO
– Pengkajian dan pemantauan penyakit
– Kurangi faktor risiko
– Terapi PPOK stabil
– Terapi eksaserbasi akut
Bila diuraikan maka tatalaksana
tersebut menjadi :
• Stop merokok
• Terapi farmakologis
• Terapi oksigen
• Ventilasi mekanik
• Rehabilitasi
• Nutrisi
• Pembedahan
• Vaksinasi
• Edukasi
Sasaran dari penatalaksanan
PPOK ini adalah :
• Mencegah progresivitas penyakit
• Menghilangkan keluhan
• Meningkatkan toleransi aktivitas
• Meningkatkan status kesehatan
• Mencegah dan mengobati eksaserbasi
• Mencegah dan mengobati komplikasi
• Menurunkan mortalitas
1. Stop Merokok
• Bila pasien dapat berhenti merokok maka
progresivitas penurunan VEP1 nya dapat
diperkecil.
Strategi yang dianjurkan
• Lakukan identifikasi perokok pada setiap
kunjungan
• Terangkan tentang keburukan/dampak
merokok sehingga pasien didesak mau berhenti
merokok.
• Yakinkan pasien untuk berhenti merokok.
• Bantu pasien dalam program berhenti
merokok.
• Jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih
intensif, bila usaha pertama masih belum
memuaskan.
• Pasien PPOK yang merokok akan mengalami
penurunan VEP1 > 50 ml/tahun (pada orang
normal yang tidak merokok, penurunan VEP1
hanya 18 ml/tahun).
• Saat ini terdapat beberapa usaha berhenti
merokok seperti :
pemakaian nikotin gum, patch, spray/inhaler.
obat-obat klonidin, bupropion.
hipnosis, dll.
2. Terapi Farmakologi PPOK

• 2.1. Terapi PPOK Stabil


2.1.1. Bronkodilator
Pengobatan utama PPOK adalah dengan
obat bronkodilator. Bronkodilator utama
yang sering dipakai adalah : agonis-b ,
antikolinergik, methyl-xanthin.
• Pemberian secara inhalasi (metered dose
inhaler/MDI) lebih menguntungkan daripada
cara oral atau parenteral karena efeknya cepat
pada organ paru dan efek sampingnya
minimal.
• Pemberian secara MDI lebih disarankan
daripada pemberian cara nebulizer
Bronkodilator kerja cepat (fenoterol,
salbutamol, terbutalin) lebih menguntungkan
daripada yang keja lambat (salmeterol,
formeterol),
• Efek bronkodilator kerja cepat sudah dimulai
dalam beberapa menit dan efek puncaknya
terjadi setelah 15 - 20 menit dan berakhir
setelah 4 - 5 jam.
• Sedangkan bronkodilator kerja lambat banyak
dipakai secara teratur dan lama, efek
puncaknya setelah 30 - 90 menit, tapi ia
mempunyai waktu kerja yang sedikit lebih
lama yaitu 6 - 8 jam.
• Pemakaian teofilin tidak banyak, karena
batas antara dosis terapeutik dan dosis
toksiknya terlalu dekat.
• Kombinasi yang terbanyak dipakai untuk
PPOK adalah agonis-b kerja cepat
(fenoterol, salbutamol), dan antikolinergik
(ipratropium)
• 2.1.2. Steroid
Terapi PPOK dengan steroid masih
kontroversial. Walaupun begitu steroid
masih dipakai secara terbatas dan biasanya
diberikan setelah terapi bronkodilator masih
belum memberikan hasil yang optimal.
• Pemberian steroid oral jangka panjang tidak
direkomendasikan karena tidak terdapat
bukti perbaikan dari pemberian steroid
jangka panjang, malah terdapat efek
samping steroid sistemik seperti miopati
yang membuat kelemahan otot sehingga
menurunkan fungsi paru dan bisa juga
terjadi kegagalan pernapasan pada pasien
PPOK lanjut.
Terapi PPOK eksaserbasi akut

• Pemeriksaan spirometri pada umumnya


menunjukkan keadaan eksaserbasi yang
berat bila nilai arus puncak ekspirasi = APE
(PEF) < 100 L/detik atau FEV1 < 1 L
• 2.2.1. Penatalaksanaan eksaserbasi akut
PPOK di rumah
Pemberian bronkodilator sama dengan
PPOK stabil, tetapi pada keadaan
eksaserbasi akut, dosis dan frekuensi
pemberian MDI dapat ditingkatkan menjadi
4 - 6 x 2 - 4 hirup sehari.
• 2.2.2. Penatalaksanaan eksaserbasi akut PPOK di
Rumah Sakit
Indikasi rawat di RS pada eksaserbasi akut PPOK
o Keluhan makin berat, misalnya sesak napas
masih ada waktu istirahat
o Riwayat PPOK berat
o Terdapat gejala sianosis, edema perifer
o Respons terapi awal eksaserbasi akut ® gagal
o Komorbiditas yang serius
o Aritmia
o Usia lanjut
o Tidak tersedia perawatan rumah yang memadai.
• Terapi farmakologi pada PPOK di RS
adalah:
• o Bronkodilator kerja cepat : agonis-b
o Steroid : oral atau IV
o Antibiotik : oral atau IV
o Pertimbangkan teofilin oral atau IV

o Pertimbangkan ventilator mekanik invasif.
Pada keadaan berat sepertj ancaman gagal
napas akut, kelainan asam basa berat atau
perburukan status mental dll, maka
pemasangan ventilator mekanik invasif
dapat dipertimbangkan.
• Dalam hal ini jenis ventilasi yang banyak
dipakai adalah assisted control ventilation,
pressure support ventilation, intermittent
mandatory ventilation.
2.2.3. Obat-obat tambahan lainnya(6)
a. a-antitripsin b. Mukolitik
3. Terapi oksigen pada PPOK
• Pemberian O2 bertujuan untuk mencegah
kerusakan sel-sel atau organ. Oksigen
diberikan terutama pada waktu :
o keadaan eksaserbasi akut
o keadaan waktu beraktivitas
o terus-menerus (jangka panjang) pada PPOK
berat yakni > 15 jam / hari, dosis 1-2 L/m
dengan nasal kanul pada keadaan :
o Pa02 < 55 mmHg atau Sa 02 < 88 %
o Pa02 55 - 60 mmHg atau Sa02 89 % di mana
terdapat juga hipertensi- pulmonal, edema
perifer tanda gagal jantung, dan polisitemia
(Ht > 55 %).
• Target pemberian terapi O2 adalah
meningkatkan PaO2 sedikitnya menjadi 60
mmHg (dalam keadaan istirahat pada
tempat permukaan laut) dan / atau SaO2
sedikitnya menjadi 90 % tanpa menurunkan
PH jadi < 7,25 atau meningkatkan PaCO2 >
10 mmHg.
4. Ventilasi mekanik pada
PPOK
• Indikasi penggunaan ventilasi mekanik pada
keadaan PPOK adalah bila terdapat gagal
napas akut dan atau kronik.
4.1. Ventilasi mekanik tanpa intubasi dalam
bentuk NIPPV (non-invasive intermittent
possitive pressure)
Jenis yang banyak dipakai saat ini adalah :
o BIPAP (Bilevel Positive Airway Pressure)
o CPAP (Continuous Possitive Airway
Pressure).

4.2.Ventilasi mekanik dengan intubasi
Indikasi pemakaian ventilasi mekanik di sini di
samping gagal napas, bisa juga pada keadaan
sakit lain yang mengancam jiwa seperti :
• asidosis berat
• hipoksemia berat (PaO2 < 40 mmHg) atau
• hiperkapnia berat (PaCO2 > 60 mmHg)
• penurunan kesadaran, syok, septikemia
• kegagalan pada pemakaian NIPPV.
5. Rehabilitasi pada PPOK

• Program rehabilitasi di sini bertujuan :


o mengurangi keluhan dan gejala
o meningkatkan kualitas hidup
o meningkatkan toleransi aktivitas fisik dan
psikis
• Terdapat beberapa aktivitas rehabilitasi :
5.1. Latihan Fisik
a. Latihan peningkatan kemampuan otot-otot
pernapasan. Otot pernapasan pasien PPOK
banyak yang lelah, sehingga perlu ditingkatkan
untuk mendapatkan nilai ventilasi yang
maksimal
b. Latihan endurance. Latihan berjalan kaki
banyak dipakai tapi latihan naik tangga,
bersepeda dll juga dapat dilakukan.
• 5.2. Latihan pernapasan
Tujuannya adalah bernapas yang efektif
dengan memakai otot pernapasan
(diafragma dan otot dada) seoptimal
mungkin, sehingga ventilasi lebih baik,
• 5.3. Rehabilitasi psikososial
Pasien PPOK sering mengalami depresi dan
banyak kehilangan waktu untuk kerja,
sehingga perlu terapi psikologis dan nasihat
untuk aktivitas sosialnya. Jika diperlukan,
pasien dapat diberikan obat-obat
antidepresi.
6. Nutrisi pada PPOK
• Pemberian nutrisi hendaknya seimbang
berdasarkan kalori yang dibutuhkan
• Di samping itu porsi makanan yang disajikan
hendaknya kecil saja tapi lebih sering.
• Komponen nutrisi lain yang juga dianjurkan
adalah rendah Na, dan tinggi pada Mg, vitamin
C, vitamin E.
• Makanan sebaiknya segar (natural) dan
disertai dengan buah serta sayuran.
7. Pembedahan pada PPOK

• Biasanya dilakukan pada PPOK berat dan


tindakan operasi diambil bila diyakini dapat
memperbaiki fungsi paru atau gerakan
mekanik paru.
8. Vaksinasi pada PPOK

• 8.1.Vaksinasi terhadap influenza


8.2.Vaksinasi terhadap pneumokok.
9. Edukasi pada PPOK

• Pasien dengan batuk kronik dan sesak napas


yang pregresif perlu mengetahui tentang :
o keadaan status kesehatannya (tingkat
penyakit dan pengobatannya)
o bagaimana dapat melakukan aktivitas
yang terbatas jadi lebih optimal
bagaimana mencegah perburukan penyakit
(eksaserbasi akut)
bagaimana cara berhenti merokok atau
menjauhi polusi udara
menerangkan tentang penyakit PPOK secara
keseluruhan (patofisiologi, terapi,
penatalaksanaan sendiri terhadap sesak napas,
cegah eksaserbasi, kapan minta bantuan, dll)
dan target pengobatan yang diberikan.
• Dengan hasil edukasi ini pasien lebih
menyadari tentang penyakitnya, sehingga
akan mengurangi rasa takut dan cemasnya.
• Edukasi juga diberikan kepada keluarga
pasien supaya menyadari keadaan sakit
pasien, sehingga pasien mendapat dukungan
penuh secara moril.
• Edukasi diberikan pada setiap kali
kunjungan dan dilakukan secara
menyeluruh oleh tim yang terkait seperti
dokter, perawat, fisioterapi, nutrisionis,
psikoterapis; pekerja sosial, dan lain-lain.
Nursing Care Plan

• Diagnosa Keperawatan
– Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Nafas
Berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret, kelelahan
– Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia karena
dyspnea, kelelahan
Nursing Care Plan

• Diagnosa Keperawatan
– Intoleransi aktivitas b.d kekurangan suplay
oksigen
– Gangguan pertukaran gas b.d retensi CO2
– Tidak efektifnya pola nafas b.d distensi
dinding dada, kelelahan
Nursing Care Plan

• Diagnosa Keperawatan
– Risiko infeksi b.d retensi sekret, batuk tak
efektif
– Kurang pengetahuan b.d penatalaksanaan
mandiri terhadap penyakit kronis
Penatalaksanaan keperawatan

• Higiene bronkhial
– Terdiri dari satu atau kombinasi beberapa
tindakan berikut; terapi inhalasi
bronkhodilator, nafas dalam, batuk efektif,
postural drainase
– Tujuan: menghilangkan sekret,
memperbaiki ventilsai dan oksigenasi
– Evaluasi didasarkan pada: a.l pengkajian
fisik, ro thorak, AGD
Penatalaksanaan keperawatan

• Batuk Efektif dan Nafas Dalam


– Batuk efektif adalah tindakan yang
diperlukan untuk membersihkan sekret
– Tujuan: meningkatkan ekspansi paru,
mobilisasi sekret, dan mencegah akibat
retensi sekret (pneumonia)
Penatalaksanaan keperawatan

• Fisioterapi dada
– Terdiri dari: perkusi dada, postural
drainase, vibrasi dada
Perkusi dada
– Melepas sekret secara mekanis
– Tangan membentuk seperti mangkuk
– Perkusi dilakukan selama 3 - 5 menit per
posisi
Penatalaksanaan keperawatan

Postural Drainase
– Pemberian posisi terapeutik untuk
memungkinkan sekret paru mengalir
berdasarkan gravitasi ke dalam bronkhus
mayor dan trakea
– Segmen yang didrainase ditempatkan
setinggi mungkin dan bronkhus mayor
severtikal mungkin
Penatalaksanaan keperawatan
Vibrasi
– Meningkatkan kecepatan dan turbulen
udara ekshalasi untuk menghilangkan sekret
– Dilakukan dengan cara meletakkan kedua
tangan berdanmpingan dengan jari-jari
ekstensi di area dada
– Klien melakukan inspirasi dalam kemudian
ekspirasi perlahan, pada saat ekspirasi
perlahan dada divirasi
Kontraindikasi

Postural Drainase
– Peningkatan tekanan intrakranial
– Klien sehabis makan
– Ketidakmampuan batuk
– Penyakit jantung akut
– Perdarahan
Kontraindikasi

Perkusi Dada dan Vibrasi


– Fraktur iga - Hernia
– Trauma dada
– Perdarahan dan emboli paru
– Mastektomi
– Pneumothoraks
– Osteoporosis
– Trauma abdomen
REFERENCE
• Pleasants RA, Riley IL, Mannino DM. Defining and targeting health
disparities in chronic obstructive pulmonary disease. International
Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. 2016;11:2475-
2496. doi:10.2147/COPD.S79077.

• Weldam SWM, Schuurmans MJ, Zanen P, Heijmans MJWM, Sachs


APE, Lammers J-WJ. The effectiveness of a nurse-led illness
perception intervention in COPD patients: a cluster randomised trial in
primary care. ERJ Open Research. 2017;3(4):00115-02016.
doi:10.1183/23120541.00115-2016.
• Mahboub BH, Vats MG, Al Zaabi A, et al. Joint statement for the
diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease for Gulf Cooperation Council countries and Middle
East–North Africa region, 2017. International Journal of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. 2017;12:2869-2890.
doi:10.2147/COPD.S136245.

• Rossi A, Butorac-Petanjek B, Chilosi M, et al. Chronic obstructive


pulmonary disease with mild airflow limitation: current knowledge and
proposal for future research – a consensus document from six scientific
societies. International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. 2017;12:2593-2610. doi:10.2147/COPD.S132236.
kasus
 Seorang laki laki usia 79 tahun pendidikan terakhir SD bekerja
sebagai petani. Masuk RS keluhan sesak nafas sudah sejak 2 hari
yang lalu di di rumah. Klien dinyatakan PPOK. Hasil px ps
mengatakan sangat kesulitan bernafas atau sesak nafas dan terasa
nyeri pada bagian dada sebelah kiri yang dirasakan sudah dua hari
yang lalu. Pasien di ruangan mendapat tindakan terapi oksigen dan
tindakan pengambian AGD karena pasien sangat gelisah dan sesak
nafas berat. pasien belum pernah di rawat inap hanya saja pasien
rutin kontrol. Pasien tidak mempunyai riwayat kesehatan seperti
hipertensi dan DM. Menurut wawancara pasien merupakan perokok
aktif. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis ,
tekanan darah 130/70 mmHg, suhu tubuh 36,5 ◦C, nadi 88x/mnt, RR
30 x/mnt.
• Seorang prp usia 26 tahun pendidikan SD Pekerjaan tani
dibawa ke RS oleh keluarga dengan keluhan sesak nafas,
setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan pasien
dinyatakan obs.dispnea dengan ppok. Riwayat 2 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami sesak nafas,
pusing. Lalu keluarga membawanya ke RS. TD 110/70
mmHg N 84x/mnt S 37°C RR 26x/mnt. Diberikan th infus
RL 20tpm, O2 nasal kanul 3lpm, injeksi ranitidin,
nebulizer. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien diketahui
menderita obs.dispnea dengan ppok.
Pathways??
Dx Kep?
Intervensi (ONEC) & EBN???
Prognosa????
Tugas EBN

Analisa jurnal yang berhubungan dengan


system pernapasan
• 1. Jurnal etiologi/diagnostik
• 2. Jurnal therapy/treatment
• 3. Jurnal prognosis
CASE STUDY
Review kasus secara umum
Patofisiologi dan Patogenesis (Pathways
kasus)
Diagnosa yang muncul
Intervensi yang dilakukan
Komplikasi yang muncul
Prognosis pasien
Analisis kesenjangan antara teoritis dan
praktis
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai