Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN


(ABKC 3710)
PERCOBAAN V
“Metode Konduktometri”

Dosen Pembimbing:
Drs. H. Abdul Hamid, M.Si
Dr. Arif Sholahuddin, S.Pd., M.Si
Drs. H. Bambang Suharto, M.Si
Asisten:
Muhamad Azhar Asis
Siti Nur Ramadhani
Oleh:
Kelompok 1
1. Nadya Anjuni (1610120120007)
2. Larasati Milanie D. S (1610120220005)
3. Rizki Ramadana Putri (1610120220015)
4. M. Isra’i Rahman (1610120310005)
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari penggunaan konduktometer.
2. Mempelajari kecenderungan perubahan konduktometer.
2. Menerapkan metode konduktometri pada penentuan kadar asam
asetil salisilat dalam tablet aspirin komersial.
DASAR TEORI
• Konduktometri adalah teknik elektrokimia yang digunakan untuk menentukan
jumlah analit dalam suatu campuran melalui pengukuran pengaruh konduktivitas
elektrik larutannya. Konduktometri merupakan ukuran kemampuan elektron
dalam larutan untuk mengalirkan arus listrik di bawah pengaruh perbedaan
potensial. Potensial dalam sel konduktometri digunakan di antara elektroda
logam inert (Burtis, Ashwood, & Bruns, 2012).
• Daya Hantar Listrik (DHL) atau konduktivitas merupakan ukuran konsetrasi total
elektrolit dalam air. Daya hantar listrik pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Makin
banyak garam-garam terlarut dapat terionisasi, makin tinggi pula daya hantar
listriknya (Shopiah, Chamid, & Sriyanti, 2015).
Alat yang digunakan untuk mengukur konduktivitas disebut
konduktometer (Syech, Abdi, & Tambunan, 2016). Konduktivitas yang
dinyatakan dengan satuan µS/cm dapat dideteksi dengan
menggunakan alat EC Meter (Electric Conductance). Pengukuran daya
hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air
(Khairunnas & Gusman, 2018).
ALAT DAN BAHAN
A. Alat

B. Bahan
PROSEDUR KERJA, HASIL PENGAMATAN, &
ANALISIS DATA
Kalibrasi Konduktometer

Membersihkan sel
Mencelupkan sel Melakukan kalibrasi hingga
hantaran dengan
hantaran ke dalam memunculkan angka
menggunakan botol
larutan KCl 0,1 M. konduktivitas terbaca pada
pembersih.
1413 µS/Cm.

Sel hantaran telah dibersihkan. Sel hantaran telah dikalibrasi. Angka konduktivitas = 1421 µS/Cm.
ANALISIS DATA

Kalibrasi konduktometri
.
• Kalibrasi dengan 30 mL larutan KCl 0,01 M bertujuan untuk
benar-benar memastikan sel hantaran konduktometer sudah akurat
dalam menentukan angka konduktivitas zat. Angka konduktivitas
= 1421 µS/Cm.
• Hal ini dikarenakan sensitivitas konduktometer yang digunakan
selama melaksanakan percobaan kurang sensitif. Selain itu, juga
bisa disebabkan karena konsentrasi larutan KCl yang digunakan
untuk melakukan kalibrasi belum benar-benar 0,01 M sehingga
dapat mempengaruhi angka konduktivitas yang terukur.
Titrasi Netralisasi

Menambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M Mencelupkan sel hantaran ke dalam


ke dalam gelas kimia 250 mL, kemudian gelas kimia dan mengukur hantaran
mengaduk larutan dengan magnetic jenisnya.
stirrer.

Hantaran jenis = 2540 µS/Cm


Larutan bening
Volume NaOH Hantaran Jenis

1 mL 2740 µS/Cm
2 mL 2610 µS/Cm
3 mL 2960 µS/Cm
4 mL 3290 µS/Cm
5 mL 4850 µS/Cm
Menitrasi larutan HCl dengan NaOH 0,1 M kemudian mencatat 6 mL 3460 µS/Cm
hantaran jenisnya pada penambahan tiap 1 mL sampai volume
7 mL 6130 µS/Cm
NaOH mencapai 15 mL.
8 mL 2690 µS/Cm
9 mL 2720 µS/Cm
10 mL 3560 µS/Cm
11 mL 2940 µS/Cm
12 mL 3930 µS/Cm
13 mL 3760 µS/Cm
14 mL 3330 µS/Cm
15 mL 3960 µS/Cm
Membuat grafik antara nilai k Vs mL volume titran.
Tahap Netralisasi

Persamaan reaksi untuk proses titrasi ini yaitu:

HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)

Pada penitrasian HCl dengan NaOH terjadi pernurunan nilai daya


hantar (G) pada awal penitrasian. Hal ini disebabkan karena ion H+ yang
mempunyai konduktivitas tinggi digantikan oleh ion yang memiliki
konduktivitas yang lebih rendah dan setelah mencapai titik ekivalen terjadi
kenaikan nilai daya hantar (G). Hal ini disebabkan karena bertambahnya
volume NaOH sebagai penitran pada larutan sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan konsentrasi ion OH-. Berdasarkan grafik, didapatkan
titik ekivalen terjadi pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 8 mL jika
dilihat dari titik terendah pada grafik (terlampir).
Menambahkan 10 mL larutan CH3COOH Mencelupkan sel hantaran ke
0,1 M ke dalam gelas kimia 250 mL, dalam gelas kimia dan
kemudian mengaduk larutan dengan mengukur hantaran jenisnya.
magnetic stirrer.

Hantaran jenis = 1560 µS/Cm


Larutan bening
Volume NaOH Hantaran Jenis

1 mL 1402 µS/Cm
2 mL 1341 µS/Cm
3 mL 1461 µS/Cm
4 mL 1294 µS/Cm
5 mL 527 µS/Cm
Menitrasi larutan CH3COOH dengan NaOH 0,1 M kemudian 6 mL 1384 µS/Cm
mencatat hantaran jenisnya pada penambahan tiap 1 mL
7 mL 4230 µS/Cm
sampai volume NaOH mencapai 15 mL.
8 mL 3190 µS/Cm
9 mL 209 µS/Cm
10 mL 785 µS/Cm
11 mL 900 µS/Cm
12 mL 2007 µS/Cm
13 mL 20.100 µS/Cm
14 mL 1342 µS/Cm
15 mL 1450 µS/Cm
Membuat grafik antara nilai k Vs mL volume titran.
Tahap Netralisasi

Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq)  CH3COONa (aq) + H2O (l)

Penitrasian CH3COOH dengan NaOH mengalami penurunan nilai daya hantar (G) pada awal penitrasian. Hal ini
disebabkan karena ion H+ yang mempunyai konduktivitas tinggi digantikan oleh ion lainnya yang memiliki konduktivitas
yang lebih rendah dan setelah mencapai titik ekivalen terdapat kenaikan nilai daya hantar (G). Hal ini disebabkan karena
bertambahnya volume NaOH sebagai penitran sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi ion OH- pada
proses tersebut. Titik ekivalen yang didapat adalah pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 9 mL jika dilihat dari titik
terendah pada grafik (terlampir).
Penentuan Kadar dalam Sampel Tablet Aspirin

Menambahkan 30 mL etanol Memipet 100 mL cairan


Menimbang satu tablet aspirin Menambahkan 15 mL
ke dalam labu ukur dan tersebut ke dalam gelas
menggunakan neraca kemudian aquades ke dalam labu
mengocok kembali, kimia 250 mL kemudian
menghaluskan tablet tersebut ukur, kemudian
kemudian menambahkan menitrasi dengan larutan
mengocok hingga larut.
aquades hingga tanda batas. NaOH 0,1 M.

Massa tablet aspirin yang


Larutan berwarna kuning keruh Konduktivitas awal =
sudah halus = 0,21 g.
Larutan berwarna kuning bening. 2200 µS/Cm.
Volume NaOH Konduktansi

0,5 mL 6090 µS/Cm


1 mL 3610 µS/Cm
1,5 mL 3100 µS/Cm
2 mL 3490 µS/Cm
Mengukur konduktansinya setiap penambahan 0,5 mL NaOH. 2,5 mL 5690 µS/Cm
3 mL 2870 µS/Cm
3,5 mL 3300 µS/Cm
4 mL 3340 µS/Cm
4,5 mL 3750 µS/Cm
5 mL 2970 µS/Cm
5,5 mL 4820 µS/Cm
6 mL 4350 µS/Cm
Membuat grafik antara konduktansi dengan volume NaOH.
Penentuan Kadar dalam Sampel Tablet Aspirin

Penambahan etanol ini bertujuan untuk melarutkan partikel-partikel aspirin yang belum melarut dalam aquades.
Pada percobaan ini didasarkan pada pertukaran ion berdasarkan perbedaan konduktivitas. Aspirin dalam
larutannya adalah salah satu asam lemah yang mengandung asam salisilat. Reaksi dengan anhidra asetat akan
mengubah gugus karbonil dari asam salilisat menjadi ester asetat dan sitrat. Penambahan NaOH pada larutan akan
menyebabkan terjadinya reaksi asam basa. Teori tentang konduktivitas menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan
suatu basa pada suatu asam maka akan terjadi penurunan pada daya hantarnya secara perlahan. Hal ini dikarenakan
oleh terjadinya pergantian ion hidrogen yang konduktivitasnya lebih rendah.
Hubungan konduktivitas dengan volume NaOH berdasarkan grafik terlampirkan menunjukkan bahwa titik
ekivalen tercapai pada saat penambahan NaOH sebanyak 3 mL. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar asetil salisilat
pada tablet aspirin merk aspilets adalah sebesar 8,219%.
KESIMPULAN
• Konduktometri digunakan untuk melihat konduktivitas dari larutan
HCl, CH3COOH dan kadar aspirin.
• Kurva titrasi pada larutan asam kuat dan basa kuat ataupun asam
lemah dan basa kuat menunjukkan kenaikan dan penurunan.
• Metode konduktometri digunakan untuk menentukan kadar asetil
salisilat dalam tablet aspirin. Kadar asetil salisilat pada tablet aspirin
merk aspilets adalah sebesar 8,219%.
DAFTAR PUSTAKA
• Burtis, C. A., Ashwood, E., & Bruns, D. (2012). Tietz Textbooks of Clinical Chemistry and
Moleculer Diagnotics. Missouri: Elsevier.
• Khairunnas, & Gusman, M. (2018). Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas,
Resistivitas,dan TDS Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada Kondisi Air Laut Pasang
dan Air Laut Surut di Daerah Pesisir Pantai Kota Padang. Jurnal Bina Tambang, 7 (6),
1751-1760.
• Shopiah, V., Chamid, C., & Sriyanti. (2015). Kajian TDS untuk Menentukan Tingkat
Pencemaran Tanah Dangkal di Sekitar Lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat. Proseding Teknik Pertambangan, 5 (2), 297-306.
• Syech, R., Abdi, R., & Tambunan, W. (2016). Penentuan Konduktivitas Listrik Air Sungai
Batang Lubuh dengan Menggunakan Metode Jembatan Wheatstone. Jurnal Fakultas
Teknik Universitas Pasir Pangaraian, 3 (8), 92-101.

Anda mungkin juga menyukai