Anda di halaman 1dari 8

PERAN SERTA MASYARAKAT

DALAM MEMONITOR LAHAR

SABO TECHNICAL CENTRE


YOGYAKARTA
1. Koponen Penyebab Aliran Lahar

a. Potensi material
Dari data yang ada, potensi material hasil letusan G. Merapi
sebanyak sekitar 5 juta m3 dan berupa material yang labil
(mudah larut) apabila bercampur air. Ditinjau dari volume
tersebut, maka sangat potensial menjadi aliran lahar.

b. Curah hujan
Material tertentu apabila terkena menyerap air hujan
pada jumlah dan waktu tertentu akan menjadi jenuh dan mudah
bergerak/longsor.

c. Kemiringan alur
Makin terjal kemiringan alur, maka laju aliran akan makin cepat
dan sebaliknya.
2. Komponen Tingkat Bahaya, dipengaruhi oleh :

a. Jenis material
Potensi hasil letusan G. Merapi yang berupa batu, kerikil, pasir dan abu
volkanik. Dengan komposisi demukian, material di lereng Merapi mudah
menyerap air sehingga juga mudah meluncur.

b. Intensitas curah hujan


Berdasrkan pengamatan di pos Deled tahun 1980-1999, tebal curah
hujan rata-rata 2.621 mm/th, dan dengan intensitas tinggi mulai
November (292 mm) sampai April. Puncak intensitas pada bulan
desember, Januari, februari dan Maret (392, 432, 430, 423 mm). Secara
empirik, intensitas curah hujan sebesar itu akan potensial menjadi
banjir.
Sebagai ilustrasi, perhitungan debit berdasarkan curah hujan diatas
dapat menimbulkan puncak banjir dengan debit 111, 126, 143, 163, 183,
195, 209, 228 m3/dt pada periode ulang masing-masing 2, 3, 5,10, 20,
30, 50, 100 tahun dari DAS 9,52 km2.
c. Terjal dan landainya kemiringan alur
Kemiringan alur di lereng gunung rata-rata lebih 45o dan pada alur
sungai 4-6o menurut kaedah aliran debris, kemiringan demikian akan
berpotensi terjadi aliran debris atau aliran lahar.

d. Bentuk dan dimensi (ukuran) alur


Apabila lembah-lembah sungainya (perimeter batch) dalam dan lebar,
tentunya akan lebih banyak menampung debit aliran. Untuk sungai
Opak, hulu perimeter basahnya relatif kecil sehingga rawan terjadi
luapan.
Untuk S. gendol, perimeter basahnya lebih besar sehingga relatif lebih
aman. Namun demikian harus dicermati titik/lokasi-lokasi tertentu yang
rawan luapan.

e. Kenormalan badan alur (dasar rata/tidak,bersih/tidak)


Kondisi sekarang, masih terdapat ruasan-ruasan alur yang di tumbuhi
tanaman harus yang dapat menghambat/mengalihkan arah aliran.
f. Kedapatan dan lokasi permukiman.
Makin dekat permukiman dengan tebing sungai, maka tingkat
kerawanan bahaya juga, maka tingkat kerawanan bahaya juga makin
tinggi, baik kemungkinan luapan maupun longsoran.

g. Keberadaan fasilitas/bangunan pengendali pengendali lahar.


Dari segi jumlah dan jenis fasilitas (bangunan) pengendali lahar yang
sudah ada, sebetulnya sudah relatif dapat menjaga keamanan terhadap
bencna.
Namun demikian, perlu di waspadai adanya penomena alam lainnya,
misalnya erosi tebing yang dapat mengalihkan aliran, potensi/karakter
kepala debris dan lainnya.
Pada tahun 1969, sepanjang S. gendol penuh terjadi loncatan lahar di
Wukirsari dan kawasan bawahnya.

h. Pemahaman masyarakat sepanjang alur.


Pada umumnya pemahaman aliran lahar bagi masyarakat sepanjang S.
Gendol dan Opak sudah cukup baik, yang penting di sini adalah
kesiapsiagaan dan kontribusi mereka terhadap pengamatan phenomena
yang terjadi
3. Komponen yang perlu diamati dan dapat di lakukan oleh masyarakat.

a. Intensitas curah hujan


Masyarakat diharapkan ikut mengamati intensitas curah hujan disekitarnya,
baik yang sudah dipasang oleh instansi tertentu maupun dengan alat
sederhana yang mereka pasang sendiri ( misal gelas, kaleng), terutama
masyarakat di daerah hulu seperti Kepuharjo dan Umbulharjo

b. Pergerakan material
Sebaiknya ada petugas / lembaga yang mengamati pergerakan material
endapan di lereng gunung dan sepanjang alur bagian hulu. Parameter
penting yang diamati adalah laju (kecepatan) dan volume material yang
bergerak.

c. Permukaan aliran lahar di alur sungai


Pada ruas-ruas tertentu, terutama dipermukiman padat dan tebingnya tidak
tinggi, masyarakat harus ikut mengamati fluktuasi permukaan aliran.

d. Arah aliran lahar.


Salah satu Karakteristik aliran lahar adalah mudah berubah arah. Untuk itu
masyarakat juga harus aktif ikut mengamati arah aliran.
Khusus untuk pengamatan curah hujan di hulu, pergerakan material dan
arah aliran, harus memilih tempat yang betul-betul di yakini aman.

Sedangkan mekanisme penyempaian informasi data yang di peroleh


maupun tidak lanjutnya, perlu dirumuskan dan disepakati bersama
4. Peran serta dan Kewaspadaan Masyarakat.

a. Mengaktifkan sarana dan prasarana sistem pengamatan dan


sistem peringatan dini yang sudah ada.

b. Menormalkan alur sungai.


Dengan cara antara lain, menebang pohon yang ada di alur
sungai, membersihkan alur sungai dari hal/sesuatu yang dapat
menghambat aliran.

c. Mengemas barang-barang yang mudah/ringan di bawah dan


dianggap bernilai ekonomi tinggi.

d. Selalu siap siaga (stand by), terutama di waktu hujan, dan


mematuhi petunjuk dari petugas ( Satlak dan jajaran
pendukungnya)

e. Memperhatikan penjelasan - penjelasan teknis sebelumnya


dan peduli lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai