Anda di halaman 1dari 29

CEDERA KEPALA

YUS RENDRA
PENYEBAB

Tidak diketahui, 9%
Penyerangan, 11%
Tersengat, 19%
kecelakaan, 20%
Jatuh, 28%
Lainnya, 7%
Sepeda, 3%
Bunuh diri, 1%

Potensi tinggi untuk hasil yang buruk


Kematian terjadi pada tiga titik pada waktunya setelahnya cedera:
- Segera setelah cedera
- Dalam 2 jam setelah cedera
- 3 minggu setelah cedera
ANATOMI OTAK
• 2. Dura mater
• 3. Arachnoid
• 4. Venae sagittalis superiores cerebri
• 5. Sinus sagittalis superior and Falx cerebri
BENTUK CEDERA OTAK
• Subdural

• Epidural

• Intracerebral

• Diffuse Axonal
Injury

• Herniation
Cedera Otak Traumatik

Cedera Otak Cedera Otak


Primer Sekunder
Cedera yang terjadi akibat Proses lanjut Cedera Otak
langsung dari trauma primer seperti :
terhadap Tulang Kepala Iskemi, Edema Otak
dan Isinya. Kenaikan TIK, ICH dan
Terjadi dalam beberapa Herniasi
detik setelah cedera Terjadi dalam beberapa
TIDAK BISA diobati. Menit, Jam, Hari setelah
Cedera Otak Primer.
Cedera Otak Sekunder
dapat dicegah - diobati. 6 6
MEKANISME CEDERA

 Luka langsung
 Cedera kepala yang luka (cedera kepala statis)
 Cedera kepala yang cedera (cedera kepala yang
dinamis)
Cedera (cedera tidak langsung)
JENIS:

• Laserasi kulit kepala


• Patah tulang tengkorak
• Trauma Kepala Kecil
 Gegar otak dan sindrom pasca-gegar otak
• Trauma Kepala Utama:
 Cerebral contusion
 Lacerasi
LASERASI KULIT KEPALA

• Jenis trauma kepala yang paling kecil


• Kulit kepala sangat vaskular berlimpah
perdarahan
• Komplikasi utama adalah infeksi
FRAKTUR TULANG TENGKORAK

– Linear Skull Fracture


– Depressed Skull Fracture
– Diastatic Skull Fracture
– Basal Skull Fracture
– Compound Skull Fracture
– Compound elevated Skull Fracture
– Growing Skull Fracture
PERMASALAHAN DI GAWAT DARURAT

1) HIPOKSIA dan HIPOTENSI - HIPOVOLEMIA:


• Hipoksia & Hipotensi  Outcome
• Hipoksia : PaO2 < 60 mmHg (SpO2 < 90%)
• Hipovolemia / Syok : Sistolik < 90 mmHg.
2) NAIKNYA TIK
- Herniasi
- Iskemia Serebral
3) ADANYA FRAKTUR SERVIKAL : 10-20% .
Angka Kematian Cedera Otak Traumatik

Dengan:
u Hipoksia : 56%
u Hipovolemia : 64%
u Hipoksia + Hipovolemia : 76%
u Tanpa hipoksia + Hipovolemia : 27%
GUIDELINES PRE HOSPITAL :
1. Oksigenasi dan Tekanan Darah
2. Penilaian : GCS
3. Penilaian : Pupil
4. Kelola : Airway, Ventilasi,
5. Kelola : Oksigenasi, Resusitasi
6. Kelola : Cerebral Herniasi

Brain Trauma Foundation 2007


Guidelines di Gawat Darurat:
• General Precaution
• Stabilisasi Kardiorespirasi (Airway, Breathing,Circulation)
• Survey Sekunder (Ax, Px Fisik)
• Pemeriksaan Neurologis
• Menentukan Dx Klinis dan pemeriksaan tambahan
• Menentukan Dx Pasti
• Menentukan Tatataksana
GENERAL PRECAUTION
• - Informed Consent
• - Perlindungan Diri
• - Persiapan Alat dan Sarana
STABILISASI A-B-C
• Airway dan Breathing
- Kontrol Jalan Nafas,
- Oksigenasi Adekuat,
- Cegah Hipoksia dan Hiperkapni (Normokapni).
Kriteria Intubasi
• GCS < 8
• iregular breathing
• RR < 10 or > 40 per minutes
• volume tidal < 3,5 ml / kg BB
• vital capacity < 15 ml / kg BB
• PaO2 < 70 mmHg
• PaCO2 > 50 mmHg
• Circulation
- Cegah peningkatan / penurunan TD
- Kontrol BP / CPP  Normotensi/Slight hypertensi 10-20%.
- CPP (CPP = MAP – ICP) = > 70 mmHg
- Hindari CPP < 50 atau > 90 mmHg.
- Kontrol TIK, obati bila TIK > 20 mmHg.
- Koreksi Asidosis, Gangguan Elektrolit, GDS
Terapi Cairan pada Hipotensi

 Tujuan : Untuk kestabilan sirkulasi.


 Target : Normovolumia, Normotensi, Normoglikemia
: Iso-osmoler.
 Pilihan : NaCl 0,9%, Ringerfundin, Koloid,
: Cairan Pemeliharaan : 1-1,5 ml/kg/h
: Hindari RL, Hindari Dekstrose.
 Dekstrose : diberikan jika hypoglikemi. (GDR < 60 mg%).
PENGELOLAAN PENINGKATAN TIK
• Tindakan umum
• Elevasi kepala 30°
• Meningkatkan venous return  CBV menurun  TIK turun
• Hiperventilasi ringan
• Menyebabkan PCO2   vasokonstriksi  CBV  TIK 
• Pertahankan tekanan perfusi otak
• (CPP) > 70 mmHg >> (CPP=MAP-ICP)
• Pertahankan normovolemia
• Tidak perlu dilakukan dehidrasi, karena menyebabkan CPP  
hipoperfusi iskemia
• Pertahankan normothermia
• Suhu dipertahankan 36-37°C
• Terapi hipothermia (ruangan berAC)
• Pencegahan kejang
• Profilaksi Fenitoin efektif utk mencegah kejang fase dini pasca trauma.
• Kortikosteroid
• Tidak dianjurkan untuk cedera otak
• Bermanfaat untuk anti edema pada peningkatan TIK non trauma, misal tumor /
abses otak
• Manitol
• Osmotik diuresis, bekerja intravaskuler pada BBB yang utuh
• Efek
• Dehidrasi (osmotik diuresis)
• Rheologis
• Antioksidan (free radical scavenger)
• Dosis 0,25-1g/kgBB/pemberian, diberikan 4-6x/hari
• Diberikan atas indikasi:
• Ada tanda klinis terjadinya herniasi
• Klinis & radiologis TIK meningkat
SURVEY SEKUNDER
• Anamnesis
- Identitas
- Keluhan utama
- Mekanisme, waktu, kesadaran, amnesia
- Riwayat mabuk, narkotika, penyakit penyerta dll

• Pemeriksaan Fisik
- Dari ujung kepala – ujung kaki atau
-Per Organ B1 – B6 (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder,
Bone)
- Pemeriksaan khusus berkaitan dengan cedera otak
PEMERIKSAAN Glasgow Coma Scale
Eye Opening
Score

NEUROLOGI Spontaneous 4

• Status Mental
To Speech 3
To Pain 3
• Sadar ? None 1

• Tidak kooperatif? Verbal Score


Oriented Conversation 5
• Tidak Sadar? Confused Conversation 4
Inappropriate Words 3

• Glasgow Coma Scale Incomprehensible Sounds 2

• <10  Jelek
No vocal sounds 1
Motor Score
• < 8 Intubasi Obeys Commands 6
Localized Pain 5
Flex/Withdraw to Pain 4
Abnormal Flexion to Pain 3
Berat : GCS 3-8
Extension to Pain 2
Sedang : GCS 9-12
Ringan : GCS 13-15 No Movement 1
Total Score: 3 to 15
PENILAIAN GCS
 Merupakan Interaksi dg pasien meliputi :
 Gerak Mata,
 Verbal, Motorik.
 Indikator Signifikan Keparahan COT
 Menunjukan Perbaikan - Perburukan COT
 Dinilai Setelah Penilaian ABC dan Resusitasi.
 Pengukuran GCS :
 Bebas Sedasi, Pelumpuh Otot, Alkohol.

BTF Guideline 2007


PENILAIAN PUPIL
• Dilakukan sejak di lapangan, untuk menentukan :
• Diagnosis, Treatment, and Prognosis.
• Adanya trauma orbital harus dicatat.
• Dilakukan setelah pasien : Resusitasi - Stabilisasi
• Penilaian dilakukan pada Kedua Pupil Kanan-Kiri.
• Fiks atau Dilatasi pupil Dilatasi unilateral/bilateral.
• Fiks : Perbedaan Respon cahaya < 1 mm
• Asimetri : Perbedaan diameter > 1 mm.
REAKSI DAN UKURAN PUPIL
MENENTUKAN DIAGNOSIS
• Anamnesis dan Px
• Radiologis
• Foto polos kepala AP/Lateral
• Foto servikal lateral
• CT Scan
RINGKASAN
 JAGA PATENSI JALAN NAFAS
 JAGA VENTILASI
 ATASI SYOK
 PERIKSA NEUROLOGIS
 CEGAH CEDERA OTAK SEKUNDER
 CARI CEDERA YANG TERKAIT
 BILA STABIL, PERIKSA PENUNJANG
 BILA PERLU KONSUL BEDAH SARAF
 TERUSKAN ASSESMENT
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai