Anda di halaman 1dari 13

PERAN HAKIM SEBAGAI PELAKSANA

KEKUASAAN KEHAKIMAN

SMK SMTI YOGYAKARTA


Pasal 1 ayat (5)
UU Komisi Bambang
Yudisial No. 22 Waluyo, S.H.
Tahun 2004

Al. Wisnu
Broto
UU KY NO.22 • Hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan
peradilan di semua lingkungan peradilan yang
TH 2004 berada di bawah Mahkamah Agung serta Hakim
Mahkamah Konstitusi sebagimana dimaksud dalam
PASAL 1 (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

• Hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami


hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan
Bambang tanggung jawab agar hukum dan keadilan itu ditegakkan,
baik yang berdasarkan kepada tertulis atau tidak tertulis
Waluyo, S.H. (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun
yang bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasar
Tuhan Yang Maha Esa

• Hakim adalah konkretisasi hukum dan keadilan


Al. Wisnu secara abstrak, Bahkan ada yang menggambarkan
Broto hakim sebagai wakil tuhan di bumi untuk menegakkan
hukum dan keadilan.
• Pada dasarnya hakim dapat diartikan sebagai orang yang
bertugas untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, menghukum orang yang berbuat salah dan
membenarkan orang yang benar. Dan, didalam menjalankan
tugasnya, ia tidak hanya bertanggung jawab kepada pihak-
pihak yang berpekara saja, dan menjadi tumpuan harapan
pencari keadilan, tetapi juga mempertanggung jawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukankah dalam tiap - tiap
amar putusan hakim selalu didahului kalimat: “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
• Pasal158 KUHAP
• Mengisyaratkan: Hakim dilarang menunjukkan sikap atau
mengeluarkan pernyataan disidang tentang keyakinan
mengenai salah atau tidaknya terdakwa.
• Pasal 188 ayat (3) KUHAP
• Dalam menilai alat bukti, UU telah dengan tegas mengingatkan
hakim untuk bertindak arif lagi bijaksana
• Pasal 32 UU No. 4/2004
• Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
jujur, adil, professional, dan berpengalaman di bidang hukum
Prinsip Prinsip Dasar Kode Etik Hakim

• Prinsip ini memuat kebebasan peradilan adalah suatu


prasyarat terhadap aturan hukum dan suatu jaminan
mendasar atas suatu persidangan yang adil. Oleh
Prinsip kebebasan karena itu, seorang Hakim harus menegakkan dan
memberi contoh mengenai kebebasan peradilan baik
dalam aspek perorangan maupun aspek kelembagaan.

• Prinsip ini sangatlah penting untuk pelaksanaan secara


Prinsip tepat dari peradilan. Hal ini tidak hanya berlaku
Ketidakberpihakan terhadap keputusan itu sendiri tetapi juga terhadap
proses dalam mana keputusan itu dibuatan.

• Prinsip integritas sangat penting untuk


Prinsip Integritas pelaksanaan peradilan secara tepat mutu
pengemban profesi.
• Kesopanan dan citra dari kesopananitu
Prinsip sendiri sangat penting dalam
Kesopanan pelaksanaan segala kegiatan seorang
Hakim.

• Prinsip ini memastikan kesetaraan


Prinsip perlakuan terhadap semua orang
dihadapan pengadilan sangatlah
Kesetaraan penting guna pelaksanaan peradilan
sebagaimana mestinya.

Prinsip • Prinsip kompetensi dan ketaatan


adalah prasyarat terhadap
Kompetensi pelaksanaan peradilan sebagaimana
dan Ketaatan mestinya.
• Amandemen Ketiga UUD 1945
• Pasal 24 ayat (1)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
• Pasal 24 ayat (2)
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
• Pasal 25 amandemen UUD 1945 ditentukan untuk
memberikan jaminan agar hakim dalam melaksanakan
tugasnya dapat dengan sungguh–sungguh dan memiliki
independensi, secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah atau kekuasaan lain dalam
masyarakat.
• Mengapa sangat dibutuhkan?
Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran
martabat, serta perilaku hakim
Merupakan inti yang melekat pada profesi hakim, sebab
ia adalah kode perilaku yang memuat nilai etika dan
moral
• UU Kekuasaan Kehakiman No. 35 th 1999 Pasal 27 ayat 1
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai – nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat
• UU Kekuasaan Kehakiman No. 35 th 1999 Pasal 27 ayat 2
Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat – sifat yang baik dan yang jahat dari
tertuduh
• Pasal 24 UUD 1945
“Kekuasaan hakim ialah kekuasaan yang merdeka”
Artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubungan dengan
itu maka harus diadakan jaminan dalam undang – undang tentang
kedudukan para hakim.(Al. Wisnu Broto, Op Cit )
• Penafsiran UUD1945 Bab IX pasal 24 menyebutkan :
 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkung peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah mahkamah
konstitusi.
 Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dengan undang-undang
• Banyaknya kasus – kasus penyalahgunaan wewenang oleh
hakim serta pejabat peradilan lain yang banyak
dipublikasikan oleh berbagai media akhir – akhir ini 30
menjadi cerminan dari lemahnya integritas moral dan perilaku
hakim serta pegawai lembaga peradilan.
• Pada dasarnya Hakim itu adalah manusia biasa, yang tidak
luput dari kesalahan dan kekilafan, yang mempunyai banyak
kelemahan – kelemahan dan harus selalu diingatkan akan
kelemahannya, untuk itu diperlukan adanya pengawasan
terhadap para hakim agar supremasi hukum bisa terealisasi
secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai