Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS

TB paru bakteriologis kasus kambuh


dalam OAT kategori 2 fase lanjutan
Massa dinding dada dengan nyeri kanker
VAS 3-4
Anemia

Dwi Lestiana Putri


I11112034

Pembimbing:
dr. Ari Prabowo, Sp.P
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. J
 Tanggal lahir : 5-5-1956
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Jl. Teluk Karang Sedau
 Pekerjaan : Swasta
 Tanggal masuk RS : 26-12-2017
KELUHAN UTAMA
 Nyeri pada benjolan di dada kiri
PERJALANAN PENYAKIT
 Pasien datang dengan keluhan nyeri pada
benjolan di dada kanan sejak ±4 bulan SMRS.
Benjolan awalnya di sadari berukuran kecil,
kemudian semakin membesar dan terasa nyeri
dalam 1 minggu terakhir.
 Pasien juga mengeluhkan adanya batuk. Pasein
sudah mengkonsumsi obat TB dari Puskesmas
sejak 4 bulan yang lalu.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
 Pasien mengaku sudah pernah di diagnosis TB
paru pada tahun 2015 dan pasien sudah
menjalani pengobatan OAT kategori 1 selama 2
bulan, kemudian putus obat.
 Pada tahun 2017 pasien kembali berobat ke
rumah sakit dengan keluhan batuk, pasien
kemudian mendapatkan terapi OAT kategori 1,
setelah pengobatan OAT kategori1 selama 6
bulan pasien dinyatakan sembuh.
 Beberapa bulan kemudian keluhan batuk
kembali muncul, setelah diperiksakan
ditemukan BTA (+), sehingga pasien memulai
terapi OAT kategori 2.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Riwayat Hipertensi di sangkal.
 Riwayat keluhan serupa disangkal

 Riwayat Diabetes melitus (+) tidak terkontrol


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Batuk lama disangkal
 TB disangkal

 DM disangkal

 Hipertensi disangkal

 Penyakit jantung disangkal


RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
 Pasien sebelumnya berkerja di bengkel motor
namun sudah berhenti sejak mengalami sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis

 Tanda Vital:
 Tekanan Darah : 110/60 mmHg
 Nadi : 96 x/men
 Respirasi : 20 x/men
 Suhu : 36,8oC
STATUS GENERALIS
 Kulit : warna kulit sawo matang,
sianosis (-), dekubitus (-)
 Kepala : bentuk tidak ada kelainan,
simetris, dan nyeri tekan (-)
 Mata : konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-)
 Telinga : sekret (-)
 Hidung : sekret (-), deviasi septum (-)
 Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor(-),
tonsil T1/T1
 Leher : pembesaran limfonodi (-),
deviasi trakea (-), pembesaran
tiroid (-), bendungan JVP (-)
JANTUNG
 Inspeksi : iktus kordis terlihat di SIC V linea
midclavicula sinistra
 Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas kanan jantung di SIC IV linea
parasternal dextra, batas kiri jantung
di SIC V linea midclavicula sinistra,
batas pinggang jantung di SIC II linea
parasternal sinistra
 Auskultasi :bunyi jantung I/II normal,murmur(-),
gallop (-)
PARU
 Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang
tertinggal
 Palpasi : gerak simetris, vocal fremitus simetris
pada kedua hemithorax
 Perkusi : sonor pada kedua hemithorax

 Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi +/-,


wheezing -/-
Abdomen
 Inspeksi :Bentuk cekung
 Palpasi :distensi (-), Hati tidak teraba,
lien tidak teraba
 Perkusi :Asites (-)
 Auskultasi :Bising usus (+)

Ekstremitas
oedema (-), sianosis (-), jari tabuh (-), capillary
refill < 2 detik pada ekstremitas atas dan bawah
STATUS LOKALIS
 a/r mamae dextra:
 massa ukuran 3x5 cm, teraba keras, permukaan
licin, imobile, nyeri tekan (+)
FOTO KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Rutin (26/12/2017):
 Hb : 7,5 g/dl
 Leukosit : 8.900/uL
 Trombosit : 368.000/uL
 Hematokrit : 22,3%
 Eritrosit : 3,236/uL
 Diff Count (26/12/2017:
 BEM :4
 Granulosit : 77
 Limfosit : 19
RONTGEN THORAKS
CT-SCAN
THORAKS
DIAGNOSIS KERJA
 TB paru bakteriologis kasus kambuh dalam
Pengobatan OAT kategori 2 fase lanjutan
 Massa dinding dada kanan dengan nyeri kanker
VAS 3-4
 Anemia berat
TERAPI
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Clanexi 3x1 amp

 Inj. Ranitidin 2x1 amp

 Nebu Ventolin 3x1 resp

 Paracetamol 500 mg+ Codein 30 mg + CTM 1 mg


3x1
 OAT dari Puskesmas dilanjutkan

 Pro Transfusi PRC 2 kolf


KONSUL KE SP. B
 Diagnosis: Soft Tissue sarcoma T2N0M1 (paru)
 Rencana rujuk ke Bedah Onkologi
PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad malam
 Ad functionam : dubia ad malam
 Ad sanactionam : dubia ad malam
TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran
nafas dikenal sebagai MOTT ( Mycobacterium
Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan dan diagnosis TB
KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYAT
PENGOBATAN SEBELUMNYA:

 Pasien baru TB:


 Pasien yang pernah diobati TB:
 Pasien kambuh
 Pasien yang diobati kembali setelah gagal
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
(lost to follow-up)
 Lain-lain

 Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya


tidak diketahui.
KATEGORI-1
2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

 Pasien TB paru terdiagnosis klinis

 Pasien TB ekstra paru


DOSIS PADUAN OAT KDT KATEGORI 1:
KATEGORI -2:
2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
 Pasien kambuh

 Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan


OAT kategori 1 sebelumnya
 Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat (lost to follow-up)
DOSIS PADUAN OAT KDT KATEGORI 2
MASSA DINDING DADA
 Semua tumor dinding dada harus dianggap ganas hingga
terbukti sebaliknya.
 Penderita tumor dinding dada, terlepas dari etiologi,
Biasanya mengeluhkan massa yang dapat diperbesar
secara perlahan (50% -70%), nyeri dinding dada (25% -
50%), atau keduanya. Nyeri massa dinding dada biasanya
dilokalisasi ke daerah tumor; lebih sering dan lebih intens
dengan tumor ganas, tapi bisa juga hadir pada sepertiga
pasien dengan tumor jinak.
 Tumor dinding dada jinak cenderung terjadi pada pasien
yang lebih muda (usia rata-rata 26 tahun), sedangkan
tumor ganas cenderung ditemukan pada usia lanjut pasien
(usia rata-rata 40 tahun).
 Secara keseluruhan,50%-80% tumor dinding dada bersifat
ganas
JENIS TUMOR DINDING DADA
 Tumor dinding dada  Tumor dinding dada
benigna maligna
 Chondroma  Chondrosarcoma
 Dysplasia fibrosa  Osteosarcoma
 Osteochondroma  Malignant fibrous
 Eosinophilic granuloma histiocytoma
 Tumor desmoid  Liposarcoma
 Fibrosarcoma
 rhabdomiosarcoma
TUMOR DINDING DADA MALIGNA
 Meskipun bersifat lokal, sarkoma jaringan lunak
dinding dada memiliki angka hidup yang jauh
lebih buruk daripada tumor serupa di bagian
ekstremitas atau kepala dan leher.
 Semua sarkoma memiliki kecenderungan untuk
menyebar ke paru-paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiografi
 CXR: destruksi costae, calsifikasi, pertumbuhan
massa
 CT-Scan: hubungan massa dengan jaringan
sekitarnya, metastase paru, pembentukan tulang
intaosseous dan destruksi tulang
 MRI: menggambarkan kelainan jaringan,
mempermudah membedakan sarcoma benigna dan
maligna.
 Biopsi:
 Needle biopsy: diagnosis akurat hingga 90%.
 Incisional biopsy: tidak dapat menggunakan needle
biopsy
 Exciisional biopsy: ukuran <2 cm, lesi dengan
benigna atau gambaran clasik chondrosarcoma.
TERAPI
(a) kemoterapi pra operasi (untuk pasien dengan
osteosarcoma, rhabdomyosarcoma, primitif
neuroectodermal tumor, atau sarkoma Ewing)
diikuti dengan operasi dan kemoterapi pasca
operasi;
(b) reseksi bedah primer dan rekonstruksi (untuk
pasien dengan MFH nonmetastatik,
fibrosarcoma, liposarcoma, atau sarkoma
sinovial);
(c) pra operasi kemoterapi diikuti dengan reseksi
bedah jika diindikasikan pasien yang hadir
dengan sarkoma jaringan metastasis lunak.
SKALA NYERI
Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui
akibat nyeri menggunakan skala assessment nyeri
tunggal atau multidimensi.
 Uni-dimensional
 Hanya mengukur intensitas nyeri
 Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
 Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome
pemberian analgetik
 Multi-dimensional
 Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness)
nyeri
 Diaplikasikan untuk nyeri kronis
 Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
SKALA ASSESSMENT NYERI UNI-
DIMENSIONAL

Visual Analog Scale (VAS) Verbal Pain Intensity Scale

Numeric Rating Scale Wong Baker Pain Rating


(NRS) Scale
MULTI-DIMENSIONAL
 McGill Pain Questionnaire (MPQ)
 The Brief Pain Inventory (BPI)

 Memorial Pain Assessment Card

 Catatan harian nyeri (Pain diary)


SOFT TISSUE SARCOMA
 Sarkoma jaringan lunak (SJL) atau soft tissue
sarcoma (STS) adalah keganasan dari jaringan
mesodermal/mesenchymal (meski persentase
kecil terdapat sarkoma dari komponen
ektodermal (neuro-ektodermal).
 merupakan jenis tumor yang sangat jarang
ditemukan dengan insiden adalah 1% pada orang
dewasa dan mencapai 7-10% pada anak-anak
dan dewasa muda.
 Penyebab atau etiologi dari sarkoma hingga saat
ini belum diketahui. Beberapa faktor
dihubungkan dengan kejadian sarkoma, seperti
trauma, chronic lymphedema (post diseksi aksila
dan radioterapi lymphangiosarcoma), radiasi
(MFH, lymphangisarcoma, angiosarcoma), bahan
kimia tertentu (herbicide phenoxyacetic acid;
ninyl chloride; thorium oxydel thorotrast, asbes
(mesothelioma), arsenic (hepatic angiosarcoma).
SUBTIPE HISTIOLOGI PADA STS
KLASIFIKASI
STADIUM TNM BERDASARKAN AMERICAN
JOINT COMMITTEE ON CANCER (AJCC).
KEMOTERAPI
ANEMIA
 Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari
3 mekanisme:
 Berkurangnya produksi sel darah merah
 Meningkatnya destruksi sel darah merah
 Kehilangan darah.
BERDASARKAN PENDEKATAN MORFOLOGI,
ANEMIA DIKLASIFI KASIKAN MENJADI
ANEMIA MAKROSITIK
Anemia makrositik merupakan anemia dengan
karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik
dapat disebabkan oleh:
 Peningkatan retikulosit
 Peningkatan MCV merupakan karakteristik normal
retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan
peningkatan retikulosit akan memberikan gambaran
peningkatan MCV
 Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel
darah merah (defi siensi folat atau cobalamin, obat-obat
yang mengganggu sintesa asam nukleat: zidovudine,
hidroksiurea)
 Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom
mielodisplasia, leukemia akut)
 Penggunaan alkohol
 Penyakit hati
 Hipotiroidisme.
ANEMIA MIKROSITIK
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan
karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV
kurang dari 80 fL), disertai penurunan hemoglobin
dalam eritrosit sehingga akan didapatkan gambaran
mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi.
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
 Berkurangnya Fe: anemia defi siensi Fe, anemia
penyakit kronis/anemia infl amasi, defi siensi
tembaga.
 Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam,
anemia sideroblastik kongenital dan didapat.
 Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan
hemoglobinopati.
ANEMIA NORMOSITIK
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal
(antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh:
 Anemia pada penyakit ginjal kronik.
 Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung,
dan penyakit ginjal kronik.
 Anemia hemolitik:
 Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah
merah: Kelainan membran (sferositosis herediter),
kelainan enzim (defi siensi G6PD), kelainan hemoglobin
(penyakit sickle cell).
 Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel
darah merah: imun, autoimun (obat, virus,
berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik),
alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia
hemolitik neonatal), mikroan- giopati (purpura
trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik
uremik), infeksi (malaria), dan zat kimia (bisa ular).
DERAJAT ANEMIA
KESIMPULAN
 Tn. J datang dengan keluhan nyeri pada benjolan di dada
kiri disertai dengan batuk lama yang telah mengkonsumsi
OAT selama 4 bulan didiagnosis TB paru bakteriologis
kasus kambuh dalam Pengobatan OAT kategori 2 fase
lanjutan massa dinding dada kanan dengan nyeri kanker
VAS 3-4 dan anemia
 Pengobatan OAT kategori 2 dengan 2(HRZE)S / (HRZE) /
5(HR)3E3) diberikan untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)
 50%-80% tumor dinding dada bersifat ganas sehingga
Semua tumor dinding dada harus dianggap ganas hingga
terbukti sebaliknya.
 Anemia dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi sel
darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah,
dan kehilangan darah
 Derajat anemia dibedakan menjadi anemia ringan, sedang
dan berat berdasarkan jumlah Hb sesuai dengan usia,
jenis kelamin dan status kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai