Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

TUGAS dr. An An Sp. S


MODUL FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE

Kelompok 1:

David Aron Mampan Pryono I11112065


Andika Indra Purwantoro I1111I061
Marisa I1011131034
Vini Apriyanti I1011141022
Syarif Syauqiannur I1011151002
Kartika Nurul Fatmi I1011151013
Nur Al Huda I1011151023
Muhammad Okti Ichsandra I1011151042
Heru Chris Sunariyanto I1011151020
Ariesta Nurfitria Khansa I1011151027
Siti Maryam I1011151053

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KASUS 1

Seorang laki-laki berumur 75 tahun dengan riwayat hipertensi tidak


terkontrol dan kencing manis tidak terkontrol jarang periksa ke dokter dilaporkan
secara mendadak mengalami nyeri kepala hebat, bicara pelo, mulut perot, muntah
hebat, kejang-kejang beberapa kali kurang lebih selama 10 menit, kelemahan
anggota gerak sebelah kanan, kemudian tidak sadar selama 6 jam, kemudian
pasien dibawa ke IGD rumah sakit umum daerah. Pada pasien ini tidak terdapat
riwayat trauma kepala sebelumnya. Pada pemeriksaan di unit gawat darurat,
dokter IGD memeriksa pasien ini dengan GCS penurunan kesadaran koma dan
mulai gagal nafas, dokter IGD mengkonsulkan pasien ini ke dokter Spesialis
Saraf, kemudian pasien dirawatinapkan di ICU RSUD.

1. Anamnesis
Diperoleh dari istri dan anak pasien( aloanamnesa). Dilakukan pada tanggal 10
Juli 2019
a. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran

b. Keluhan Tambahan
 Nyeri kepala hebat
 Bicara pelo
 Mulut perot
 Muntah hebat
 Kejang-kejang
 Kelemahan anggota gerak kanan

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki 75 tahun datang ke IGD dengan penurunan
kesadaran koma dan mulai gagal nafas, sebelumnya tidak sadar selama 6
jam. Dilaporkan oleh istri, pasien secara mendadak mengalami nyeri
kepala hebat, bicara pelo, mulut perot, muntah hebat, kejang-kejang
beberapa kali dalam 10 menit, dan kelemahan anggota gerak sebelah
kanan.
Kemudian langsung dibawa ke RS Umum Daerah. Dokter IGD
mengkonsulkan pasien ini ke dokter Spesialis Saraf, kemudian pasien
dirawatinapkan di ICU RSUD. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol dan kencing manis tidak terkontrol serta jarang periksa ke
dokter

d. Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)


 Riwayat kencing manis (+)
 Riwayat hipertensi (+)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
 Riwayat sakit kepala(+)
 Riwayat tumor (-)
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu (+)
 Riwayat merokok (-)

e. Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat stroke pada keluarga (+)


 Riwayat hipertensi pada keluarga (+)
 Riwayat kencing manis pada keluarga (-)
 Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)

f. Anamnesis Sistem
 Sistem Serebrospinal : nyeri kepala hebat, kelemahan anggota
gerak kanan, bicara pelo, mulut perot, dan kejang-kejang
 Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
 Sistem Respiratorius : gagal nafas
 Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Sistem Neuromuskuler : kelemahan anggota gerak kanan
 Sistem Integumental : tidak ada keluhan
 Sistem Urogenital : tidak ada keluhan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran: E3M5Vx (afasia)
b. Keadaan umum : tampak sakit sedang, status gizi cukup
c. TTV
a) Tekanan darah : 160/90 mmHg
b) Nadi : 100x/menit
c) Pernapasan : 20x/menit
d) Suhu : 36,50C
e) GCS : E4V5M6
d. Status generalis
a. Kepala: normocephal, distribusi rambut merata, warna hitam
tidak mudah dicabut,
b. Mata: Edema palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+),
refleks kornea (+/+).
c. Hidung : Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak
tampak adanya sekret. Tidak tampak nafas cuping hidung.
d. Telingga: Bentuk telinga normal, serumen (+), membrane timpani
sulit dinilai, nyeri tekan dan tarik (-)
e. Leher: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
Kaku kuduk (-).
f. Mulut: mulut perot, bicara pelo
e. Pemeriksaan Fisik Neurologis:
a) Tanda Rangsang Meningeal
1) Burdzinski I : Dalam batas normal
2) Burdzinski II : Dalam batas normal
3) Laseque : Dalam batas normal
4) Kerniq : Dalam batas normal
b) Pemeriksaan Nervus Kranial
Nervus I : Dalam batas normal
Nervus II : Dalam batas normal
Nervus III : Dalam batas normal
Nervus IV : Dalam batas normal
Nervus V : Dalam batas normal
Nervus VI : Dalam batas normal
Nervus VII : Parese N.VII UMN dextra
Nervus VIII : Dalam batas normal
Nervus IX : Parese N.IX UMN dan LMN dextra
Nervus X : Dalam batas normal
Nervus XI : Dalam batas normal
Nervus XII : Parese N.XII UMN dextra.
c) Pemeriksaan Sensorik
Fungsi sensorik : Hemiparestesi dextra et hemihipestesi dextra
d) Pemeriksaan Motorik
4 4 4 4 5 5 5 5
4 4 4 4 5 5 5 5
e) Refleks fisiologis
a. Bisep +3 dextra +2 sinistra
b. Trisep +3 dextra +2 sinistra
c. Patella +3 dextra +2 sinistra
d. Achiles +3 dextra +2 sinistra
f) Refleks patologis
a. Babinski : (+) dextra (-)sinistra
b. Chaddock : (+) dextra (-)sinistra
c. Oppenheim : (+) dextra (-)sinistra
d. Gordon : (+) dextra (-)sinistra
e. Hofman : (+) dextra (-)sinistra
f. Tromer : (+) dextra (-)sinistra
g) Tes tambahan/ provokasi
a. Reflek glabela : Negatif
b. Reflek snout : Negatif
c. Reflek palmo-mental : Negatif
d. Reflek menggenggam : Negatif
e. Vegetatif : BAB dan BAK dalam batas normal,
f. Inkontinensia : Negatif
g. Nistagmus : Negatif
h. Disdiadokokinesis : Tidak valid dinilai
i. Tes telunjuk-hidung : Tidak valid dinilai
j. Tes telunjuk-telunjuk : Tidak valid dinilai
k. Ataksia : Tidak valid dinilai
l. Tandem gait : Tidak valid dinilai
m. Tes Romberg : Tidak valid dinilai

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
 TD : 160/100
 GDS : 350 mg/dL
 GDP : 187 mg/dL
 Hb : 10,1 g/dl
 Eritrosit : 3,45x106/mm3
 Leukosit : 8.200 /mm3
 Diff Count : 0/0/0/85/11/4
 Trombosit : 220.000/mm3
 Hematokrit: 33vol%
 BSS : 127mg/dL
 BSN/BSPP: tidak diperiksa
 Ck-MB : - U/L
 Ck-NAC : - U/L
 Ureum : 28 mg/dl
 Kreatinin : 1,03 mg/dl
 Natrium : 143 mmol/l
 Kalsium : - mmol/l
 Kalium : 3,5 mmol/l
 Clorida : 117 mmol/L
 Magnesium : 1,89 mmol/L

b. Pemeriksaan EKG

Irama sinus, reguler, HR: 95 x/menit, axis normal, Gelombang P


normal, PR interval < 0,2 detik, QRS kompleks < 0,12 s, ST-T change (-),
R di V5/6 + S di V1 < 35, R/S di V1 < 1.

Interpretasi : normal sinus rhythm.


c. Pemeriksaan Radiologis

Rontgen Thorax

 Tulang-tulang/jaringan lunak tak tampak kelainan


 CTR>50%,apex tertanam,
 aorta elongasi

 Pulmo: corakan bronkovaskuler


 meningkat

 Trachea: posisi, batas-batas, dan diameter dalam batas normal; tak


tampak penebalan garis paratracheal

 Mediastinum di tengah dan tak melebar

 Diafragma normal, sudut costophrenicus lancip

Kesan: Kardiomegali dengan elongasio aorta


CT Scan Kepala

 Tampak area hiperdens di parietal kiri ukuran 4,62x3,81 cm.


 Differensiasi grey, white matter jelas.
 Tak tampak deviasi midline structure.
 Sistem ventrikel normal, sulci/gyri normal.
 Pons/cerebellum/CPA normal.
 Sinus paranasal/cavum nasi dan orbita normal.

Kesimpulan: ICH di parietal kiri


vol ± 90 cc.

4. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Parese N.VII UMN dextra, Parese N.IX UMN dan
LMN dextra, Parese N.XII UMN dextra..
Diagnosis Topis : Intra Cerebral Hemorraghe di Regio Parietalis
Sinistra
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemorraghe

5. Diagnosis Banding
a. Stroke Hemorraghe
b. Stroke Iskemik

6. Tatalaksana
Non Farmakologi
 Follow Up: GCS+TTV
 Head up 30°
 O2 adekuat
 Diet cair 1700 kkal
 Konsul Bedah Saraf

Farmakologi
 IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
 Inj. Citicoline 2x500 IV
 Inj. Omeprazole 1x40 mg IV
 Inj. Asam tranexamat 3 x 500 mg IV
 B kompleks 1x500 mcg PO

7. Prognosis
 Death : dubia ad malam
 Disease : dubia ad malam
 Dissatisfaction : dubia ad malam
 Disability : dubia ad malam
 Discomfort : dubia ad malam
 Distitution : dubia ad malam
8. Edukasi
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar
tidak terjadi kekambuhan atau serangan stroke ulang
 Jika terjadi serangan stroke ulang, harus segera mendapat
pertolongan segera
 Mengawasi agar pasien teratur minum obat
 Membantu pasien menghindari faktor risiko

PEMBAHASAN SINGKAT
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis
yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah sindrom klinis
yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal
dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara,
beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit), tapi kurang dari
24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (transient ischemic attack
TIA).1
Stroke dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu:
a. Stroke Iskemik
Stroke Iskemik (non hemoragic) adalah penurunan aliran darah ke bagian
otak yang disebakan karena vasokontriksi akibat penyumbatan pada pembuluh
darah arteri sehingga suplai darah ke otak mengalami penurunan. 2 Stroke
iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkain
perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak ditangani akan segera
berakhir dengan kematian di bagian otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh
trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari
pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak. Jenis stroke ini
merupakan jenis stroke yang paling sering menyerang seseorang sekitar 80%
dari semua stroke. Berdasarkan manifestasi klinis yaitu:3
1) TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara: gejala
defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. TIA
menyebabkan penurunan jangka pendek dalam aliran darah ke suatu
bagian dari otak. TIA biasanya berlangsung selama 10-30 menit.
2) RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit): gejala defisit neurologi
yang akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi gejala
akan menghilang tidak lebih dari 7 hari.
3) Stroke evaluasi (Progressing Stroke): kelainan atau defisit neurologi yang
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat sehingga
makin lama makin berat.
4) Stroke komplit (Completed Stroke): kelainan neurologis yang sudah
menetap dan tidak berkembang lagi.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karena adanya
perdarahan suatu arteri serebralis yang menyebabkan kerusakan otak dan
gangguan fungsi saraf. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk
kedalam jaringan otak sehingga terjadi hematoma. Berdasarkan perjalanan
klinisnya stroke hemoragik di kelompokan sebagai berikut:
1) PIS (Perdarahan intraserebral) Perdarahan intraserebral disebabkan karena
adanya pembuluh darah intraserebral yang pecah sehingga darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan otak. Keadaan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial atau intraserebral sehingga
terjadi penekanan pada pembuluh darah otak sehingga menyebabkan
penurunan aliran darah otak dan berujung pada kematian sel sehingga
mengakibatkan defisit neurologi.12 Perdarahan intraserebral (PIS) adalah
perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh
hipertensi dan penyakit darah seperti hemofilia.
2) PSA (Pendarahan subarakhnoid) Pendarahan subarakhnoid merupakan
masuknya darah ke ruang subrakhnoid baik dari tempat lain (pendarahan
subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga
subrakhnoid itu sendiri (pendarahan subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoidal
(PSA) merupakan perdarahan yang terjadi masuknya darah ke dalam ruangan
subarakhnoid.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
2. Mardjono, M., dan Sidharta, P. Mekanisme Trauma Susunan Saraf
Pusat.Neurologi Klinis Dasar.Jakarta : Dian Rakyat. 2008
3. Jauch dkk., E.C.,Saver,J.L.,Adams, H.P.,Bruno,A.,Connors,JJ (Buddy),
Demaerschalk,B.M.,dkk., Guidalines For The Early Management Of Patients
With Acute Ischemice Stroke A Guidaline For Healthcare Profesional From
The Americam Herath Association. 2013
KASUS 2

Seorang anak laki-laki 16 tahun dengan riwayat demam dan batuk pilek
seminggu yang lalu dilaporkan secara mendadak mengalami kelemahan tungkai
kanan bawah kemudian disusul kelemahan tungkai kiri bawah, kemudian
kelemahannya menjalar dari ekstremitas bawah naik ke atas sehingga terjadi juga
kelemahan kedua anggota gerak atas, akhirnya pasien mengalami kelemahan
keempat anggota gerak disertai rasa nyeri kesemutan dan baal pada keempat
ekstremitas. Pasien tersebut mengalami sesak nafas dan sulit menelan, kemudian
pasien dibawa ke IGD RSUD. Pada pemeriksaan di unit gawat darurat, dokter
menemukan pasien mengalami gangguan pernafasan, pasien disarankan masuk
ICU. Setelah masuk ICU pasien mendapat pertolongan bantuan pernafasan dari
ventilator.

1. Anamnesis
Diperoleh dari orangtua pasien( aloanamnesa). Dilakukan pada tanggal 10 Juli
2019
a. Keluhan Utama
Kelemahan Tungkai atas dan bawah

b. Keluhan Tambahan
 Demam 7 hari SMRS
 Batuk
 Kelemahan tungkai atas dan bawah
 Kelemahan menjalar dari tungkai bawah ke tungkai atas
 Rasa nyeri dan kesemutan
 Sesak Nafas
 Sulit Menelan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak laki-laki 16 tahun dengan riwayat demam dan batuk
pilek seminggu yang lalu dilaporkan secara mendadak mengalami
kelemahan tungkai kanan bawah kemudian disusul kelemahan tungkai kiri
bawah, kemudian kelemahannya menjalar dari ekstremitas bawah naik ke
atas sehingga terjadi juga kelemahan kedua anggota gerak atas, akhirnya
pasien mengalami kelemahan keempat anggota gerak disertai rasa nyeri
kesemutan dan baal pada keempat ekstremitas. Pasien tersebut mengalami
sesak nafas dan sulit menelan, kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD.
Pada pemeriksaan di unit gawat darurat, dokter menemukan pasien
mengalami gangguan pernafasan, pasien disarankan masuk ICU. Setelah
masuk ICU pasien mendapat pertolongan bantuan pernafasan dari
ventilator.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)


 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
 Riwayat sakit kepala(-)
 Riwayat tumor (-)
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu (-)
 Riwayat merokok (-)

e. Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat stroke pada keluarga (-)


 Riwayat hipertensi pada keluarga (-)
 Riwayat kencing manis pada keluarga (-)
 Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)

f. Anamnesis Sistem
 Sistem Serebrospinal : tidak ada keluhan
 Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
 Sistem Respiratorius : sesak nafas
 Sistem Gastrointestinal : sulit menelan
 Sistem Neuromuskuler : kelemahan keempat anggota gerak
 Sistem Integumental : tidak ada keluhan
 Sistem Urogenital : tidak ada keluhan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran: E3Mx (Parese) V5
b. Keadaan umum : tampak sakit sedang, status gizi cukup
c. TTV
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 100x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,50C
 GCS : E4V5Mx
d. Status generalis
 Kepala: normocephal, distribusi rambut merata, warna hitam tidak
mudah dicabut,
 Mata: Edema palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+), refleks
kornea (+/+).
 Hidung : Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak tampak
adanya sekret. Tidak tampak nafas cuping hidung.
 Telingga: Bentuk telinga normal, serumen (+), membrane timpani sulit
dinilai, nyeri tekan dan tarik (-)
 Leher: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
Kaku kuduk (-).
 Mulut: mulut perot (-), bicara pelo (-)
e. Pemeriksaan Fisik Neurologis:
a) Tanda Rangsang Meningeal
 Burdzinski I : Dalam batas normal
 Burdzinski II : Dalam batas normal
 Laseque : Dalam batas normal
 Kerniq : Dalam batas normal
b) Pemeriksaan Nervus Kranial
Nervus I : Dalam batas normal
Nervus II : Dalam batas normal
Nervus III : Dalam batas normal
Nervus IV : Dalam batas normal
Nervus V : Dalam batas normal
Nervus VI : Dalam batas normal
Nervus VII : Dalam batas normal
Nervus VIII : Dalam batas normal
Nervus IX : Dalam batas normal
Nervus X : Dalam batas normal
Nervus XI : Dalam batas normal
Nervus XII : Dalam batas normal
c) Pemeriksaan Sensorik
Fungsi sensorik : Tetraparestesi et tetrahipestesi
d) Pemeriksaan Motorik
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
e) Refleks fisiologis
 Bisep +1 dextra +1 sinistra
 Trisep +1 dextra +1 sinistra
 Patella +1 dextra +1 sinistra
 Achiles +1 dextra +1 sinistra
f) Refleks patologis
 Babinski : (-) dextra (-)sinistra
 Chaddock : (-) dextra (-)sinistra
 Oppenheim : (-) dextra (-)sinistra
 Gordon : (-) dextra (-)sinistra
 Hofman : (-) dextra (-)sinistra
 Tromer : (-) dextra (-)sinistra
g) Tes tambahan/ provokasi
 Reflek glabela : Negatif
 Reflek snout : Negatif
 Reflek palmo-mental : Negatif
 Reflek menggenggam : Negatif
 Vegetatif : BAB dan BAK dalam batas normal,
 Inkontinensia : Negatif
 Nistagmus : Negatif
 Disdiadokokinesis : Tidak valid dinilai
 Tes telunjuk-hidung : Tidak valid dinilai
 Tes telunjuk-telunjuk : Tidak valid dinilai
 Ataksia : Tidak valid dinilai
 Tandem gait : Tidak valid dinilai
 Tes Romberg : Tidak valid dinilai

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi Hasil Nilai Normal


Darah Rutin :    
Hemoglobin 13,5 g/dl 12,0-14,5 g/dL
Hematokrit 41 % 30-43 %
Eritrosit 5,4.106/mm3 3,8-5,5.106/mm3
Leukosit 6,3.103/mm3 6,0-17,5.103/mm3
Trombosit 207.103U/L 150-450.103U/L
Hitung Jenis :
Eosinofil 0 0-6%
Basofil 0 0-2%
Neutrofil Batang 0 2-6%
Neutrofil Segmen 21 50-70%
Limfosit 67 20-40%
Monosit 12 2-8%
Kimia Klinik :
KGDS 93 mg/dL < 200 mg/dL
Fungsi Ginjal :
Ureum 18 mg/dL 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,40 mg/dL 0,67-1,17 mg/dL
Elektrolit :    

Natrium 141 g/dl 132-146 mmol/L

Kalium 3,7 % 3,7-5,4 mmol/L

Clorida 101.106/mm3 98-106 mmol/L

Anti Dengue IgM Negatif

Anti Dengue IgG Negatif


b. Pemeriksaan Rontgen Thorax

Kesan :
- Suspek Kardiomegali
- Gambaran TB paru lama aktif

c. EKG

Kesan : SNR (signal to noise ratio)

4. Diagnosis
Sindroma Guillain-Barre
5. Diagnosis Banding
a. Neurological

• Myasthenia gravis
• Eaton-Lambert (myasthenic) syndrome
• Multiple sclerosis
• Transverse myelitis

b. Metabolic
• Hypokalaemic periodic paralysis
• Hypermagnesaemia
• Hypophosphataemia
• Acute intermittent porphyria

c. Infective
• Post diphtheria neuropathy
• Polio
• Botulism
• Tick paralysis

6. Tatalaksana
1) Cek airway, breathing, circulation (ABC)
- Berikan oksigen nasal canul 3 liter/menit
- Berikan infus NaCl 0,9% 18 tetes permenit
2) Immunoglobulin intravena (IVIG) 25-50 cc/jam
3) Metylprednisolon 500mg 3x1 selama 15 hari

7. Prognosis
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada
sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95%
terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila
dengankeadaan antara lain:
1) pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
2) mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset
3) progresifitas penyakit lambat dan pendek
4) pada penderita berusia 30-60 tahun

8. Edukasi
Tidak ada upaya pencegahan definitif yang bisa dilakukan. Namun, pada
pasien dengan GBS tidak disarankan untuk melakukan vaksinasi flu selama ≥1
tahun setelah onset sakit. Pada pasien dengan GBS yang dirawat jalan, Pasien
diminta untuk segera mendatangi petugas kesehatan apabila ada perburukan
gejala, seperti kelemahan, mati rasa, paresthesia, kelemahan otot wajah,
kesulitan menelan atau bernafas, dan gangguan berkemih. Rawat inap di ICU
harus dipertimbangkan untuk semua pasien yang labil untuk disautonomia,
forced vital capacity kurang dari 20 mL/kg, atau kelumpuhan bulbar yang
parah. Di samping itu, pasien yang mepunyai tanda-tanda klinis misalnya,
gangguan pernapasan, dalam tingkat apapun, juga harus dirawat di ICU.
Risiko sepsis dan infeksi dapat dikurangi dengan penggunaan sedasi minimal,
fisioterapi yang lebih kerap, dan ventilasi mekanis dengan end-expiratory
pressure yang positip disesuaikan dengan kondisi pasien.

PEMBAHASAN SINGKAT
Secara teori, Sindroma Guillian Barre, dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditemukan gejala dan tanda SGB
diantaranya adalah kelemahan yang ascending dan simetris secara natural.
Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan sebelum tungkai atas. Otot-
otot proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada yang lebih distal. Tubuh,
bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga. Kelemahan otot pernapasan
dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang secara akut dan
berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari
kelemahan ringan sampai tetraplegia dengan kegagalan ventilasi. Selain itu,
terdapat tanda hiporefleksia atau arefleksia.1
Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan
tungkai yang terkena. Saraf kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh.
Gangguan sensorik juga dapat timbul, kebanyakan pasien mengeluh parestesia,
mati rasa, atau perubahan. Selain itu terdapat gangguan nyeri, Gejala dysesthetic
diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama perjalanan penyakit mereka.
Dysesthesias sering digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi
shocklike dan sering lebih umum di ekstremitas bawah daripada di ekstremitas
atas. Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis
dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom
dapat mencakup sebagai berikut; takikardia, bradikardia, Facial flushing,
Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan sfingter
urin, karena paresis lambung dan dismotilitas usus dapat ditemukan.1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa SGB
diantaranya adalah pemeriksaan LCS, EMG, dan MRI. Dari pemeriksaan LCS
didapatkan adanya kenaikan kadar protein (1 – 1,5 g/dl) tanpa diikuti kenaikan
jumlah sel. Gambaran EMG pada awal penyakit masih dalam batas normal,
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu
kedua dan pada akhir minggu ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan. MRI
akan memperlihatkan gambaran cauda equina yang bertambah besar.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuki N. Hartung H-P. Guillain –Barre Syndrome. N Eng Med. 2012 : 366
(24) : 2294-304.
2. Bae JS, Yuki N, Kuwabara S, Kim JK, Vusic S, Lin CS, et al.Guillian-Barre
Syndrome in Asia. J Neurol Neurosurg Psychiatry.2014;85 (8):907-13.

Anda mungkin juga menyukai