Anda di halaman 1dari 12

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

“Corporate Social Responsibility” (CSR)


Antara Publisitas, Citra, dan Etika
dalam Profesi Public Relations

Ani Yuningsih

ABSTRACT

The field of PR activities are commonly focused on efforts to build strong brand image, product
positioning, advertising, promotion and publicity. In the world of high competition, this strategy
is not enough. Many multinational corporate nowadays choose Corporate Social Responsibility
(CSR) as new strategy to build positive image and gaining good reputation. The existence of CSR
program indicate corporate sense of social responsibility toward public interests. In practice, a
tension between corporate need to build image and its consistencies toward moral integrity and
social commitment was often found. Corporate often use its CSR program as a momentum of
publicity instead of showing a real and genuine interest in community development. Therefore,
an understanding to PR values and ethics was needed to plan and implement CSR program.

Kata kunci: “Corporate Social Responsibility,” etika PR, citra, publisitas

1. Pendahuluan internasional. Mana yang akan lebih dipercaya?


Retorika birokrat tentang kemakmuran negeri ini
1.1 Latar Belakang Masalah tentang ketahanan pangan bangsa ini, pengiriman
Ketika penulis menuangkan gagasan putri nan anggun, Artika ke pemilihan Miss Uni-
penulisan makalah ini, nurani kita sebagai bagian verse, atau berita media massa tentang realitas
dari anggota masyarakat dan organisasi bangsa busung lapar di belahan timur Indonesia?
besar Indonesia sedang tergugat, akankah sebagai Berbagai ungkapan ironi dilontarkan oleh
akademisi kita berdiam diri menghadapi bencana kalangan budayawan, ekonom, sastrawan, dokter,
busung lapar yang memakan korban balita politisi, hingga birokrat. Saling hujat dan saling
meninggal hingga puluhan orang (karena data tuding melalui media massa sebagai gaya baru
birokrat tak pernah akurat)? Bencana Tsunami retorika bangsa ini semakin gencar. Namun, berita
belum lagi tuntas diatasi, menyusul bencana po- terakhir realisasi penyelesaian masalahnya belum
lio, bencana flu burung, dan kini bencana busung juga terwujudkan secara nyata.
lapar, yang benar-benar menampar muka bangsa Sebagai akademisi di bidang Public Relations
ini, mencoreng citra di kalangan berbangsa secara (PR), sudah semestinya penulis terpanggil untuk

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 313
merenung dan memberikan sumbang pemikiran perusahaan/lembaga, dengan rumusan masalah
sesuai dengan disiplin ilmu yang geluti. Konsep “Corporate Social Responsibility, antara
good governance, community development, dan Publisitas, Citra dan Etika dalam Profesi Public
yang paling akhir corporate social responsibility Relations”
(CSR) telah didengungkan, namun apakah konsep
yang begitu sakral itu hanya berada di tataran 1.2 Identifikasi Masalah
wacana, sehingga bencana busung lapar yang
(1) Bagaimana peranan CSR dalam profesi Public
mestinya dapat dihindarkan menjadi marak dan
Relations?
merambah sejauh ini? Jangan-jangan konsep-
(2) Bagaimana keterkaitan antara dengan
konsep sakral tadi hanya menjadi bahan retorika
Publisitas, Citra, dan Etika dalam profesi Pub-
atau komoditas seminar yang berdaya jual tinggi?
lic Relations?
CSR adalah tanggung jawab sosial perusahaan/
(3) Prinsip-prinsip dasar apa yang harus dijadikan
lembaga, baik pemerintah maupun swasta, untuk
pijakan dalam melaksanakan CSR?
membangun dan membantu masyarakat di mana
(4) Kendala apa saja yang dihadapi dalam
perusahaan/lembaga tersebut berada.
pelaksanaan CSR?
Kesenjangan antara si kaya dengan si miskin,
ketidakberdayaan pemerintah untuk menangani 1.3 Tujuan Penulisan
masalah sosial-ekonomi masyarakat, peningkatan
daya kritis dan kontrol sosial masyarakat, anti Melalui tulisan ini diharapkan tumbuh
korporasi yang busuk, tuntutan akan transparansi, kepedulian dan kesadaran pada para pengelola
dan harapan-harapan akan milenium yang akan corporate/lembaga profit maupun nonprofit akan
datang, berdampak pada reputasi perusahaan atau pentingnya CSR dalam menyusun kebijakan
lembaga. Terjadinya bencana busung lapar benar- manajemen, karena masuknya beberapa
benar merupakan insiden akibat keteledoran pemahaman berikut ini ke dalam ranah kognitif
manusia, bukan bencana alam. Artinya, bila mereka:
“manusia”–nya punya kepekaan sosial dan (1) Peranan CSR dalam Public Relations.
kepedulian sosial, semestinya bencana itu tidak (2) Keterkaitan yang erat antara CSR, publisitas,
terjadi. Ini suatu bukti nyata bahwa konsep CSR dan etika dalam Public Relations.
belum tersosialisasikan apalagi terimpelementasikan (3) Prinsip-prinsip dasar CSR sebagai pijakan
di kalangan para pengelola perusahaan, lembaga dalam Kegiatan Public Relations.
pemerintahan, lembaga kesehatan, lembaga (4) Kendala pelaksanaan CSR.
pendidikan, dan lembaga-lembaga lainnya.
Para praktisi dan teoretisi PR selama ini lebih 2. Kerangka Pemikiran
banyak terbuai oleh upaya-upaya membangun
2.1 Public Relations
merk, positioning, iklan testimonial, dan aspek-
aspek promosi atau publisitas PR lainnya yang Public Relations atau humas (hubungan
dipersepsi lebih menggiurkan dan lebih masyarakat) merupakan salah satu metode untuk
menjanjikan. Padahal, tanpa adanya CSR semua berkomunikasi secara strategis dengan seluruh
upaya tadi diluluhlantakkan, citra dan reputasi constituent organisasi. Seitel (1998), dalam Sutisna,
bangsa kini dipertaruhkan, dan semua kalangan mengatakan bahwa setiap organisasi memiliki
mestinya ikut menanggung “dosa” nasional ini. hubungan masyarakat, baik diinginkan ataupun
Terdorong oleh realita tadi, penulis ingin tidak. Humas memengaruhi hampir pada aktivitas
membahas dan menjabarkan lebih jauh mengenai semua orang yang berhubungan satu dengan yang
CSR dalam kaitannya dengan profesi Public Rela- lainnya. Setiap dari kita dengan menggunakan cara
tions, dan sebagai alternatif konseptual tentang tertentu atau cara lainnya mempraktekkan humas
bagaimana sebaiknya sikap etis para pengelola setiap harinya.

314 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Beberapa definisi humas dapat dikemukakan (2) Audiovisual Material and Software
sebagai berikut: Presentasi organisasi dengan menggunakan
(1) Public Relations is any situation, act, or media audio visual.
word that influences people (3) Institutional –Identity Media
(2) Public Relations is the art of making your Media cetak maupun audiovisual yang
company liked and respected by its employ- digunakan organisasi untuk membentuk
ees, Its customers, the people who buy from identitas organisasi/perusahaan/ lembaga,
it, the people to whom it sells. agar memiliki ciri khas yang unik dan mudah
(3) Public Relations is the skilled communica- dikenali oleh publiknya. Misalnya, logo, warna,
tion of ideas to the various publics with the uniform dll.
object of producing a desired result (4) News
(4) Public Relations is finding out what people Menciptakan berita yang mengangkat nama
like about you and doing more of it; finding baik perusahaan/lembaga
out what they don’t like about you and do- (5) Event
ing less of it. Menciptakan kegiatan atau mengelola
(5) Public Relations is the management function peristiwa-peristiwa yang terkait dengan
which evaluates public attitudes, identifies perusahaan/lembaga, sehingga menarik
the policies, and procedures of an organiza- perhatian publik.
tion with the public interest, and executes a (6) Speeches
program action (and communication) to earn Pidato, narasumber dalam diskusi atau semi-
public understanding and acceptance. nar, talk show dll.
(Marston, 1979, dalam Sutisna, 2003: 327). (7) Telephone Information Services
Humas mempunyai peranan penting dalam (8) Personal Contact
mengomunikasikan program-program yang Formulasi Kegiatan Humas, menurut Cutlip
ditawarkan perusahaan/organisasi/lembaga. and Center, antara lain:
(1) Opinion Research
2.2 Alat-alat Public Relations (2) Press Agentry
(3) Product Promotion
Meldrum dan McDonald (1995)
(4) Publicity
mengidentifikasi alat-alat Public Relations sebagai
(5) Lobbying
berikut:
(6) Public Affairs
(1) News generation
(7) Fund Raising
(2) Events
(8) Special Event Management
(3) Publications
Dengan demikian, publisitas termasuk ke
(4) Support for good causes
dalam kegiatan humas, dalam upaya
(5) Expert opinion
mengomunikasikan dan menyosialisasikan
(6) Visual Identity
kebijakan dan kegiatan-kegiatan perusahaan
Kotler & Fox (1995) mengemukakan alat-alat kepada berbagai publik yang terkait. Publisitas
hubungan masyarakat secara lebih lengkap, yang baik akan melahirkan citra yang baik dan
berkaitan dengan aktivitas humas pada publisitas yang efektif akan sangat ditentukan oleh
perusahaan/organisasi/lembaga: hubungan Public Relations dengan media massa.
(1) Written Material.
Organisasi secara ekstensif menggunakan ma- 2.3 Citra sebagai Tujuan Public Relations
terial tertulis untuk berkomunikasi dengan
Tujuan public relations adalah membangun,
publik. Misalnya, laporan tahunan, katalog,
memelihara, meningkatkan, dan mempertahankan
majalah internal dll.
citra.

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 315
Jefkins dalam Yulianita (2002 ) mendefinisikan internal, citra yang kurang jelas atau kabur
citra (image) sebagai “the picture in our head.” akan memengaruhi komitmen para anggota
Webster (1993) dalam Sutisna (2003) organisasi atau karyawan perusahaan.
mendefinisikan citra sebagai “gambaran mental
Penting untuk disadari bahwa citra itu ada
atau konsep tentang sesuatu.” Kotler (1995)
dalam realitas, bukan hanya ada dalam pesan yang
mendefinisikan citra sebagai “jumlah dari
dikomunikasikan. Pesan yang disampaikan harus
keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, dan
mengandung realitas dan kebenaran. Karena ketika
kesan-kesan yang dipunyai seseorang terhadap
tidak ada konsistensi antara kinerja nyata
suatu objek. Objek dimaksud bisa berupa orang,
(reputasi) dengan citra yang dikomunikasikan (im-
organisasi dll.”
pression management semata), maka realitaslah
Citra suatu organisasi merepresentasikan nilai-
yang akan menang dan tertanam dalam benak
nilai atau value baik value konsumen, atau pun
publik.
publik-publik terkait lainnya.
Agar citra yang dipersepsikan publik, baik dan
Marston mengungkapkan: ”By corporate im-
benar, dalam arti ada konsistensi antara citra
age, then, we mean simply the mental pictures
dengan realitas, citra perlu dibangun secara jujur.
that people have in their heads about companies
Cara yang sudah digunakan secara luas dan
and corporation. These mental pictures may come
memiliki kredibilitas tinggi adalah melalui kegiatan
from direct experience. They may be rational or
humas atau pubic relations yang profesional.
irrational, depending on evidence or hearsay,
appear in a infinite number of patterns. The fun- 2.4 “Value” dan Prinsip Dasar Profesi
damental reality of mental pictures in people’s
Public Relations
head is evident to all”(Sutisna, 2003: 348).
Citra yang baik dari suatu perusahaan/ Value adalah nilai-nilai utama yang menjadi
organisasi merupakan aset, karena cira memiliki dasar pijakan atau falsafah perusahaan/lembaga.
dampak terhadap persepsi publik, dampak terhadap Setiap perusahaan/lembaga harus memahami,
efektivitas komunikasi dan operasional organisasi/ menentukan, dan mengarahkan penciptaan value.
perusahaan dalam berbagai segi. Juga harus menetapkan metode pengukurannya,
Gronroos (1990) mengidentifikasi adanya harus mampu mengidentifikasi ranah penciptaan
empat peran citra bagi suatu organisasi/ dan penghancuran value. Melalui ini ia akan dapat
perusahaan/lembaga: mengalokasi sumber daya, keuangan, manusia, dan
(1) citra menceritakan harapan, artinya memberi intelektual secara lebih fokus, yaitu bahwa seluruh
publik berbagai hal yang bisa diharapkan dari pengalokasian sumber daya dapat diarahkan ke
organisasi/ perusahaan; satu titik tujuan: penciptaan value ketiga stake-
(2) citra sebagai penyaring, artinya mempengaruhi holders utamanya. Ketiga stakeholders utama
persepsi publik ketika menerima berbagai perusahaan atau lembaga yaitu: customer, people,
pesan komuikasi dari organisasi./perusahaan/ dan share holder (investor)
lembaga; Menggerakkan dan menghdupkan setiap or-
(3) citra adalah fungsi dari pengalaman dan ang di semua tingkatan organisasi ke arah
pengharapan. Artinya ketika publik penciptaan value, akan mengurangi, bahkan
membangun pengharapan terhadap membuat sirna persaingan antarbagian yang
organisasi/perusahaan, kemudian mendapat diakibatkan oleh pluralitas tujuan yang ingin
penguatan dari realitas pengalaman yang dicapai.
ditemui, maka citra akan semakin kuat, dan Faktor-faktor yang memiliki dampak pada
berlaku sebaliknya; proses penciptaan dan perusakan value adalah
(4) citra mempunyai pengaruh penting pada value driver. Value driver mencakup dua bentuk,
manajemen. Artinya, citra mempunyai dampak yaitu value lever dan value risk.

316 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Value lever adalah value driver yang dapat (7) Jadilah pendengar yang baik.
dikontrol secara langsung oleh perusahaan/ (8) Pekerjaan humas bukanlah seperti tukang
lembaga. Karena dapat dikontrol, perusahaan bisa sulap. Artinya, tidak bermaksud mengubah
mengelola dan mengarahkan value driver sesuai sikap pubik secara seketika, apalagi dengan
misi dan tujuan yang ingin dicapai. misalnya em- menyampaikan pesan yang direkayasa tanpa
ployee compensation, customer satisfaction dll. kebenaran.
Value risk adalah value driver yang tidak (9) Individu yang cerdas, tegas, dan memiliki
dapat secara langsung dikontrol oleh perusahaan/ keinginan serta komitmen yang kuat sangat
lembaga. Misalnya iklim bisnis, regulasi dibutuhkan.
pemerintah, dll. (10) Individu yang banyak akal, berani, dan suka
Banyak perusahaan/lembaga yang terlalu mengambil risiko tidak diperlukan dalam
fokus hanya pada salah satu value. Misalnya cos- hubungan masyarakat.
tumer value, pada akhirnya mengalami kegagalan, (11) Individu yang haus akan pengetahuan sangat
karena ditinggalkan oleh para karyawan terbaiknya. diperlukan sehingga tidak menganggap dirinya
Perusahaan ini mampu memberikan customer sat- tahu segalanya.
isfaction dengan menyediakan produk yang lebih
murah dengan kualitas yang mungkin lebih baik, 2.5 “Ethical Behaviour” Profesi Public
tetapi mengorbankan karyawan karena khilangan- Relations
nya. Atau perusahaan fokus pada shareholders
Profesi Public Relations menuntut adanya
(investor) dengan memberikan return yang
standar perilaku etis bagi para pelakunya, yang
memuaskan, tetapi ditinggalkan pelanggan, karena
dituangkan ke dalam “Kode Etik Profesi Humas.”
harga barang yang terlalu mahal dengan kualitas
Kode etik tersebut, antara lain, mengemukakan
yang mungkin sama. Herb Kelleher, CEO dan
adanya nilai-nilai:
Chairman Southwest Airlines, perusahaan yang
· Fairness
berhasil meraih kesuksesan jangka panjang,
· Accuracy
menyatakan bahwa perusahaannya memiliki
· Honesty
komitmen pada karyawannya untuk menciptakan
· Professional conduct
lingkungan kerja yang stabil, dengan kesempatan
· Truthfull dll.
yang sama untuk belajar, dan pengembanan pribadi
(Kertajaya, 2003:634). Berdasarkan standar nilai-nilai yang
dituangkan dalam penegakan good corporate gov-
Untuk mendorong citra yang positif, berikut
ernance, setiap perusahaan perlu melakukan tiga
ini ada sebelas prinsip dalam hubungan
hal:
masyarakat yang dukemukakan oleh Steven (1996):
(1) Adil (fair) kepada seluruh stakeholders (tidak
(1) Katakan kebenaran. Setiap informasi yang
hanya kepada shareholders).
disampaikan hendaknya berisi kebenaran dan
(2) Proaktif, berperan sebagai agent of change
bukan kebohongan
dalam pemberdayaan masyarakat di daerah
(2) Hubungan masyarakat harus bersifat persuasif
operasi perusahaan yang bersangkutan.
(membujuk).
(3) Efisien, berhjati-hati dalam pengeluaran biaya
(3) Yakin dengan misi yang akan dicapai.
yang sia-sia, terutama untuk penyelesaian
(4) Mampu membangkitkan imajinasi.
masalah yang timbul dengan stakeholder
Kemampuan membangun imajinasi ini akan
(fokus di daerah operasi) (Ridwan Nyak Baik,
menyebabkan daya ingat masyarakat menjadi
2005).
kuat.
(5) Humas harus dipersiapkan secara matang. Beberapa perilaku pelaku Public relations
(6) Pekerjaan dan profesi humas harus dilakukan yang negatif, antara lain:
sepenuh hati (dijiwai). (1) Mengirimkan Press Release yang salah atau

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 317
menyesatkan (dengan materi yang direkayasa) konsep CSR.
(2) Menunda-nunda berita jelek tentang Belum ada panduan yang jelas tentang
organisasinya konsep CSR ini, apakah CSR ini praktek dan realitas
(3) Berbohong pada wartawan dan karyawan yang nyata dari kegiatan PR dalam membangun
(4) Menutup-nutupi sesuatu komunitas, ataukah hanya bagian dari promosi dan
(5) Menjelek-jelekkan sesama praktisi PR lainnya publisitas? Apakah CSR berkaitan dengan nilai-
(6) Menutupi dampak negatif (efek samping) dari nilai dan perilaku etis profesi public relations?
produk perusahaannya Apakah CSR hanya dilakukan karena adanya
desakan dan kebutuhan masyarakat agar
2.6 “Community Relations” perusahaan/lembaga dapat terus tumbuh dan
sebagai Landasan CSR berkembang? Apakah CSR ini hanya muncul
sebagai akibat dari kegagalan pemerintah dalam
Komunitas adalah sekelompok orang yang
menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan?
hidup di tempat yang sama, berpemerintahan sama,
Ataukah CSR ini hanya sekadar fenomena baru
dan mempunyai kebudayaan dan sejarah yang
atau “trend” dalam kegiatan dan program public
umumnya turun temurun. Orang-orang yang hidup
relations?
dalam komunitas bersama dengan lembaga-
Pertanyaan-pertanyaan ini terlontar manakala
lembaga yang ada di dalamnya memiliki saling
konsep CSR muncul ke permukaan, dan tentunya
ketergantungan yang tinggi. Mereka tidak dapat
membutuhkan diskusi, klarifikasi, dan elaborasi
menikmati kehidupan yang baik tanpa lembaga-
lebih lanjut baik dari kalangan praktisi maupun
lembaga tersebut. Begitu pula lembaga-lembaga
teoritisi public relations.
tersebut hanya dapat hidup dengan izin dan
Holme and Watts dalam Ananto (2005)
dukungan mereka.
mengemukakan bahwa CSR tidak lain adalah
Perusahaan/lembaga membantu komunitas
konsep lama dalam kemasan baru dari para
dengan menyediakan pekerjaan, gaji yang layak,
profesonal PR: “CSR is the continuing commit-
keuntungan finansial dengan membeli barang-
ment by business to behave ethically and con-
barang dan jasa dari para pemasok lokal, dengan
tribute to economic development while improv-
membayar pajak untuk melaksanakan pemerintahan
ing the quality of life of the workforce and their
setempat, dll.
families as well as the local community and soci-
Komunitas atau masyarakat berkontribusi
ety at large.”
dengan menyediakan tenaga kerja yang terampil,
Istilah lain bagi CSR: etika business; good cor-
personal manajemen, modal untuk investasi, dan
porate citizenship, tanggung jawab sosial
menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan yang berkesinambungan, dll.
perusahaan/lembaga.
Perusahaan melaksanakan dan mematuhi
Karena alasan-alasan inilah maka suatu
hukum, budaya, etika bisnis, dan harapan –harapan
perusahaan harus menerima tanggung jawab
masyarakat lainnya dalam menjalankan bisnis.
terhadap komunitas di tempat perusahaan itu
Isu-isu yang tercakup dalam CSR:
beroperasi. Tidak hanya menyediakan pekerjaan
(1) Lingkungan hidup
dan membayar pajak, tetapi juga berperan aktif
(2) Etika bisnis
dalam kehidupan komunitas, menerima
(3) Investasi pengembangan masyarakat
kepemimpinan budaya, membantu pendidikan,
(4) Lingkungan kerja
meningkatkan kesehatan, memberantas
(5) Tata laksana perusahaan (governance)
pelanggaran hukum, dan bahkan memberikan
(6) Hak asasi manusia
berbagai sarana untuk rekreasi.
(7) Produk (berkualitas dan tidak berefek samping)
Konsep hubungan komunitas inilah yang
(8) Segala aspek perusahaan dengan segala
kemudian dielaborasi di tataran praktis menjadi
akibatnya
community development dan kini melahirkan

318 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Contoh kegiatan CSR: shareholder lainnya.


(1) Reklamasi dan perlindungan lingkungan Sebagai contoh, apakah Anda akan
(2) Pelatihan dan pendidikan mempercayai dan tetap mendukung perusahaan
(3) Bantuan keuangan untuk menyelesaikan yang operasionalnya jelas-jelas memberikan
masalah social dampak negatif terhadap lingkungan? Apakah
(4) Perlindungan Keselamatan Kerja Anda akan tetap mendukung perusahaan yang
(5) Pengujian Kadar Zat kimia dalam produk (bagi membiarkan karyawannya sakit/meninggal karena
tes kesehatan) kecelakaan kerja? Apakah Anda akan memercayai
(6) Penyuluhan tentang standard kesehatan pimpinan/birokrat yang membiarkan rakyatnya mati
(7) Relokasi tempat usaha karena busung lapar?
(8) Konseling untuk korban narkotika dan Reputasi dibangun atas kepercayaan dan
minuman keras dukungan masyarakat. Kredibilitas perusahaan/
(9) Pengembangan usaha kecil local lembaga tidak akan tumbuh dengan sendirinya,
tanpa adanya upaya meyakinkan dan tulus dari
Contoh kegiatan lainnya:
perusahaan untuk berempati terhadap kesulitan-
(1) Charitable donations
kesulitan yang dihadapi komunitas di mana ia
(2) Giving back to society
berada, dan berkiprah secara langsung dan nyata
(3) Developing parthnership with NGOs
untuk turut serta memberikan jalan keluarnya.
(4) Ethical funds/ethical investment
Pelaksanaan program CSR harus dilakukan secara
(5) Human rights
terpadu dan komprehensif dalam setiap gerak
(6) Educational institusional programs
langkah perusahaan, terkait dengan tanggung
jawab sosial di masa lalu, sekarang, dan masa
3. Pembahasan
mendatang.
3.1 Peran CSR sebagai Pendongkrak Pola hubungan yang serasi dengan
Reputasi dan Citra Perusahaan/ masyarakat akan sangat menguntungkan
Lembaga perusahaan/lembaga dalam mempertahankan atau
mengelola reputasi. Melalui CSR manajemen
Bagi perusahaan/lembaga/organisasi, reputasi perusahaan/lembaga dituntut untuk
dan citra korporat merupakan aset yang paling mengintegrasikan kepentingan bisnis dengan
utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu kepentingan sosial.
segala upaya, daya, kreativitas, dan biaya Sebagai suatu entitas bisnis dalam era pasar
dikeluarkan untuk memupuk, merawat, serta bebas ini perusahaan dituntut mengintegrasikan
membina dan mengembangkannya. Salah satu CSR dalam setiap aspek kegiatannya. Ini, antara
aspek penting yang merupakan unsur pembentuk lain, disebabkan adanya pergeseran nilai dan
citra adalah tanggung jawab sosial (CSR) dan budaya yang diadopsi dari budaya Barat, sehingga
penegakan good corporate governance (GCG) kini orang atau karyawan tidak lagi loyal kepada
Berdasarkan data dan pengalaman perusahaan, tetapi kepada profesi.
perusahaan yang menjalankan CSR, terbukti Sekjen PBB, Kofi Annan pada hari Selasa
berhasil secara positif meningkatkan performance kemarin (14 Juni 2005) bertemu dengan Presiden
dan keuntungan dalam perkembangan Perancis Jacques Chirac untuk memperkuat
perusahaannya. Contoh Sampoerna, Djarum, Exxon kampanye “global compact”, yaitu istilah yang
Mobile, Astra, dll. diberikan bagi sekumpulan aturan yang disusun
Managing reputation atau mengelola PBB soal etika bisnis yang layak diterapkan pada
reputasi perusahaan/lembaga tidak akan perusahaan multinasional yang berbisnis di negara
berdampak jangka panjang tanpa menyertakan berkembang. Aturan tersebut, antara lain, soal
aspek lingkungan, aspek internal stakeholder dan pentingnya korporasi memberikan penghargaan

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 319
pada HAM (hak asasi manusia) dan tidak spontan akan lebih dipercaya dibandingkan
melakukan pelanggaran HAM. Komponen lainnya, “manipulasi” pesan komunikasi secanggih apa
menyangkut standar ketenagakerjaan, soal pun. CSR berdasarkan karakteristiknya yang
tanggung jawab sosial lingkungan hidup, berlandaskan tanggung jawab etis, akan lebih
penggunaan teknologi ramah lingkungan, dan soal- dipercaya dibandingkan pesan promosi, iklan, dan
anti korupsi, termasuk pemerasan dan penyuapan. upaya upaya “marketing” lainnya. Oleh karena itu,
Dengan demikian menjadi keniscayaan bagi CSR berkaitan erat dengan upaya membangun,
perusahaan untuk memberikan value added bagi memelihara, dan mempertahankan citra
para karyawan dan lingkungan sosialnya, tidak Perusahaan/Lembaga.
hanya value added bagi costumer dan investornya Wacana etika atau moral harus difahami tidak
semata yang diwujudkan dalam kegiatan CSR. hanya semata-mata sebagai pemahaman tradisional
tentang bagaimana mempertahankan aspek
1.2 Keterkaitan antara CSR normatifnya, tetapi sebaiknya memperhatikan
dengan Publisitas, Citra, dan Etika aspek lain yang terlibat dalam pembentukan sikap
dan tindakan manusia. Dalam perspektif yang lebih
Publisitas adalah usaha Public Relations untuk
luas, etika terkait erat dengan “cara berpikir”
mengomunikasikan kegiatan dan kebijakan
manusia. Jika cara berpikir seseorang berbeda, maka
perusahaan melalui berbagai event penting yang
akan berbeda pula keseluruhan pengalaman
menarik perhatian media massa, sehingga diliput
hidupnya. Ia tidak hanya akan berperilaku berbeda,
dan disebarluaskan secara gratis (tanpa menyewa
tetapi juga memiliki pikiran, perasaan, sikap, dan
media), yang pada gilirannya menanamkan citra
keinginan yang berbeda. Tindakan etis manusia
tertentu tentang perusahaan/ lembaga di kalangan
tidak dapat dipisahkan dari cara berpikirnya,
publiknya. CSR, karena kegiatannya berlandaskan
tindakan etis merefleksikan atau mempresentasikan
pada moral dan etika, sebaiknya tidak dilakukan
cara berpikir manusia. Perbedaan standar etis ini
semata-mata demi memperoleh publisitas, tetapi
melahirkan perdebatan dan kesepakatan tentang
demi untuk tanggung jawab sosial itu sendiri.
ukuran standar keberhasilan CSR.
Namun, bila tanpa direkayasa, kegiatan-kegiatan
Hal-hal yang sedang diperdebatkan dan
tersebut kemudian ter-“publisitas”-kan, itu
kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan, antara
hanyalah kebetulan semata.
lain:
Publisitas pada dasarnya memanfaatkan
(1) Akuntabilitas sosial, yaitu standar yang
berbagai event, atau peristiwa penting, baik
menjelaskan tentang akuntabilitas sosial,
peristiwa (event) media massa yang sengaja
sehingga perusahaan dapat menyusun atau
diciptakan, event alamiah yang terjadi dengan
membuat, mempertahankan, dan melaksanakan
sendirinya (seperti bencana alam), maupun event
kebijakan dengan cara-cara tertentu agar
accidental (tiba-tiba terjadi).
perusahaan dapat mengontrol pelaksanaannya.
Namun, karena masyarakat kini semakin kritis
Misalnya: pekerja kanak-kanak, diskriminasi,
dan peka, maka untuk kegiatan CSR sebaiknya
pemecatan karyawan, jam kerja, keselamatan
seorang PR profesional tidak menyusun strategi,
kerja, kebebasan berserikat, dan sistem
baik secara “terbuka” ataupun “diam-diam”, untuk
manajemen.
menjadikannya ajang promosi. Karena akan
(2) Accountability: Standar akuntabilitas yang
mengurangi dampaknya yang significant dalam
dikeluarkan tahun 1999, yang digunakan untuk
membangun citra perusahaan/lembaga.
menyusun proses interaksi dengan stakehold-
Citra atau image perusahaan/lembaga yang
ers, yaitu: Indikator, sistem pelaporan, target
baik dan langgeng adalah yang konsisten dengan
untuk mengukur kinerja perusahaan dalam
realitas pengalaman publik ketika mengadakan
berinteraksi secara efektif dengan para stake-
kontak langsung maupun tidak langsung dengan
holder.
perusahaan. Realitas pengalaman yang refleks dan

320 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

(3) OECD Giudelines for multinational enter- semata-mata sebagai ajang promosi, tapi
prises: Guodelines yang direkomendasikan terdapat unsur informasi dan edukasi, juga
pemerintah kepada perusahaan-perusahaan bukan persuasi.
multinasional (sifatnya sukarela dan tidak (2) Compliance with legal requirements
mengikat), isinya menekankan supaya Kepatuhan terhadap aturan dan perundang-
perusahaan mematuhi aturan-aturan, norma, undangan yang berlaku
dan budaya setempat di negara tempat (3) Respect for people
perusahaan tsb beroperasi. Tanggung jawab terhadap karyawan
(4) Asian-Pacific Economic Cooperation (APEC), menyangkut safety job , job satisfactions, dan
dalam Code of Conduct-nya menyebutkan menghargai orang-orang dalam berbagai jenis
bahwa APEC adalah organisasi internasional publik (memanusiakan manusia)
yang utama guna mempromosikan (4) Respect for community
perdagangan bebas dan kerjasama ekonomi di Tanggung jawab terhadap masyarakat,
antara 21 negara anggotanya. misalnya penggantian lahan secara
(5) The Caux Round Table (CRT), mengeluarkan proporsional dll
“Principle for Business”, sebuah dokumen yang (5) Respect for Environments
menekankan standar dunia tentang etika dan Tanggung jawab terhadap kelestarian
perilaku perusahaan yang bertanggung jawab. lingkungan, misalnya: dampak industri dan
Antara lain mencakup: limbah, dampak terhadap kesehatan
(a) Implikasi sosial yang diakibatkan oleh lingkungan, dll
operasional perusahaan terhadap Tahapan Pelaksanaan CSR sebagai strategi
masyarakat setempat. dan langkah nyata komitmen perusahaan:
(b) Patuh kepada aturan-aturan dan etika. (1) Menyusun pernyataan tentang misi, visi dan
(c) Mendukung perjanjian perdagangan nilai-nilai.
multi lateral. (2) Menentukan tujuan dan sistem manajemen
(d) Tidak melakukan penyogokan. yang berbasis CSR: dengan cara
(e) Pencucian Uang dan Perilaku korup mengintegrasikan CSR ke dalam nilai-nilai dan
lainnya. budaya perusahaan (ini akan tercermin dalam
(6) The Keidanren Charter for Good Corporate setiap keputusan perusahaan).
Behavior berasal dari Nippon Keidanren, berisi (3) Komitmen CSR harus berada pada manajemen
pernyataan bahwa perusahaan, meskipun puncak, sehingga pelaksanaannya bisa
sebagai lembaga ekonomu yang bertujuan konsisten dan terus menerus.
mendapatkan laba melalui persaingan yang Jadi, pelaksanaan CSR oleh perusahaan
sehat, juga secara keseluruhan harus berguna berkaitan langsung dengan peningkatan kinerja
bagi masyarakat. perusahaan (corporate performance) dan
Terlepas dari berbagai upaya untuk peningkatan reputasi perusahaan (Corporate
menjembatani perdebatan standar etika melalui Reputation)
berbagai kesepakatan tersebut, CSR memang terkait Kunci kerjasama perusahaan dengan
erat dengan etika dan moral para pengelola komunitas (community)
perusahaan/lembaga, di belahan manapun ia berada. (1) Sharing informasi secara terbuka.
(2) mendengarkan dan mengakomodasi perhatian,
1.3 Prinsip-prinsip Dasar dengan penekanan pada parameter komersial
dalam Melaksanakan CSR dan regulasi.
(3) Saat pilihan/usulan alternatif dari komunitas
Ada lima prinsip CSR:
tidak dapat diakomodasi, perusahaan harus
(1) Ethical values
meyakinkan mengapa hal tsb tidak dapat
Nilai-nilai etislah yang dijunjung, bukan

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 321
dilakukan. (Misalnya karena terlalu besarnya (5) Good News Neuresthenia. sikap yang
biaya bagi pilihan tersebut) bersandar pada “Kita percaya bahwa melalui
informasi publik yang lengkap dan padat
3.4 Kendala Pelaksanaan CSR segala hal akan berjalan positif dan baik.”
(6) The one shot communication tic.
(1) Masih banyak perusahaan/lembaga yang
Menganggap berkomunikasi cukup sekali atau
mempersepsi kegiatan CSR secara keliru, yaitu
seadanya. Padahal kita tahu bahwa
mendukung CSR semata-mata sebagai bagian
pengulangan sangat diperlukan dalam
dari promosi.
komunikasi.
(2) Rendahnya antusiasme dari manajemen
(7) The shadow delusion. Sikap yang bersandar
terhadap kegiatan CSR.
pada “Low profile philosophy” (filsafat low
(3) Banyak dilakukan oleh perusahaan/lembaga
profile)
yang justru tidak disukai atau menghasilkan
produk yang berdampak negatif (seperti rokok,
minuman keras, dll) 4. P enutup
(4) Banyak perusahaan yang secara membabi 4.1 Kesimpulan
buta men-support CSR, sehingga pada
akhirnya membuat perusahaan collapse Pola hubungan yang serasi dengan
masyarakat akan sangat menguntungkan
Terdapat tujuh salah persepsi terhadap humas perusahaan/lembaga dalam mempertahankan atau
dalam manajemen (Joseph F. Awad: The Power of mengelola reputasi. Melalui CSR, manajemen
Public Relations) perusahaan/lembaga dituntut untuk
(1) Functional myopia. Tidak mampu melihat mengintegrasikan kepentingan bisnis dengan
fungsi Public Relations yang sebenarnya kepentingan sosial. Oleh karena itu, segala upaya,
dalam suatu proses manajemen. Persepsi ini daya, kreativitas, dan biaya dikeluarkan untuk
terlihat dalam sikap para pengambil keputusan memupuk, merawat, serta membina dan
sbb: mengembangkan reputasi dan citra perusahaan.
(a) Siapapun dapat melakukan pekerjaan Salah satu aspek penting yang merupakan unsur
humas. Jadi buat apa menggaji orang pembentuk citra adalah tanggungjawab sosial
khusus untuk mengerjakan itu? (CSR) dan penegakan good corporate governance
(b) Kegiatan PR dilakukan dengan (GCG).
asal-asalan. Stakeholder dan shareholder adalah duta
(c) Meletakkan PR dalam posisi rendah dalam penting bagi perusahaan dalam membangun
organisasi. kredibilitas dan reputasi di kalangan publik, hal ini
(d) Menganggap PR hanya sebagai unit Pub terefleksikan dalam kepercayaan dan dukungan
licity atau Event Organizer. komunitas terhadap perusahaan/lembaga.
(2) The faucet philosophy. Berpaling pada humas CSR, karena kegiatannya berlandaskan pada
kalau lagi saat kritis atau saat diperlukan saja moral dan etika, sebaiknya tidak dilakukan semata-
(3) The hysteron proteron approach. mata demi memeroleh publisitas, tetapi demi untuk
Menganggap bahwa humas tidak perlu tanggung jawab sosial itu sendiri. Namun, bila
melakukan riset. tanpa direkayasa kegiatan-kegiatan tersebut
(4) Local anesthesia. Sering menganggap bahwa kemudian ter-“publisitas”-kan itu hanyalah
permasalahan yang timbul dalam organisasi kebetulan semata.
hanya masalah internal yang berdampak lokal. Citra atau image perusahaan/lembaga yang
Padahal dengan kemajuan teknologi setiap baik dan langgeng adalah yang konsisten dengan
masalah berdampak luas (internal dan realitas pengalaman publik ketika mengadakan
eksternal) kontak langsung maupun tidak langsung dengan

322 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

perusahaan. Realitas pengalaman yang refleks dan (2) Komitmen CSR harus dimotori oleh pimpinan
spontan akan lebih dipercaya dibandingkan puncak, dan didukung seluruh anggota
“manipulasi” pesan komunikasi secanggih apa lembaga/organisasi. Dengan demikian, posisi
pun. CSR berdasarkan karakteristiknya yang PR sebagai penggagas dan pelaksana CSR
berlandaskan tanggung jawab etis, akan lebih harus benar-benar strategis di antara keduanya.
dipercaya dibandingkan pesan promosi, iklan, dan (3) Perguruan Tinggi dapat menjadi mitra dalam
upaya upaya “marketing” lainnya. pelaksanaan CSR oleh berbagai perusahaan/
Oleh karena itu, CSR berkaitan erat dengan lembaga. Dengan demikian, prinsip CSR itu
upaya membangun, memelihara, dan sendiri harus menjadi integritas dari
mempertahankan citra perusahaan/lembaga. kepribadian akademisi.
Kendala Pelaksanaan CSR, antara lain:
(1) Masih banyak perusahaan/lembaga yang
mempersepsi kegiatan CSR secara keliru, yaitu
mendukung CSR semata-mata sebagai bagian Daftar Pustaka
dari promosi.
Ananto, Elizabeth G. 2005. “Corporate Social Re-
(2) Rendahnya antusiasme dari manajemen
sponsibility, Numeric or Rhetoric.” Makalah.
terhadap kegiatan CSR.
Jakarta: Trisakti.
(3) Banyak dilakukan oleh perusahaan/ lembaga
yang justru tidak disukai atau menghasilkan Kertajaya, Hermawan. 2003. On Marketing, Jakarta:
produk yang berdampak negatif (seperti Gramedia.
rokok, minuman keras, dll)
Moore, Frasier. 2000. Hubungan Masyarakat;
(4) Banyak perusahaan yang secara membabi
Prinsip, Kasus dan Masalah. Bandung:
buta men-support CSR, sehingga pada
Remadja Rosda Karya.
akhirnya membuat perusahaan collapse.
Nyak Baik, Ridwan. 2004. Koalisi Dominan,
4.2 Saran Refleksi Kritis atas Peran dan Fungsi Pub-
lic Relations dalam Manajemen. Jakarta:
(1) Kita tidak akan bisa membangun perusahaan/
Perhumas.
lembaga yang besar dan sukses tanpa
kemakmuran dan kesuksesan publik-publik Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen & Komunikasi
yang terkait. Oleh karenanya, harus ada Pemasaran. Bandung: Remadja Rodakarya.
proporsi yang seimbang antara keuntungan Abdullah Amin. 2002. Antara Al Ghazali dan Kant;
bagi perusahaan dengan keuntungan bagi Filsafat Etika Islam. Bandung: Mizan.
publik internal maupun eksternal.

Ani Yuningsih. “Corporate Social Responsibility” (CSR) Antara Publisitas, Citra, dan Etika... 323
324 M EDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai