Anda di halaman 1dari 5

1.

Cephalhematom pada bayi

Cephalhematoma pada bayi terjadi ketika pembuluh darah pecah selama


persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang
dan periosteum. Cedera ini paling sering terjadi pada wanita primipara dan sering
berhubungan dengan persalinan forsep atau ekstraksi vakum. Tidak seperti caput
succadenum, cephalhematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang.
Cephalhematoma dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipital
lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya
minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukurannya pada hari kedua atau
ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna. Cephalhematoma tidak menyebabkan
daya ingat menurun.
Cephalhematoma dapat terjadi karena 2 hal yaitu :
a. Persalinan lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan
menggunakan vakum ekstraksi atau forceps yang sangat sulit. Sehingga moulage
berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga
menyebabkan perdarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga
terjadi Cephalhematoma.
b. Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu.
Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan
selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan perdarahan sub periosteum dan
terjadi penumpukan darah sehingga terjadi Cephalhematoma. Karena adanya tekanan
yang berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga terjadi edema.
Cephalhematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala
ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan
lama. Akibat robeknya pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub
periosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma biasanya
berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala cephalhematoma :
a. Adanya fluktuasi.
b. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir. Benjolan
membesar pada hari kedua atau ketiga, dan menghilang dalam beberapa minggu.
c. Adanya cephalhematoma yang timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan
timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras
sampai umur 1-2 tahun.
d. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, hal ini karena penumpukan darah pada
daerah sub periosteum.
e. Tampak benjolan dengan batas yang tegas, tanda peradangan, dan tidak melampaui
tulang tengkorak.
f. Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada
tekanan.
Sumber:

 Mochtar R. 2013. Sinopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC


 Prawirohardjo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo

2. Cairan pada Anak

1. Susunan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang utama (mEq/l)

2. Distribusi cairan tubuh (%tase terhadap berat badan)

3. Zat yang larut dalam lemak hampir tidak mempengaruhi tekanan osmotik/onkotik (contoh
ivelip), berbeda dengan zat yang larut dalam air. Tetapi air sendiri merupakan zat yang bebas
keluar masuk sel (tidak mempengaruhi tekanan osmotik).
4. Pergerakan cairan antara plasma (intravaskuler), intertitiel, dan intraseluler dipengaruhi
oleh tekanan osmotik dan hidrostatik. Tekananan osmotik terutama dipengaruhi oleh Na
(cairan ekstraseluler), K (cairan intraseluler), dan albumin (cairan intravaskuler).

5. Pemberian cairan melalui IV berarti melalui plasma yang kemudian bebas keluar masuk ke
intra dan ekstraseluler. Tekanan osmotik cairan ekstraseluler terutama dipengaruhi oleh ion
Na, jadi ion Na diperlukan untuk mempertahankan ECF. Albumin diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik cairan intravaskuler

6. Keseimbangan air dan elektrolit dipertahankan melalui integrasi dan fungsi: ginjal,
hormonal, saraf. Mekanisme keseimbangan ini menjaga osmolaritas cairan tubuh tetap 282 ±
5.

7. Kebutuhan cairan (= kebutuhan kalori) maintenance pada anak perhari disesuaikan berat
badan.

8. Jenis cairan IVFD dapat dibagi menjadi: kristaloid (isotonik: RL, NaCl 0,9%, efektif
mengisi ruang intertitiel, tetapi hanya sebentar di ruang intravaskuler) dan koloid (contoh:
albumin 5%, fresh frozen plasma, hetastarch, dextran 40, dextran 70, lebih bertahan lama di
ruang intravaskuler)

9. Adanya hiperpireksia, tachypneu menyebabkan peningkatan kebutuhan cairan. Demam


tinggi: +12% setiap kenaikan 1oC, hiperventilasi: + 20-40%, keringat berlebih: + 10-20%,
hipermetabolik: + 25-75%, terapi sinar pada bayi: + 25%. Dan lain-lain.

Pemberian Jenis dan Jumlah Cairan Maintenance

Terdapat banyak pendapat/perbedaan jenis dan jumlah cairan maintenance pada anak.
Beberapa pendapat:

1. Menggunakan kadar Na yang cukup tinggi (D5% atau 10% 1/2NS), bahkan
pada keadaan setelah resusitasi teratasi dapat mengunakan RL.
2. Menggunakan kadar Na yang rendah untuk semua golongan umur. Di
RSCM/FKUI tahun 2007 menggunakan KAEN 1B + KCl 7,48% 10 ml.
3. Mengunakan kebutuhan peroral dari Na dan K, yakni dengan Na 3-4
mEq/kgBB/hari dan K 1-2 mEq/kgBB/hari. Nb: RL dapat digunakan pada
keadaan dehidrasi atau ada ancaman dehidrasi

Mengunakan kebutuhan peroral

Contoh Kasus 1: Anak 4 kg: jenis dan jumlah cairan maintenance ? Jumlah cairan perhari: 4
x 100 ml/kgBB/hari = 400 ml/hari = 4 tetes makro/menit = 16 tetes mikro/menit Nb:
1ml/menit = 15 tetes makro/menit = 60 tetes mikro/menit.

Jenis cairan: Kebutuhan Na 3-4 mEq/kgBB = 12-16 mEq, K 1-2,5 mEq/kgBB = 4-10 mEq
Jenis cairan yang tepat adalah Na 12-16 mEq dan K 4-10 mEq dalam 400 ml D5% atau 10%
ATAU Na 35-40 mEq/liter, K 10-25 mEq/liter Cairan didapat dari D5% atau 10% 500 ml +
NaCl 15% 6,9 ml + KCl 7,46% 5-12,5 ml. Cairan yang sesuai adalah cairan D5% atau 10%
500ml 3:1 +KCl 7,46% 5-12,5 ml atau KAEN 1B + KCl 7,46% 5-12,5 ml

Sumber: Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar: CV.


Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai