DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
PENDAHULUAN
1.1. Pemicu
Seorang wanita 40 tahun yang tinggal di kecamatan Rasau Jaya,
Kabupaten Kubu Raya, datang berobat ke puskesmas dengan keluhan muncul
bercak putih pada kulit di punggung dan lengan. Keluhan ini muncul sejak
kurang lebih satu tahun lalu. Awalnya bercak hanya muncul dipunggung,
beberapa bulan kemudian muncul di lengan kanan. Tidak ada keluhan rasa
gatal dan nyeri pada bercak tersebut. Pasien pernah membeli sendiri obat krim
mikonazole di apotik tapi tidsk kunjung sembuh
Pada pemeriksaan fisik dijumpai ujud kelainan kulit berupa makula
hipopigmentasi berukuran sebesar uang logam, skuama (-). Berdasarkan
anamnesis, suami pasien juga terkena sakit kulit berupa benjolan di wajah dan
cuping telinga yang disertai rambut alis rontok, sehingga oleh dokter
puskesmas suaminya diobati dengan obat rutin selama 12 bulan.
Dokter di Puskesmas Rasau Jaya, curiga bahwa tanda-tanda yang dialami
pada pasien diatas terdapat kemiripan dengan salah satu kasus penyakit
endemik d Kabupaten Kubu Raya, dimana kasus tertinggi terdapat di 4
kecamatan yaitu di Kecamatan Sungai Raya, Sungai Kakap, Sungai
Ambawang, dan Kecamatan Rasau Jaya. Laporan Dinkes Kabupaten Kubu
Raya juga mengungkapkan bahwa kasus penyakit dengan ciri-ciri tersebut di
Provinsi Kalimantan barat, tertinggi adalah di Kabupaten Kubu Raya
B. Suami
UKK:
UKK:
Makula hipopigmentasi
Benjolan di wajah sebesar uang lpgam -+1
dan cuping telinga th
Rambut alis rontok Gatal dan nyeri (-)
Riwayat pengobatan Skuama (-)
12 bulan Riwayat pengobatan
dengan mikonazole
Kusta DD
Tinea Versicolor
.........
Penyakit endemik di Diagnosis
KKB
Tatalaksana
1.6. Hipotesis
1. Wanita 40 tahun mengalami penyakit Morbus Hansen
2. Penyakit yang diderita wanita 40 tahun tersebut merupakan salah satu
penyakit endemik di KKR
PEMBAHASAN
B. Kubu Raya
Terdapat beberapa penyakit yang endemik di Kabupaten Kubu Raya,
seperti DBD dan filariasis. Kusta sendiri dilaporkan meningkat kasusnya
di Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2016. Peningkatan kasus tersebut
terutama didominsai di empat Kecamatan yakni, Kecamatan Sungai Raya,
Sungai Kakap, Sungai Ambawang dan Kecamatan Rasau Jaya dimana
Kecamatan Rasau Jaya menjadi lokasi terbanyak pengidap penyakit kusta
tersebut.
Kasus kusta yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya, terutama
Kecamatan Rasau Jaya menjadi endemik dalam periode tahun 2012 hingga
2016, dimana terdapat sekitar 12 kasus kusta yang ditangani oleh
Puskesmas Rasau Jaya. Pada tahun 2016, dilaporkan kepada Dinkes Kubu
Raya oleh seluruh Pukesmas yang ada di Kubu Raya sekitar 60 kasus, 24
diantaranya sudah diketahui dan ditemukan penderitanya. Namun, jumlah
kasusnya cenderung menurun. Oleh karena laju kejadiannya cenderung
konstan dalam periode 2012-2016 dan hanya didominasi di keempat
wilayah tersebut, penyakit ini dapat disebut endemik di keempat wilayah
itu. Tidak ada penyakit kulit lain yang endemik di Kabupaten Kubu Raya.2
2.2 Jelaskan perbedaan endemik, pandemik, dan epidemiologi
2.3 Kusta
2.3.1 Definisi
2.3.2 Klasifikasi4
a. Pausi Bacillary
tipe ini disebut juga kusta kering, dimana terdapat bercak
keputihan seperti panu dan mati rasa atau kurang merasa, permukaan
bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh bulu/rambut,
bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu
tempat, hasil pemeriksaan bakteriologis negatif (-). Tipe kusta ini tidak
menular.
b. Multi bacillary
Kusta tipe ini disebut juga kusta basah, dimana bercak berwarna
putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh kulit
badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada
kulit lebih dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi, dan hasil
pemeriksaan bakteriologis positif (+). Tipe seperti ini sangat mudah
menular.
2.3.3 Epidemiologi
Menurut Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta (Depkes RI, 2012), penyakit kusta merupakan salah satu
penyakit yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah
yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai
dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan
nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara – negara
yang sedang berkembang. Penyakit kusta sampai saat ini masih
ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan.
Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengertian,
kepercayaan yang keliru terhadap penyakit kusta dan cacat yang
ditimbulkannya.5
World Health Organization melaporkan penemuan penderita
kusta baru dimana terdapat 17 negara yang memiliki kasus kusta
>1000 kasus. Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
kasus 17.682 setelah India dan Brazil dengan prevalensi kusta hingga
akhir trimester awal tahun 2011 sebesar 19.785 kasus. Di Indonesia
penderita kusta terdapat hampir diseluruh daerah dengan penyebaran
yang tidak merata. Penderita kusta 90% tinggal diantara keluarga dan
hanya beberapa persen saja yang tinggal di rumah sakit kusta,
penampungan atau perkampungan kusta.6,7
Angka prevalensi penderita kusta di Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 0,78 per 10.000 penduduk, sehingga jumlah penderita yang
terdaftar sekitar 20.160 kasus. Ada 14 provinsi di Indonesia yang
prevalensinya diatas 1 per 10.000 yaitu Banten, Sulawesi Tengah,
Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan
Kalimantan Utara.8
2.4.2 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superfisial yang
paling sering ditemukan. Prevalensi pitiriasis versikolor di Amerika
Serikat diperkirakan 2-8% dari semua penduduk. Prevalensi pitiriasis
versikolor lebih tinggi di daerah tropis yang bersuhu panas dan
kelembapan relatif. Di dunia prevalensi angka pitiriasis versikolor
mencapai 50% di daerah yang panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang
dingin. Penyakit ini sering ditemukan pada usia 13-24 tahun. Di Indonesia
penyakit ini sering disebut panu dan angka kejadian di Indonesia belum
diketahui tetapi di Asia dan Australia pernah dilakukan secara umum
percobaan pada tahun 2008 didapatkan angka yang cukup tinggi karena
didukungnya iklim di daerah Asia.10
2.4.3 Manifestasi11
Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada
dan meluas ke lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah.
Penderita pada umumnya. Keluhan yang dirasakan penderita umumnya
gatal ringan saat berkeringat. Makula hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai tidak teratur, berbatas tegas
maupun difus. Beberapa bentuk yang tersering yaitu:
a. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan skuama halus
diatasnya dengan tepi tidak meninggi, ini merupakan jenis makuler.
b. Berupa bercak seperti tetesan air yang sering timbul disekitar
folikel rambut, ini merupakan jenis folikuler.
Pitiriasis versikolor pada umumya tidak memberikan keluhan pada
penderita atau sering disebut asimtomatis. Penderita lebih sering
merasakan gatal-gatal ringan tetapi biasanya penderita berobat karena
alasan kosmetik yang disebabkan oleh bercak hipopigmentasi.
Hipopigmentasi pada lesi tersebut terjadi karena asam dekarboksilat yang
diproduksi oleh malassezia yang bersifat sebagai inhibitor kompetitif
terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap
melanosit, sedangkan pada lesi hiperpigmentasi belum bisa dijelaskan.
2.4.4 Diagnosis
2.5 Vitiligo
2.5.1 Definisi
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat, yang ditandai
denganadanya makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai
seluruh bagian tubuhyang mengandung sel melanosit, misalnya
rambut dan mata.
2.5.2 Klasifikasi
2.5.3 Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini cukup tinggi yaitu kisaran 1% pada
populasi di dunia. Vitiligo banyak terjadi pada usia di bawah 20 tahun,
tetapi juga dapat terjadi pada usia lanjut.
2.5.4 Manifestasi Klinis16
Pada pasien vitiligo tampak beberapa manifestasi klinik berupa
makula amelanotik berwarna putih susu atau seperti kapur, biasanya
berbatas tegas dan tepi dapat berlekuk. Lesi dapat dilihat dengan
pemeriksaan menggunakan lampu Wood. Lesi meluas secara sentrifugal
dan dapat timbul di semua area tubuh, termasuk membrane mukosa. Lesi
awal sering timbul di area kulit yang terpajan sinar matahari, tangan,
lengan bawah, kaki, dan wajah, serta area kulit yang sering terjadi gesekan
dan trauma. Vitiligo pada wajah sering timbul di daerh perioral dan
periokular. Pada ekstremitas, lesi sering terdapat pada siku, lutut, jari dan
pergelangan tangan fleksor.
2.5.5 Diagnosis17
a. Tabir surya yaitu sunscreen atau tabir surya mencegah paparan sinar
matahari berlebih pada kulit. Hal ini dapat mengurangi kerusakan akibat
sinar matahari dan dapat mencegah terjadinya fenomena Koebner.
b. Kosmetik yaitu banyak penderita vitiligo, terutama jenis vitiligo fokal,
menggunakan covermask kosmetik sebagai pilihan terapi.
c. Repigmentasi yaitu berbagai cara yang dapat dilakukan untuk proses
repigmentasi adalah sebagai berikut:
Glukokortikoid Topikal
Sebagai awal pengobatan, terapi diberikan secara intermiten (4
minggu pemakaian, 2 minggu tidak). Glukokortikoid topikal kelas
I cukup praktis, sederhana, dan aman untuk pemberian pada
makula tunggal atau multipel. Jika dalam 2 bulan tidak ada respon,
mungkin saja terapi tidak berjalan efektif. Perlu dilakukan
pemantauan tanda-tanda awal atrofi akibat penggunaan
kortikostreoid.
Topikal inhibitor kalsineurin
Topikal inhibitor kalsineurin seperti tacrolimus dan pimecrolimus
efektif untuk repigmentasi vitiligo tetapi hanya didaerah yang
terpapar sinar matahari.
Topikal fotokemoterapi
Topikal fotokemoterapi menggunakan topikal 8-methoxypsoralen
(8-MOP) dan UVA. Prosedur ini diindikasikan untuk makula
berukuran kecil. Hampir sama dengan psoralen oral, mungkin
diperlukan minimal 15 kali terapi untuk inisiasi respon dan
minimal 100 kali terapi untuk menyelesaikannya.
Fotokemoterapi sistemik
Fotokemoterapi sistemik dengan PUVA oral lebih praktis
digunakan untuk vitiligo yang luas.
UVB Narrow-band (311 nm)
Efektivitas terapi ini hampir sama dengan PUVA, namun tidak
memerlukan psoralen. UVB adalah terapi pilihan untuk anak
kurang dari 6 tahun.
Laser Excimer (308 nm)
Terapi ini cukup efektif. Namun, sama seperti pada PUVA, proses
repigmentasi tergolong lambat. Terapi jenis ini sangat efektif untuk
vitiligo yang terdapat di wajah. Immunomudulator sistemik
Tingkat keberhasilannya pada lebih dari 90% orang dewasa dan
lebih dari 65% anak-anak dengan vitiligo adalah dari tingkatan
baik sampai sangat baik.
Topikal analog Vitamin D
Analog vitamin D, khususnya calcipotriol, telah digunakan untuk
terapi tunggal atau dikombinasikan dengan topikal steroid pada
manajemen vitiligo.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan