Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

MODUL INFEKSI DAN IMUNOLOGI


KELOMPOK A3

Disusun Oleh :

David Aron Mampan P. I11112065


Diana Putri Lestari I1011141004
Erni I1011141008
Auliyah Tania Alkadrie I1011141014
Nabiyur Rahma I1011141015
Feddy Setiady I1011141019
Muhammad Sukri I1011141028
Maghfira Aufa Asli I1011141036
Baskara Zhafran Ramadhan I1011141043
Thevany I1011141052
Ariski Pratama Johan I1011141062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Homeostatis merupakan suatu kondisi keseimbangan internal yang
ideal, dimana senua sistem tubuh bekerja dan beriteraksi dalam cara yang
tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh. Stres berat atau lama
dapat menyebabkan gangguan homeostatis ini. Contoh yang mendasar
adalah adanya invasi dari patogen. Adanya mikroorganisme patogen ini
dapat menimbulkan masalah penyakit pada tubuh dan terganggunya
kesembangan dan interaksi semua sistem tubuh. Oleh karena itu, manusia
memiliki sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme patogen
tersebut, yang disebut sistem imun.
Sistem imun merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang
berperan dalam imunitas tubuh, sedangkan imunitas adalah resistensi
terhadap penyakit terutama infeksi. Sel-sel yang berperan dalam sistem
imun adalah leukosit dan trombosit. Leukosit berdiferensiasi dan proliferasi
guna melawan patogen yang masuk. Trombosit berperan dalam proses
pembekuan darah sehingga jaringan yang rusak menjadi cepat sembuh.
Molekul lain yang juga ikut berperan dalam sistem imun adalah antibodi.
Antibodi akan mengenali antigen benda asing, sehingga memudahkan
untuuk dieliminasi oleh tubuh.
Infeksi oleh virus (dengue, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV), bakteri
(salmonella typhi), jamur, dan parasit akan menarik respon dan
mengaktifkan sistem imun tubuh kita. Infeksi yang diakibatkan virus akan
memicu timbulnya respon spesifik yang akan mengenali antigen virus.
Infeksi oleh bakteri berupa toksin dan faktor virulensi lainnya akan
dieleminasi oleh sistem imun. Baik virus maupun bakteri terkadang lolos
dari serangan sistem imun kita dan menimbulkan penyakit. Penegakkan
diagnosis yang cepat dan tepat dapat membantu kita dalam penanggungan
penyakit yang timbul, sehingga progresifitas penyakit dapat ditekan. Salah

2
satu langkah yang sering dilakukan adalah uji laboratorium dan rapid
serology test.
Beberapa mikroorganisme patogen dapat lolos dari sistem pertahanan
tubuh kita dapat disebabkan oleh host itu sendiri. Pada beberapa keadaan,
dapat ditemukan keadaan dimana jumlah/kadar leukosit dan trombosit yang
tidak normal. Infeksi yang berulang juga akan membangkitkan sistem
memori pada sel B yang memungkinkannya untuk memproduksi antibodi
spesifik terhadap antigen asing. Pada dasarnya ada beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut yakni sama seperti
beberapa uji yang dilakukan pada praktikum ini yakni uji laboratorium
berupa hitung jumlah leukosit, trombosit dan rapid serology test seperti
HbsAg, HCV dan uji widal.

1.2. Tujuan Praktikum


1.2.1. Mahasiswa mampu memilih dan menilai hasil pemeriksaan
laboratorium, serta mengerti patofisiologi kelainan laboratorium.

1.3. Jenis Praktikum


1.3.1. Mahasiswa dibagi dalam 2 kelompok besar yang di bimbing oleh 1
instruktur setiap sesi, kemudian dibagi lagi dalam 4 kelompok kecil
yang dibimbing oleh 3 laboran.
1.3.2. Mahasiswa melakukan pemeriksaan, seperti berikut :
1.3.2.1. Jumlah Leukosit
1.3.2.2. Jumlah Trombosit
1.3.2.3. Pemeriksaan Widal
1.3.2.4. Pemeriksaan HbsAg
1.3.2.5. Pemeriksaan HCV
1.3.3. Mahasiswa melakukan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
1.3.4. Mahasiswa membuat laporan mengenai hasil pemeriksaan dan
menjelaskan patofisiologi kelainan laboratorium.

3
BAB II
METODELOGI PRAKTIKUM

2.1. Hitung Leukosit


2.1.1. Alat
a) Mikroskop Cahaya
b) Pipet Leukosit
c) Tisu
d) Kamar Hitung Improved Neubauer
e) Tabung Reaksi
f) Rak Tabung
2.1.2. Bahan
a) Larutan Turk
b) Darah untuk pemeriksaan
2.1.3. Cara Kerja
a. Mengisi pipet leukosit
1. Isaplah darah sampai tanda garis tanda 0,5 tepat
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil sambil menahan
darah pada garis-garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat
dan larutan Turk dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda 11.
Hati-hatilah jangan sampai terjadi gelembung hawa.
b. Mengisi kamar hitung
1. Letakkan kamar hitung yang bersih dengan benar dengan kaca
penutupnya terpasang mendatar diatas meja
2. Kocok pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus. Jagalah
jangan sampai ada cairan yang ada cairan yang terbuang dari dalam
pipet itu diwaktu mengocok.
3. Buanglah semua cairan yang ada didalam batang kapiler pipet (3-4
tetes) dan segeralah sentuh ujung pipet itu dengan sudut 30 derajat
pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca

4
penutup. Niarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan
dengan gaya kapilaritas nya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung selama 2 atau 3 menit supaya leukosit
leukosit itu mengendap. Jika tidak dapat dihitung segera,
simpanlah kamar hitung itu dalam cawan petri yang berisi kapas
basah.
c. Menghitung jumlah
1. Pakailah lensa objektif kecil yaitu dengan perbesaran 10 X.
Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja
mikroskop harus datar sikapnya.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan di bawah
objektif dan fokus mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi itu.
Dengan sendirinya leukosit-leukosit jelas terlihat.
3. Hitung semua leukosit yang ada pada keempat bidang besar.
Perhitungan dimulai dari sudut kiri atas terus ke kanan kemudian
ke bawah dari kanan ke kiri dan ke bawah lagi dari kiri ke kanan.
d. Perhitungan
Dilakukan dengan menjumlahkan seluruh sel yang dihitung pada 4
bidang besar dan kemudian dikalikan dengan 50 sama dengan jumlah
sel darah putih/ leukosit per 1 ul darah.

2.2. Hitung Trombosit


2.2.1. Alat
a) Mikroskop Cahaya
b) Pipet Eritrosit
c) Tisu
d) Kamar Hitung Improved Neubauer
e) Tabung Reaksi
f) Rak Tabung
2.2.2. Bahan
a) Larutan Rees Ecker
b) Darah untuk diperiksa

5
2.2.3. Cara Kerja
a) Isaplah cairan Rees Ecker ke dalam pipet eritrosit sampai garis tanda 1
dan buang lagi
b) Isap darah sampai garis 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai 101, segera
kocok selama 3 menit
c) Teteskan pada kamar hitung, kemudian tutup selama 10 menit dalam
cawan petri
d) Hitung semua trombosit seluruh bidang besar di tengah
e) Jumlah trombosit x 2000 = jumlah trombosit/ul darah.

2.3. Pemeriksaan Widal


2.3.1. Alat
a) Slide putih/objek glass
b) Mikropipet
c) Sentrifuge
d) Yellow tape
e) Batang pengaduk
2.3.2. Bahan
a) Antigen Salmonella typhi O
b) Antigen Salmonella typhi H
c) Antigen Salmonella paratyphi AH
d) Antigen Salmonella paratyphi OH
e) Sampel darah pasien
2.3.3. Cara Kerja
Cara Kualitatif
a. 1 tetes (50 ul) reagen S.typhi dan paratyphi pada plate
b. Tambahkan 50 ul serum darah
c. Campurkan dengan batang pengaduk dan digoyang-goyang slide 1
menit
d. Lihat adanya aglutinasi
Cara kuantitatif
a. Pipet serum 40 ul

6
b. Teteskan 1 tts reagen, lalu Slide digoyang-goyang 1 menit
c. Bila positif ambil lagi serum 20 ul
d. Kerjakan seperti no 2-3 sampai didapatkan hasil negatif
Tambahan :
Slide 40 ul = 1:40
Slide 20 ul = 1:80
Slide 10 ul = 1:160
Slide 5 ul = 1:320
Slide 2,5 ul = 1 : 640

2.4. Pemeriksaan HBsAg


2.4.1. Alat
a) Rapid test HBsAg
b) Pipet plastik
2.4.2. Bahan
a) Serum yang mengandung HBsAg
2.4.3. Cara Kerja
1. Siapkan serum yang mengandung HBsAg, Rapid Test, dan pipet
plastik
2. Buka Rapid Test dan ambil sedikit serum
3. Teteskan sebanyak 2 tetes serum ke bagian Rapid Test, tunggu selama
10-20 menit untuk melihat perubahan warna
4. Amati garis yang terbentuk

2.5. Pemeriksaan HCV Ab


2.5.1. Alat
a) Kit Rapid Test
2.5.2. Bahan
a) Serum pasien positif HIV
2.5.3. Cara Kerja
1. Ambil kit rapid test untuk memeriksa HIV
2. Kemudian buka pembungkus kit rapid test

7
3. Setelah itu ambil kit rapid test
4. Celupkan ke serum orang yang diperiksa selama 15 detik
5. Kemudian diangkat dan lihat tanda garis yang terbentuk
6. Kemudian cacat hasil

8
BAB III
HASIL

3.1.Hitung Leukosit
Jumlah Sel
Bidang 1 34
Bidang 2 31
Bidang 3 29
Bidang 4 21
Total 115
Hasil hitung leukosit = Hasil 4 tiap bidang x 50
= 5750
= leukosit/µL darah

3.2.Hitung Trombosit
Hasil hitung trombosit = jumlah trombosit x 2000
= 162 x 2000
= 324.000 trombosit/uL darah

3.3.Pemeriksaan Widal
Titer Titer Titer Titer
Salmonella Salmonella O Salmonella O Salmonella O
typhi O paratyphi a paratyphi b paratyphi c

1:40   
  
 

1:80

 
 
  
  
 

1:160

 
 
  
  
 

1:320

  
   
 

9
Titer Titer Titer Titer
Salmonella Salmonella H Salmonella H Salmonella H
typhi H paratyphi a paratyphi b paratyphi c
1:40

 
 
 
 
  
 
1:80

 
 
 
 
 
 
 
1:160

 
 
  
  
 
1:320

  
  
  

3.4.Pemeriksaan Hbs Ag dan HCV Ab


Hbs Ag = negatif (-)
HCV Ab = negatif (-)

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hitung Leukosit


Pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan jumlah leukosit
menggunakan metode kamar hitung Improve Neubauer, yang dimana akan
dihitung pada empat kamar hitung. Pada kali ini didapatkan hasil
perhitungan serum leukosit adalah sebanyak 5750 sel/mm3. Serum yang
digunakan adalah serum pria dewasa, dimana nilai normal untuk orang
dewasa adalah 5000-10.000/mm3. Berdasarkan teori tersebut, hasil pada
praktikum kali ini adalah normal.
Bila leukosit dibawah 5.000/mm3 , maka keadaan tersebut dikenal
sebagai leukopenia. Leukopenia dapat disebabkan oleh beberapa penyakit
seperti penyakit imunodifisiensi kongenital, penyakit immunodifisiensi
didapat seperti HIV dan keganasan, orang-orang dengan gizi buruk,
kekurangan B12, serta pada penyakit demam berdarah dengue, demam
tipus, dll. Sedangkan jika nilai leukosit diatas 10.000/mm3 dapat
menandakan terjadinya suatu infeksi baik oleh virus, bakteri, maupun
parasit serta pada penyakit-penyakit hipersensitivitas.1,2

4.2. Hitung Trombosit


Jumlah trombosit normal pada manusia ditemukan adanya perbedaan
di berbagai sumber, ada yang mengatakan bahwa nilai normal trombosit
pada darah berkisar 150.000-450.000/µL darah, dan ada pula sumber yang
mengatakan trombosit normal pada darah berkisar 200.000-500.000/µL
darah. beberapa uji laboratorium yang dapat kita gunakan untuk menilai
kualitas trombosit adalah agregasi trombosit, retensi trombosit, retensi
bekuan, dan antibody anti trombosit. Sedangkan uji laboratorium untuk
menilai kuantitas trombosit adalah masa perdarahan (bleeding time) dan
hitung jumlah trombosit.3
Praktikum kali ini, kami melakukan hitung jumlah trombosit secara
langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase

11
kontras dan mikroskop cahaya, disebut sebagai metode Rees Ecker. Pada
hitung trombosit dengan metode Rees Ecker ini, darah yang digunakan
adalah darah EDTA, EDTA berfungsi sebagai antikoaguan yang mencegah
pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat
menghambat agregasi trombosit. Darah EDTA ini mula-mula diencerkan ke
dalam larutan yang mengadung Brilliantcresyl blue sehingga trombosit
tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung
standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan
mengkilat, berwarna biru muda, lebih kecil dari eritrosit, serta berbentuk
bulat, lonjong, atau koma, yang tersebar atau bergerombol. Cara ini
memiliki kesalahan sebesar 16-25%, cukup subjektif karena penghitungan
dengan mana telanjang dengan bantuan mikroskop cahaya, selain itu faktor
teknik pengambilan sampel menyebabkan trombosit bergerombol sehingga
sulit dihitung serta pengenceran tidak akurat dapat menyebabkan kesalahan
dalam penghitungan.3
Hasil hitung jumlah trombosit yang di dapat pada pengamatan di
bawah mikroskop cahaya, ditemukan 162 sel trombosit. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumus berikut untuk mengetahui jumlah leukosit per
mikroliter darah :
Jumlah trombosit = 162 sel
Jumlah trombosit/µL darah = jumlah trombosit x 200
= 162 x 2000
= 324.000/µL darah
Berdasarkan hasil hitung trombosit diatas, kadar trombosit sample
percobaan masih dalam batas normal, yaitu 324.000/µL darah, yang berkisar
antara 200.000-500.000/µL darah. Seseorang dikatakan trombsitopeni
ringan apabila hitung trombosit berjumlah 100.000-150.000/µL darah, dan
jika lebih dari batas normal atas maka disebut sebagai trombositosis.

12
4.3. Pemeriksaan Widal
Prinsip dari uji widal adalah suspense bakteri yang membawa antigen
akan mengaglutinasi antibodi terhadap Salmonella. Antigen yang digunakan
adalah antigen H yang terletak di flagella, fimbriae, atau fili dan antigen O
yang terletak di lapisan luar tubuh organisme.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya serum aglutinin (H
dan O) pada serum pasien. Praktikum kali ini dilakukan uji widal hanya
menggunakan reagen Salmonella parathypi H, Salmonella parathypi H A,
Salmonella parathypi H B, dan Salmonella parathypi H C dikarenakan
keterbatasan sampel serum. Dari hasil percobaan, yang didapatkan adalah
negatif. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya aglutinasi atau gumpalan
pada campuran serum pasien dan reagen. Namun dapat pula terjadi negative
palsu. Jika hasil uji widal positif maka:
1. Terdapat aglutinasi atau penggumpalan.
2. Peningkatan titer uji widal 4 kali (selama 2-3 minggu): dinyatakan
positif.
3. Titer 1/60: masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan untuk melihat
adanya peningkatan titer.
4. Jika satu kali pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640.
Hasil pemeriksaan juga dapat menjadi positif palsu maupun negatif
palsu. Hasil positif palsu dapat terjadi karena imunisasi dengan antigen
Salmonella, reaksi silang Salmonella dengan Salmonella non tifoid, pernah
mendapat vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain, adanya faktor
rheumatoid. Sedangkan hasil negatif palsu dapat terjadi karena pasien
merupakan carrier tifoid, jumlah bakteri hanya sedikit hingga tidak cukup
memicu produksi antibodi pada host, pasien sudah mendapat terapi
antibiotik sebelumnya, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu
sakit, dan pasien mengalami penyakit imunologi lain.4

13
4.4. Pemeriksaan HbsAg
HBs-Ag (Hepatitis B surface antigen) merupakan antigen permukaan
hepatitis B yang ditemukan pada 4-12 minggu setelah infeksi. Hasil positif
menunjukkan hepatitis B akut (infeksi akut dan kronik). Hbe-Ag ditemukan
setelah 4-12 minggu setelah terinfeksi. Hasil yang positif menunjukkan
tahapan aktif akut (sangat infeksius). Hbc-Ag (antibodi inti hepatitis B)
ditemukan setelah 6 – 14 minggu terinfeksi. Hasil yang positif menujukkan
infeksi yang sudah lampau. Merupakan penanda jangka panjang. HbeAb
antibodi ditemukan 8-16 minggu sesudah terinfeksi, menunjukkan
perbaikan infeksi akut. Hasil positif antibodi HBs-Ab terhadap antigen
permukaan hepatitis B, terjadi setelah 2-10 bulan infeksi. Menunjukkan
pasien sebelumnya telah terinfeksi/terpapar hepatitis B tetapi tidak
ditemukan pada tipe hepatitis yang lain. Merupakan indikator perbaikan
klinik, juga dapat ditemui pada individu yang telah berhasil diimunisasi
dengan vaksin hepatitis B.
HBsAg merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan
serum atau plasma yang bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam
serum atau membran plasma yang dilapisi dengan anti HBsAg antibodi pada
daerah garis test. Selama proses pemeriksaan, sampel serum atau plasma
bereaksi dengan partikel yang ditutupi dengan anti HBsAg antibodi,
campuran tersebut akan meresap sepanjang membrane kromatografi dengan
anti HBsAg, anti pada membrane dan menghasilkan suatu hasil positif pada
daerah test, jika tidak menghasilkan garis yang berwarna pada daerah test
menunjukan hasil yang negatif. Pemeriksaan HBsAg berguna untuk
diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun
epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan
pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat
untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus
B atau superinfeksi dengan virus lain.5
Pada praktikum yang telah kami lakukan diperoleh hasil negatif
palsu dengan terbentuknya 1 garis kontrol. Seharusnya hasilnya positif
karena serum yang dipakai pada praktikum ini adalah serum yang positif

14
mengandung HBsAg. Hal ini dapat disebabkan oleh karena rapid test yang
kami gunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak sensitif lagi dalam membaca
hasil HBsAg. HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif
menunjukkan infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti
HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis
dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe
positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi
rendah.

4.5. Pemeriksaan HCV Ab


Pada praktikum ini digunakan rapid test HIV untuk memeriksa
pasien. Rapid test HIV merupakan test yang digunakan untuk mendeteksi
antibodi pada seseorang yang menderita HIV. Rapid test ini memiliki
banyak keuntungan yaitu :
 Sensifitas 99%
 Spesifitas 99%
 Memerulkan peralatan laboratorium yang sedikit
 Tidak membutuhkan banyak tenaga listrik dan air
 Mudah dilakukan
 Mudah diinterpretasikan
 Cepat (<30 menit)
 Mudah disimpan, disimpan pada suhu ruangan hingga beberapa minggu
 Waktu penyimpanan hingga 12 bulan
 Dapat dilakukan banyak pemeriksaan dalam waktu singkat

15
Gambar 1. Rapid Test HIV6

Walaupun memiliki banyak keuntungan, pemeriksaan ini hanya


dapat dilakukan jika antibodi sudah terbentuk. Pada fase awal infeksi virus
HIV tidak didapatkan hasil yang benar untuk pemeriksaan ini. Rapid test
sebaiknya dilakukan dengan dengan cara yang baik. Pre consuling dan post
consuling untuk pemeriksaan ini sangatlah penting untuk pasien dengan
infeksi HIV. 6
Pada praktikum ini didapatkan hasil negatif dari sampel. Hal ini
dapat dikarenakan kit rapid test yang sudah kadaluarsa. Interpretasi virus
HIV didapatkan dari munculnya garis kontrol dan garis pada antibodi HIV.
Hasil positif didapatkan jika garis kontrol dan garis antibodi HIV muncul.
Hasil negatif didapatkan jika garis kontrol muncul dan garis antibodi HIV
tidak muncul. Pada praktikum ini hanya muncul garis kontrol, namun hasil
ini dapat diragukan karena kid rapid test sudah kadaluarsa sejak tahun 2014.

16
Tabel 1. Alur Pemeriksaan HIV7

17
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Hitung Leukosit


Hasil hitung leukosit darah sampel pada praktikum ini masih dalam
batas normal yaitu 5.750/µL darah.

5.2. Hitung Trombosit


Hasil hitung trombosit darah sampel pada praktikum ini masih dalam
batas normal yaitu 324.000/µL darah.

5.3. Pemeriksaan Widal


Dari hasil uji widal menggunakan reagen Salmonella parathypi H,
Salmonella parathypi H A, Salmonella parathypi H B, dan Salmonella
parathypi H C didapatkan hasil negatif. Namun negatif palsu juga dapat
terjadi jika pasien merupakan carrier tifoid, jumlah bakteri hanya sedikit
hingga tidak cukup memicu produksi antibodi pada host, pasien sudah
mendapat terapi antibiotik sebelumnya, waktu pengambilan darah kurang
dari 1 minggu sakit, dan pasien mengalami penyakit imunologi lain.

5.4. Pemeriksaan HbsAg


Pada praktikum ini didapatkan bahwa hasil rapid tes HBsAg negatif
palsu karena alat rapid test yang sudah kadaluarsa.

5.5. Pemeriksaan HCVAb


Pada praktikum ini didapatkan hasil Negatif dari sampel dikarenakan
kit rapid test yang sudah kadaluarsa.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Turgeon, Mary Louise.Clinical Hematology – Theories and Procedures.


Maryland: Lippincott Williams & Wilkins. 2011.
2. Kee, Joyce LeFever. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik,
Edisi 6, EGC, Jakarta. 2007.
3. Kee, LeFever J. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. 6th
ed. EGC: Jakarta; 2007
4. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
2009.
5. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2011.
6. WHO. Rapid Hiv Tests:Guidelines For Use In Hiv Testing And
Counselling Services In Resource-Constrained Settings. 2004.
7. WHO. HIV Assays Operational Characteristics. 2013.

19
Lampiran

a. Hitung Leukosit

b. Hitung Trombosit

20
c. Pemeriksaan Widal

21
d. Pemeriksaan HbsAg

22
e. Pemeriksaan HCVAb

23

Anda mungkin juga menyukai