Sistem saraf otonom (ANS) dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi
parasimpatis. Biasanya kedua sistem ini aktif secara bersamaan. Mereka
memperlihatkan tingkat aktivitas yang disebut tonus otonom. Keseimbangan antara
tonus simpatik dan parasimpatik berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Divisi parasimpatis mendominasi selama kondisi istirahat dan tidur (“rest and digest”),
karena memiliki efek menenangkan pada banyak fungsi tubuh. Hal ini terkait dengan
pengurangan pengeluaran energi
dan perawatan tubuh normal,seperti fungsi pencernaan dan eliminasi zat-zat ekskresi.
Dominasi parasimpatis juga terjadi pada kondisi yang disebut SLUDD (Salivation,
Lacrimation, Urination, Digestion, Defecation).
Sedangkan selama stress dan “E” situation (Exercise, Emergency, Excitement,
Embrassement) divisi simpatis lebih mendominasi. Walter Cannon mengistilahkan
aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or flight karena aktivitas simpatis ini
mendominasi disaat kita harus menyerang, mempertahankan diri atau melarikan diri
terhadap situasi yang membahayakan.
Emm, karena judulnya Fight or Flight, jadi kita bahas yang divisi simpatisnya aja ^^
Pertama tentang neurotransmitternya (NTs) :
1. Dilatasi pupil
2. Konstriksi pembuluh darah keginjal, kulit dan GIT
3. Dilatasi pembuluh darah ke otot skelet, jantung, paru,hepar, jaringan adiposa,
dan otak.
4. Meningkatnya denyut jantung, kontraksi otot jantung lebih kuat
5. Meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya cardiac output (karena
naiknya Heart rate dan Stroke Volume), resistensi perifer dan retensi air oleh
ginjal
6. Dilatasi jalan nafas yang mempercepat inhalasi dan ekshalasi (meningkatkan
frekuensi pernapasan)
7. Meningkatnya glicogenolysis oleh sel hepar dan lipolysis oleh sel adiposa
sehingga kadar glukosa darah meningkat.
Tahap kedua : Reaksi Resistensi
-Diinisiasi oleh hormon-hormon yang disekresi oleh hypothalamus yaitu CRH, GHRH dan
TRH
-GHRH merangsang hGH dikeluarkan dari adenohypofisis → liver mensekresi IGFs yang
akan menstimulasi lipolysis dan glicogenolysis
Sumber-sumber dalam tubuh mungkin sangat rendah sehingga tubuh tidak bisa
mempertahankan tahap resistensi, maka bisa terjadilah kelelahan. Pajanan yang terlalu
lama terhadap kortisol pada reaksi resistensi menyebabkan meningkatnya kerusakan
jaringan otot, ↑ tekanan darah, cardiac aritmia, atherogenesis menekan sistem imun,
ulkus di GIT, gastritis, depresi dan , gagalnya sel-sel β pankreas yang bisa menyebabkan
diabetes. Orang-orang yang sering stress memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita penyakit kronis.
Berikut ini adalah tugas yang dijalankan oleh hormon kortisol pada tubuh manusia: