Anda di halaman 1dari 3

Fight or Flight Response

Sistem saraf otonom (ANS) dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi
parasimpatis. Biasanya kedua sistem ini aktif secara bersamaan. Mereka
memperlihatkan tingkat aktivitas yang disebut tonus otonom. Keseimbangan antara
tonus simpatik dan parasimpatik berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Divisi parasimpatis mendominasi selama kondisi istirahat dan tidur (“rest and digest”),
karena memiliki efek menenangkan pada banyak fungsi tubuh. Hal ini terkait dengan
pengurangan pengeluaran energi
dan perawatan tubuh normal,seperti fungsi pencernaan dan eliminasi zat-zat ekskresi.
Dominasi parasimpatis juga terjadi pada kondisi  yang disebut SLUDD (Salivation,
Lacrimation, Urination, Digestion, Defecation).
Sedangkan selama stress dan “E” situation (Exercise, Emergency, Excitement,
Embrassement) divisi simpatis lebih mendominasi. Walter Cannon mengistilahkan
aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or flight karena aktivitas simpatis ini
mendominasi disaat kita harus menyerang, mempertahankan diri atau melarikan diri
terhadap situasi yang membahayakan.
Emm, karena judulnya Fight or Flight, jadi kita bahas yang divisi simpatisnya aja ^^
Pertama tentang  neurotransmitternya (NTs) :

 Serat preganglionik simpatis mengeluarkan NTs Acetylcholin (disebut serat


kolinergik.) Sedangkan serat postganglionicnya mengeluarkan Norepinephrine /
Epinephrine (disebut serat adrenegrik).
 NE memiliki afinitas yang lebih kuat pada reseptor adrenegrik α.
 Epinephrine bisa berikatan pada reseptor adrenegrik α maupun β, tapi afinitasnya
lebih besar untuk reseptor β.
 Reseptor adrenegrik α mendorong vasokonstriksi, sedangkan β mendorong
vasodilatasi.
 lebih banyak reseptor β daripada α Pada otot skelet (β2) dan jantung (β1)
sehingga saat terjadi aktivasi simpatis dimana E dan NE dikeluarkan akan
memacu dilatasi pembuluh darah yang ke otot skelet dan jantung.
 Sedangkan pada jaringan yang lain reseptor α > β sehinnga memicu
vasokonstriksi.
Lanjut.. kita bahas tentang stress yang merupakan salah satu kondisi yang didominasi
oleh saraf simpatis ^^

 Stress = reaksi fisiologis terhadap persepsi dari peristiwa yang mengancam


 Stressor = stimulus apapun yang menghasilkan respon stress (eg : panas, dingin,
racun,toxin bakteri, perdarahan hebat, atau reaksi emosional yang kuat seperti
marah, takut)
 Stress response = reaksi individu terhadap stressor. Respon terhadap stressor ini
bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan juga bervariasi pada setiap
orang. Stress response ini dikontrol utamanya oleh hypothalamus. Jika stress
tersebut extreme, tidak biasa dan berlangsung lama maka mungkin mekanisme
homeostasis tubuh tidak bisa mengatasi stress sehingga bisa trjadi perubahan
dalam tubuh individu.

Menurut Tortora, respons stress ini dibagi jadi 3 tahap :

Pertama : Response Fight or Flight


impuls saraf dari hypothalamus akan disampaikan ke divisi simpatis untuk secara
langsung menimbulkam beberapa efek pada organ target atau secara tidak langsung
dengan merangsang medulla adrenal mengeluarkan Epinephrine (>90%) dan
Norepinephrine (>10%) yang juga akan berpengaruh pada organ target. Efek-efek yang
timbul dari aktivitas simpatis:

1. Dilatasi pupil
2. Konstriksi pembuluh darah keginjal, kulit dan GIT
3. Dilatasi pembuluh darah ke otot skelet, jantung, paru,hepar, jaringan adiposa,
dan otak.
4. Meningkatnya denyut jantung, kontraksi otot jantung lebih kuat
5. Meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya cardiac output (karena
naiknya Heart rate dan Stroke Volume), resistensi perifer dan retensi air oleh
ginjal
6. Dilatasi jalan nafas yang mempercepat inhalasi dan ekshalasi (meningkatkan
frekuensi pernapasan)
7. Meningkatnya glicogenolysis oleh sel hepar dan lipolysis oleh sel adiposa
sehingga kadar glukosa darah meningkat.
Tahap kedua : Reaksi Resistensi

-Diinisiasi oleh hormon-hormon yang disekresi oleh hypothalamus yaitu CRH, GHRH dan
TRH

-CRH merangsang ACTH dikeluarkan dari adenohipofisis → cortex adrenal mensekresi


kortisol yang punya efek : Gluconeogenesis, lipolysis, ↑ katabolisme protein (sehingga
tersedia bahan bakar untuk menghasilkan energi), ↑ aliran darah dan mengurangi
inflamasi.

-GHRH merangsang hGH dikeluarkan dari adenohypofisis → liver mensekresi IGFs yang
akan menstimulasi lipolysis dan glicogenolysis

-TSH menstimulasi gland thyroid mensekresi T3 dan T4 → meningkatkan penggunaan


glukosa untuk menghasilkan ATP.
Tahap ini membantu tubuh melanjutkan “pertarungan” melawan stressor lebih lama
setelah respons fiht or flight hilang.

Tahap ketiga : Kelelahan (Exhaustion)

Sumber-sumber dalam tubuh mungkin sangat rendah sehingga tubuh tidak bisa
mempertahankan tahap resistensi, maka bisa terjadilah kelelahan. Pajanan yang terlalu
lama terhadap kortisol pada reaksi resistensi menyebabkan meningkatnya kerusakan
jaringan otot,  ↑ tekanan darah, cardiac aritmia, atherogenesis menekan sistem imun,
ulkus di GIT, gastritis, depresi dan , gagalnya sel-sel β pankreas yang bisa menyebabkan
diabetes. Orang-orang yang sering stress memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita penyakit kronis.

Berikut ini adalah tugas yang dijalankan oleh hormon kortisol pada tubuh manusia:

 Mempengaruhi pembentukan ingatan.

 Melawan peradangan dalam tubuh.

 Mengendalikan keseimbangan garam dan air dalam tubuh.


 Mengatur kadar gula darah.

 Menyesuaikan tekanan darah dengan kondisi tubuh.

 Membantu perkembangan janin pada ibu ham

Anda mungkin juga menyukai