berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Esophagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung. Pada kedua ujung esophagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus membentuk sfinter esophagus bagian atas dan terdiri atas serabut- serabut otot rangka. • Bagian esophagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada waktu menelan. Sfingter esophagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esophagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu berdahak atau muntah. 1. Akalasia merupakan suatu gangguan motilitas primer esofagus yang ditandai oleh kegagalan sfingter esofagus bagian distal yang hipertonik untuk berelaksasi pada waktu menelan makanan dan hilangnya peristalsis esofagus. Kelainan ini menyebabkan obstruksi fungsional dari batas esofagus dan lambung. Akibatnya, terjadi stasis makanan dan selanjutnya timbul dilatasi esofagus. • . ETIOLOGI. Etiologi dari akalasia tidak diketahui secara pasti. Tetapi, terdapat bukti bahwa degenerasi plexus Auerbach menyebabkan kehilangan pengaturan neurologis. Beberapa teori yang berkembang berhubungan dengan gangguan autoimun, penyakit infeksi atau kedua- duanya. Menurut etiologinya, akalasia dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :(a. Akalasia primer (yang paling sering ditemukan). Penyebab yang jelas tidak diketahui. Diduga disebabkan oleh virus neurotropik yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia mienterikus pada esofagus, faktor keturunan juga cukup berpengaruh pada kelainan ini. b. Akalasia sekunder (jarang ditemukan). Kelainan ini dapat disebabkan oleh infeksi, tumor intraluminer seperti tumor kardia atau pendorongan ekstraluminer seperti pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat disebabkan oleh obat antikolinergik atau pascavagotomi. . Patofisiologi. 1. Neuropatologi. Beberapa macam kelainan patologi dari akalasia telah banyak dikemukakan. Beberapa dari perubahan ini mungkin primer (misal: hilangnya sel-sel ganglion dan inflamasi mienterikus), dimana yang lainnya (misal : perubahan degeneratif dari n. vagus dan nukleus motoris dorsalis dari n. vagus, ataupun kelaianan otot dan mukosa) biasanya merupakan penyebab sekunder dari stasis dan obstruksi esofagus yang lama. . Kelainan pada Innervasi Ekstrinsik Saraf eferen dari n. vagus, dengan badan-badan selnya di nukleus motoris dorsalis, menstimulasi relaksasi dari LES dan gerakan peristaltik yang merupakan respon dari proses menelan. Dengan mikroskop cahaya, serabut saraf vagus terlihat normal pada pasien akalasia. Namun demikian, dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan adanya degenerasi Wallerian dari n. vagus dengan disintegrasi dari perubahan aksoplasma pada sel-sel Schwann dan degenarasi dari sehlbung myeh’n, yang merupakan perubahan-perubahan yang serupa dengan percobaan transeksi saraf. Kelainan pada Innervasi Intrinsik. Neuron nitrergik pada pleksus mienterikus menstimulasi inhibisi disepanjang badan esofagus dan LES yang timbul pada proses menelan. Inhibisi ini penting untuk menghasilkan peningkatah kontraksi yang stabil sepanjang esofagus, dimana menghasilkan gerakan peristaltik dan relaksasi dari LES. Pada akalasia, sistem saraf inhibitor intrinsik dari esofagus menjadi rusak yang disertai inflamasi dan hilangnya sel-sel ganglion di sepanjang pleksus mienterikus Auerbach. . Kelainan Otot Polos Esofagus. Pada muskularis propria, khususnya pada otot polos sirkuler biasanya menebal pada pasien akalasia. Goldblum mengemukakan secara mendetail beberapa kelainan otot pada pasien akalasia setelah proses esofagektomi. Hipertrofi otot muncul pada semua kasus, dan 79% dari specimen memberikan bukti adanya degenerasi otot yang biasanya melibatkan fibrosis tapi tennasuk juga nekrosis likuefaktif, perubahan vakuolar, dan kalsifikasi distrofik. Disebutkan juga bahwa perubahan degeneratif disebabkan oleh otot yang memperbesar suplai darahnya oleh karena obstruksi yang lama dan dilatasi esofagus. Kemungkinan lain menyebutkan bahwa hipertrofi otot merupakan reaksi dari hilangnya persarafan. . Kelainan pada Mukosa Esofagus. Kelainan mukosa, di perkirakan akibat sekunder dari statis luminal kronik yang telah digambarkan pada akalasia. Pada semua kasus, mukosa skuamosa dari penderita akalasia menandakan hiperplasia dengan papillamatosis dan hiperplasia sel basal. Rangkaian p53 pada mukosa skuamosa dan sel CD3+ selalu melebihi sel CD20+, situasi ini signifikan dengan inflamasi kronik, yang kemungkinan berhubungan dengan tingginya resiko karsinoma sel skuamosa pada pasien akalasia. Kelainan Otot Skelet. Fungsi otot skelet pada proksimal esofagus dan spingter esofagus atas terganggu pada pasien akalasia. Meskipun peristaltik pada otot skelet normal tetapi amplitude kontraksi peristaltik mengecil. Massey dkk. juga melaporkan bahwa refleks sendawa juga terganggu. Ini menyebabkan esofagus berdilatasi secara masif dan obstruksi jalan napas akut. . Kelainan Neurofisiologik. Pada esofagus yang sehat, neuron kolinergik eksftatori melepaskan asetilkolin menyebabkan kontraksi otot dan meningkatkan tonus LES, dimana inhibisi neuron NO/VIP memediasi inhibisi sehingga mengbambat respon menelan sepanjang esofagus, yang menghasilkan gerakan peristaltik dan relaksasi LES. Kunci kelainan dari akalasia adalah kerusakan dari neuron inhibitor postganglionik dari otot sikuler LES. 2. Hernia Hiatal Hernia Hiatal adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma, dari posisinya yang normal di dalam perut. Diafragma adalah lembaran otot yang digunakan untuk bernafas, yang merupakan pembatas antara dada dan perut. Pada hernia hiatal paraesofageal, perbatasan antara kerongkongan dan lambung berada dalam tempat yang normal yaitu di bawah diafragma, tetapi bagian dari lambung ada yang terdorong ke atas diafragma dan terletak di samping kerongkongan. Akibat dari kelainan ini bisa terjadi regurgitasi asam lambung. PENYEBAB Penyebab hernia hiatal biasanya tidak diketahui, tetapi bisa terjadi karena adanya kelamahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya hernia hiatal pada dewasa adalah: - pertambahan usia - kegemukan - merokok. Pada anak-anak, hernia hiatal biasanya merupakan suatu cacat bawaan. Hernia hiatal pada bayi biasanya disertai dengan refluks gastroesofageal. GEJALA Penderita sliding hernia hiatal mencapai lebih dari 40% orang, tetapi kebanyakan tanpa gejala. Gejala yang terjadi biasanya ringan. Hernia hiatal paraesofageal umumnya tidak menyebabkan gejala. Tetapi bagian yang menonjol ini bisa terperangkap atau terjepit di diafragma dan mengalami kekurangan darah. Bila keadaannya serius dan timbul nyeri, disebut penjeratan (strangulasi), yang membutuhkan pembedahan darurat. Kadang terjadi perdarahan mikroskopis atau perdarahan berat dari lapisan hernia, yang bisa terjadi pada kedua jenis hernia hiatal tersebut. PATOFISIOLOGI Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam kanalis fenoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadimnya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multirasa, obesitas dan degerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi. Herniorafi pada hernia ingunalis, terutama yang memakai tehnik Bassini atau shoul dice yang menyebabkan, fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergesar ke ventrokranial sehingga dan liga mentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femopalis lebih luas. Komplikasi yang paling sering timbul adalah strangulasi dengan segala akibatnya. Hernia femoralis keluar disebelah kahlah ligamentum inguinale pada fosa ovalis kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar tertama bila merupakan Hernia Richter Perkembangan hernia a. Penonjolan jaringan preperitoneal kedalam kronalis femoralis b. Penonjolan lebih besar diikuti permulaan hernia c. Hernia femoralis dengan “lipoma” preperitoneal d. Lipoma dengan hernia membelok kekranial setelah keluar dari fosa ovalis e. Lipoma terletak cranial dari ligamentum inguinale TUMOR ESOPHAGUS Pendahuluan Karsinoma esofagus secara umum merupakan tumor yang sangat agresif dengan prognosis yang buruk. Biasanya tumor ini ditemukan dalam stadium lanjut dimana penyembuhan sudah sulit dilakukan.1 Dengan kemajuan dibidang endoskopi dan teknik pencitraan, tumor esofagus dapat ditemukan sejak dini, sehingga dapat dilakukan tindakan kuratif. Reseksi esofagus masih merupakan pilihan utama penanganan karsinoma esofagus. Beberapa tahun terakhir, dengan perbaikan standar teknik operasi dan perawatan perioperatif, angka morbiditas dan mortalitas operasi karsinoma esofagus telah menurun. Angka kesembuhan meningkat, dan apabila tidak mungkin disembuhkan lagi dapat diberikan terapi paliatif yang berkualitas.2 Etiologi Penyebab pasti dari karsinoma esofagus belum jelas. Beberapa peneliti menduga bahwa faktor lingkungan mempengaruhi epidemiologi karsinoma ini. Dimana perpindahan dari daerah insiden rendah ke daerah insiden tinggi meningkatkan frekwensi, sebaliknya perpindahan dari daerah insiden tinggi ke daerah insiden rendah mengurangi resikonya, terutama pada usia muda. Diantara faktor-faktor tersebut penggunaan alkohol, perokok berat dan esofagitis memegang peranan penting. Dua faktor pertama, alkohol dan merokok, bila terdapat pada seorang individu akan sangat meningkatkan resiko karsinoma esofagus hingga 40 kali lipat. Efek dari bahan karsinogenik seperti nitrosamin, debu silika dan malnutrisi tidak semuanya memberikan banyak kontribusi. Bukti epidemiologik meyakinkan bahwa setiap kelaianan yang mengganggu struktur esofagus, fungsinya dan menyebabkan rangsangan kronik mukosa merupakan faktor predisposisi individual untuk karsinoma, diperkirakan karena proses regenerasi-reparatif merupakanlingkungan yang optimum untuk timbulnya karsinoma.Beberapa keadaan yang merupakan lesi premaligna adalah: Barret’s esofagus, Akalasia, Esofagitis kronis, tylosis, plummer vincent syndrome dan striktur kaustik. GASTRITIS: Peradangan mukosa lambung.diakibatkan : 1. Makanan yang mengiritasi mukosa lambung 2. Ekskoriasi mukosa lambung yg berlebihan oleh sekret peptik lambung sendiri 3. Peradangan bakteri 4. Iritasi mukosa oleh alkohol Mukosa yg radang pada gastritis sering menimbulkan rasa nyeri, perasaan nyeri terbakar yg dialihkan ke epigastrium bagian atas. Reflek-reflek yg dimulai pada mukosa lambung menyebabkan kelenjar saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar udara terkumpul dalam lambung , pasien sering bertahak , perasaan terbakar sering terjadi pada tenggorokan setiap kali bertahak. 2. Atrofi lambung: Pada penderita gastritis kronis, lambat laun mukosa menjadi atrofi sampai hanya sedikit atau tidak ada aktifitas glandula gastrika yg tertinggal. Gg. Infeksi umum; Diare: Akibat dari pergerakan feses yg cepat melalui usus halus. Penyebab utama diare : infeksi pada saluran cerna ( enteritis) Pada diare infeksiosa , infeksi paling luas pd usus besar ujung distal ileum. Dimana infeksi terjadi mukosa sangat teriritasi.dan kecepatan sekresi sangat bertambah, pergerakan dinding usus biasanya meningkat banyak sekali, akibatnya sejumlah besar cairan disediakan untuk membersihkan agen infeksi ke arah anus, Pada saat yg sama pergerakan yg kuat mendorong cairan ke depan. Dasar pengobatan: mengganti cairan dan elektrolit secepat kehilangannya.
Penyakit inflamasi usus:
Penyakit Crohn:disebut Crohn”s Disease: Penyakit inflamasi seumur hidup ada luka yg mendalam disebut ulkus. Penyebab: Pasti belum diketahui, Auto imun (jaringan tubuh yg sehat diserang oleh antibodi tubuh sendiri) Faktor2 yg berperan dalam penyakit Crohn: 1. Gen dan riwayat keluarga (bangsa Yahudi risiko ) 2. Faktor lingkungan 3. Merokok 4. Kecenderungan tubuh untuk bereaksi berlebih thd bakteri normal Gejala: 1. Nyeri perut dan diare kadang dgn darah Diare 10 sd 20 x sehari 2. Kehilangan BB 3. Sariawan 4. Penyumbatan usus Tanda: 1. Merasa lemas 2. Denyut nadi cepat dan lemah 3. Sakit perut yg parah 4. Demam / menggigil Test diagnosa: 1. Barium enema 2. Colonoscopy/ sigmoidoscopy 3. Computed tomography (CT scan) perut 4. Endoscopy 5. Magnetic Resonance imaging (MRI) perut 6. Enteroscopy Penanganan: 1. OR 2. Makan makanan yg sehat 3. Tidak merokok 4. Anti diare 5.Obat2 : membantu mengontrol peradangan dalam usus dan menyembuhakan jaringan yg rusak. Diet dan nutrisi: Penyakit ini membuat tubuh sulit menyerap nutrisi dari makanan, fokus diet makanan tinggi protein, cukup kalori . Makanan peringan gejala: 1. Makan dalam jumlah kecil 2. Minum banyak air dalam jumlah kecil h 3. Hindari makanan tinggi serat 4. Hindari makanan berminyak, lemak, gorengan, saus 5.Batasi produk susu 6. Hindari makanan penyebab gas KARSINOMA ESOPHAGUS • DASAR DASAR DIAGNOSIS • 1.Dysphagia yang progresif.2.Penurunan berat badan yang progresif 3.Radiologis klasik : gambaran mukosa irreguler dengan penyempitan. • PENEMUAN KLINIS • A.TANDA DAN GEJALA :•Dysphagia – gejala paling menonjol.Mulanya makanan padat kemudian makanan cair.•Kehilangan BB; lemah ; anemia.•Nyeri- pada 30% kasus, yang berhubungan denganmenelan.•Regurgitasi dan sering disertai aspirasi ( terutama wkt malam saat tidur ).•Batuk pada saat menelan – kemungkinan terdapat • PEMERIKSAAN “IMAGING”•Ro thorax : • –Pneumonitis, –Pleural effusion, –Kolom udara dalam esophagus yang dlm keadaan normaltidak tampak, bisa terlihat pada plain foto atau tampat adanyaair-fluid level. • •Barium-swallow / Ba followthrough: • –Penyempitan lumen esophagus pada tempat lesi, dan dilatasipada bagian proksimal. –Tumor tampak sebagai massa yang irreguler dengan besar dan panjang bervariasi, pada tepi atas tampak sedikithorizontal dan memberi gambaran seperti “shelf” ( rak ) • •Esophagoscopy + biopsi, memberikan diagnosis 95%•Bronchoscopy – dilakukan karena tumor pada bagianatas dan tengah esophagus dapat menginvasi trachea • KOMPLIKASI • •Ca-esoph. Jarang mengakibatkan perdarahan yangmasif, tapi perdarahan-perdarahan kecil- • anemia.•Invasi tumor pada organ-organ mediastinum : trachea,bronchus utama, pericardium- • perdarahan masif,obstruksi trachea, disritmia jantung.•Fistula antara esophagus dan trachea- • Pneumonitis aspirasi, bronchitis purulent, abses paru. • PENGOBATAN • •Pembedahan : • –Reseksi tumor diikuti dengan rekonstruksi : anastomosis antaraesoph.proksimal dengan saluran yang dibuat dari gaster ( palingsering ), dari kolon atau yeyunum. • •Radioterapi : • –Dengan radiasi lengkap 4500 - 6000 rad – 5 ysr – 20%. • •Chemoterapy ( sering digabung denga Radioterapy ). KARSINOMA GASTER: • ETIOLOGI • •Penyebab pasti belum diketahui.•Faktor- faktor yang dihubungkan : • –Diit rendah serat –Makanan terlalu asin –Makanan pedas atau asam – Alkohol –Tukak lambung –Gastritis atrofikan –Anemia pernisiosa • Gejala: • Gejala awal biasanya tidak jelas adalah: perut terasa penuh dan berat setelah makan, tapi tidak sakit;•Anoreksia terjadi awal, dan bisa sangat menonjol.•BB turun•Muntah, bila terdapat obstruksi pylorus. Dysphagia – bila terdapat di daerah cardia.•Pada pemeriksaan teraba adanya masa epigastrium – pada ¾kasus.•Hepatomegali – 10% kasus.•Feses : bisa occult blood dan sebagian bisa melena.•Metastase ke leher melalui duktus thorasikus
•Pada RT: bisa teraba masa solid anterior rectum –
•Pembesaran ovarium ( Krukenberg tumor ) – ok metastasis intraperitoneal,•Penyebaran lanjut dapat terjadi ke liver, paru dan otak. • TERAPI • Kuratif • : operasi radikal: gastrectomy ( subtotal / total) • Paliatif • : pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah , atau by-pass.• • Kemoterapi • : –Untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau diangkat radikal –Dengan sitostatika kombinasi – perbaikan 30-40%untuk 2 -4 bulan. –5 FU, adriamisin mitomisin. Karsinoma colon dan rectum: Tumor berupa massa polipoid besar yang tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas kesekitar usus . Etiologi: Pastinya belum diketahui tapi predisposisinya: kolitis ulseratif. ( polip kolon ttt), kebiasaan makan tinggi karbohidrat rendah serat, hal ini megakibatkan perubahan pada flora feses dan degradasi garam –garam empedu Atau hasil pemecahan protein dan lemak yang bersifat karsinogenik.diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yg berpotensi karsinogenik, masa transisi feses meningkat, kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus lebih lama. Gejala klinis: 1. Perubahan kebiasaan defekasi 2. Perdarahan 3. nyeri 4. Anemia 5. Anoreksia 6. Penurunan BB Karsinoma kolon kiri dan rectum: Terdapat perubahan defekasi akibat iritasi dan respon refleks, diare, nyeri kejang, kembung, obstruksi krn lesi kolon kiri cenderung melingkar . Feces dapat berbentuk pita dan berbentuk kecil-kecil. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan tumor pada Sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau perineum. Haemoroid, nteri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul akibat tekanan pada organ tersebut. Karsinoma colon kanan : Isi kolon berisi cairan, cenderung tersamar , mukus jarang terlihat karena tercampur dalam feces. Apendicitis: Radang pada apendic vermiformis mengenai semua lapisan dinding organ tsb.(sisa apendiks sekum yg pada manusia fs. Masih belum diketahui) Patogenesis: posisi normal apendiks terletak pada dd. abdomen dibawah titik Mc. Burney( menarik garis dari spina iliaka superior kanan umbilikus. Titik tengah garis merupakan tempat pangkal apendiks. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen oleh fekolit ( feces keras) Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakan , infeksi dan ulserasi. Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end artery apendikularis. Bila berlangsung lama mengakibatkan nekrosis, gangren, dan perforasi. Gambaran klinis: Nyeri, perasaan tak enak sekitar umbilikus Anoreksia, nausea, muntah.gejala ini berlangsung 1 sd 2 hari, dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan nyeri tekan sekitar titik mc. Burney, spasme otot dan nyeri lepas, demam ringan,leukosistosis. Pengobatan: pembedahan. PERITONITIS; Peradangan peritonium, komplikasi akibat penyebaran ifeksi organ-organ abdomen: apendicitis, salphingitis, ruptur sal. Pencernaan, luka tembus peritoneum. Organisme yg menginfeksi : dari dalam : organisme yg hidup dalam kolon, dari luar yaitu: stafilokokuk dan streptokokuk. Tanda: 1. Eksudat fibrinosa , kantong nanah terbentuk diantara perlekatan fibrosa, dapat mengakibatkan obstruksi usus.bila peritonitis berlanjut aktifitas peristaltik berkurang timbul ileus paralitik, usus atoni, meregang, cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus , Menyebabkan dehidrasi, shock, gg. Sirkulasi dan oliguri. Gejala; 1.sakit perut terus menerud 2. Muntah 3. Abdomen yang tegang 4. Kaku 5. Demam 6. leukositosis.