Anda di halaman 1dari 33

Presentasi Referat

PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT
Oleh :
Siti Nurdianti/1102014253
Pembimbing :
Letkol CKM dr.Rifardi Rifiar, Sp,OG
PENDAHULUAN
 Bayi kecil masa kehamilan merupakan masalah tersering
dengan morbiditas dan mortalitas neonatus terutama di negara
berkembang. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga
small for gestational age (SGA) sering disamakan dengan bayi
dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau intrauterine
growth restriction (IUGR).

 Sekitar dua per tiga PJT berasal dari kelompok kehamilan yang
berisiko tinggi, misalnya hipertensi, perdarahan antepartum,
penderita penyakit jantung, dan kehamilan multipel
sedangkan sepertiga lainnya berasal dari kelompok kehamilan
tidak mempunyai risiko
 Pertumbuhan janin terhambat merupakan salah satu
penyumbang angka mortalitas dan morbiditas
nenoatus, sehingga dibutuhkan penegakan diagnosis
yang akurat dan penatalaksanaan yang sesuai.
Pedoman pengelolaan kehamilan dengan
pertumbuhan janin terhambat ini diharapkan dapat
digunakan dan menjadi standar operasional Rumah
Sakit di seluruh Indonesia.
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah suatu keadaan yang dialami
oleh janin yang mempunyai berat badan di bawah batasan tertentu dari
umur kehamilannya.

Secara definisi, PJT adalah janin yang berat badannya sama atau kurang
dari 10 persentil yang tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal
karena terhambat oleh faktor maternal, fetal atau plasenta.

Ada klinisi yang menggunakan titik potong (cut-off point) 5 persentil,


ataupun 2 Standar deviasi (SD) (kurang lebih 3 persentil).

Selain melalui berat badan beberapa mendefinisikan dengan lingkar perut


kurang atau sama dengan 5 persentil atau femur lenght (FL)/ abdominal
circumference (AC) > 24
Faktor Resiko
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan
faktor risiko dan ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan
umur kehamilan.

Beberapa faktor risiko PJT antara lain


• lingkungan sosio-ekonomi rendah,
• adanya riwayat PJT dalam keluarga,
• riwayat obstetri yang buruk,
• berat badan sebelum dan selama kehamilan yang
rendah.
Faktor risiko yang dapat dideteksi
sebelum kehamilan antara lain ada
riwayat PJT sebelumnya,

riwayat penyakit kronis,

riwayat Antiphsopholipid syndrome (APS),

indeks massa tubuh yang rendah, dan

keadaan hipoksia maternal.


 Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan
antara lain :
Peningkatan kadar MSAFP/hCG,

Riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti coumarin dan hydantoin,

Perdarahan pervaginam,

Kelainan plasenta,

Partus prematur,

Kehamilan ganda dan

Kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan.


Klasifikasi

Tipe I (pertumbuhan janin terhambat simetris)

Tipe II (pertumbuhan janin terhambat asimetris)

Tipe kombinasi
Etiologi

Faktor Plasenta
• Infark plasenta
• Solusio plasenta
• Plasenta previa
• Kelainan pembuluh darah plasenta
• Insersi velamentosa
• Korioangioma
• Plasenta sirkumvalata
Faktor Maternal
• Faktor konstitusi
• Faktor nutrisi
• Kondisi hipoksia
• Problem vaksuler
• Penyakit ginjal
• Faktor Lingkungan
• Riwayat obstreti buruk
Faktor Fetus

Kelainan kromosom
• Trisomi 13, 18, dan 21
• Trisomi 18
• Sindrom Turner

Malformasi janin
• Anensefal
• Kelainan jantung
• Hernia diafragmatika
• Kelainan ginjal

Kehamilan multifetus

Infeksi janin
• Rubella
• Cytomegalovirus (CMV)
• Varisela Zoster
PATOFISIOLOGI

Pertumbuhan janin terhambat adalah kegagalan janin untuk mencapai /


potensi pertumbuhan intrinsik nya, karena anatomi dan / atau gangguan
fungsional dan penyakit di unit feto-plasenta-ibu.

Pertumbuhan janin terhambat dibagi menjadi


• simetris jika berat, panjang, dan lingkar kepala yang rendah, biasanya indikasi pada proses yang
berasal di awal kehamilan

• asimetris saat sparing otak terjadi dan kepala lingkar dalam batas normal, indikasi proses yang
terjadi sebagai kemajuan kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris biasanya terkait
dengan gangguan fungsi uteroplasenta atau kekurangan nutrisi.
pertumbuhan janin biasanya
berkembang sampai tingkat Oleh karena itu, pertumbuhan
Pertumbuhan tulang dan dengan
pertumbuhan melebihi ketentuan janin terhambat asimetris
demikian janin panjang kurang
substrat, umumnya selama merupakan adaptasi terhadap
terpengaruh, sedangkan
trimester ketiga. Bahkan sedikit lingkungan intrauterin yang tidak
redistribusi output jantung akan
penurunan substrat energi menguntungkan dan hasil dalam
mendorong pengiriman substrat
membatasi glikogen janin dan perinatal dan komplikasi jangka
preferensial kepada otak
pembentukan lemak, serta panjang
pertumbuhan otot.
Banyak studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat antara
pertumbuhan janin terhambat dan perkembangan selanjutnya dari
sindrom metabolik.

Hipotesis fenotipe mengusulkan bahwa hubungan antara


pertumbuhan janin terhambat dan selanjutnya pengembangan
diabetes tipe 2 / sindrom metabolic, menghasilkan perubahan
permanen dalam metabolisme glukosa-insulin.

Perubahan ini termasuk mengurangi kapasitas sekresi insulin dan


resistensi insulin.

Dalam hal ini, perubahan dalam gizi janin dapat mengakibatkan


adaptasi perkembangan yang permanen mengubah fisiologi dan
metabolisme keturunan, sehingga predisposisi individu untuk
metabolisme, endokrin, dan gangguan kardiovaskular
Hipotesis insulin janin mengusulkan bahwa genetik bisa
menyebabkan resistensi insulin yang mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat, produksi insulin rendah
dan resistensi insulin pada anak dan dewasa.

Insulin adalah salah satu faktor pertumbuhan utama


dalam kehidupan janin, dan gangguan monogenik yang
mempengaruhi sekresi insulin janin dan resistensi
mempengaruhi pertumbuhan janin juga.

Namun, mutasi seperti itu jarang, dan tidak ada analog


variasi alel umum telah ditemukan
Peran jaringan adiposa
Sebuah bukti baru-baru ini menyarankan bahwa jaringan adiposa
juga mungkin mempunyai peran utama dalam hubungan
pertumbuhan janin untuk perkembangan penyakit dewasa.

Resistensi insulin, diabetes terkait obesitas, dan gangguan


metabolisme yang menyertainya sangat terkait dengan peningkatan
massa lemak visceral.

Pertumbuhan janin terhambat dikenal untuk mengubah


perkembangan janin jaringan adipose.

Janin pada pertumbuhan janin terhambat menunjukkan


pengurangan massa lemak tubuh, yang terutama mencerminkan
penurunan akumulasi lipid dalam sel lemak.
DIAGNOSIS
Kecurigaan adanya suatu PJT jika didapatkan satu atau
lebih dari beberapa tanda berikut, yaitu:
• Tinggi fundus uteri (TFU) lebih dari atau sama dengan 3 cm lebih
dibawah normal
• Pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia kehamilan (UK)
24 minggu atau kurang dari 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu
(untuk ibu dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) < 30)
• Estimasi berat badan < 10 persentil,
• Dari pemeriksaan ultrasonografi HC/AC > 1
• AFI kurang dari atau sama dengan 5 cm,
• Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
• Ibu merasa gerakan janin berkurang
1. Anamnesis

Ada riwayat/faktor risiko


• Hipertensi
• Penyakit paru kronis
• Penyakit jantung sianotik
• Pemakaian obat-obatan
• Merokok
• Infeksi jantung
• Riwayat PJT sebelumnya
Pemeriksaan untuk mencari faktor risiko
2. Pemeriksaan klinis
Pengukuran tinggi fundus uter (TFU) dan lingkaran perut (LP).

Kecurigaan PJT ditegakkan apabila TFU ditemukan menetap pada 2 kali


pemeriksaan dengan selang 1-2 minggu atau menurun dibawah persentil
10.4,5
Untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi
organ lain
Diameter biparietal (BPD)

Panjang femur
Lingkaran kepala

Lingkaran perut

Taksiran berat badan janin (TBBJ)

Velosimetri Doppler

Cairan amnion
Diagnosis pertumbuhan janin terhambat setelah
lahir adalah sebagai berikut:
Bayi terlihat kurus dan panjang, kulit keing, lapisan lemaknya tipis dan ototnya hipotrofi.

Berat badan kurang dari seharusna menurut usia kehamilan.

Panjang bayi dan ukuran kepala lebih jarang dipengaruhi.

Hipoglikemia merupakan gejala yang penting yang dapat menimbulkan gejala gangguan
saraf pusat atau pernapasan. Keadaan diperbaiki dengan infus glukosa.

Umur sebenarnya ditentukan dengan pemeriksaan neurologis seperti tonus otot dan refleks.
Elektroensefalografi melengkapi pemeriksaan.
Evaluasi
Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia
janin, dengan melakukan pemeriksaan :
Pemantauan gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari

USG Doppler setiap minggu

NST (uji tanpa kontraksi) setiap minggu

OCT (uji dengan kontraksi) bila NST non reaktif

Cairan amnion, untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong terdalam < 2 cm atau AFI <
5)

BPP setiap minggu (profil biofisik berupa denyut jantung janin, pernapasan)
Tatalaksana
Non Stress Test (NST).
Bila janin sudah
didiagnosis mengalami
Contraction Stress Test (CST) dan
PJT, maka harus Biophisic Score (BPS) / Biophysical profile
(BPP)
disiapkan pengawasan
perinatal janin dan
waktu terminasi yang Amniosentesis

optimal. Pengawasan
ante partum yang
Volume cairan amnion
diperlukan antara lain:

Cordosentesis.
Penatalaksanaan pada pertumbuhan janin terhambat,
antara lain :
 terapi kausal terhadap penyebab atau penyulit yang

mendasari
 konservatif

 tirah baring (tidur miring)


 pemberian kalori ≥2600 kal/hari peroral atau parenteral
 pemberian kortikosteroid
 pertimbangkan pemberian aspirin bila tidak ada kontra
indikasi
 terminasi kehamilan
 Tergantung pada perkembangan hasil terapi
 hamil aterm (≥ 37 minggu)
 sudah mendapat terapi kortikosteroid (kehamilan
24-34 minggu) yang disertai dengan tanda-tanda
di bawah ini :
 skor biofisik < 2 (terutama bila ditemukan oligohidramnion)
 deselerasi lambat, variabel yang berulang
 doppler a. Umbilikalis : REDF (Reversed end diastolic flow) atau
AEDF (Absent of End Diastolic flow)
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Faktor risiko PJT


Konfirmasi penyakit yang mendasari
Pemeriksaan TFU dan BB ibu pmeriksaan USG

Simetris Asimetris

Amniosentesis
Analisa kromosom (bila memungkinkan)
Identifikasi infeksi

Pemeriksaan antenantal
a. USG dan Doppler USG setiap 2 minggu
b. Observasi gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari
c. NST 2 kali seminggu
d. OCT bila NST abnormal
e. Cairan amnion dan BPP

Terapi kausal

Terapi konservatif

Terminasi kehamilan pada :


- hamil aterm (≥ 37 minggu)
Bagan 1 Pertumbuhan - diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin pada kehamilan 24-34 minggu
Janin Terhambat - skor biofisik < 2 (terutama bila terdapat prematuritas)
Sumber : Panduan praktik - deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang berulang
klinis obstreti da ginekologi - Kelainan gambaran doppler a. Umbilikalis
RSHS4
Penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan sebelum aterm

 tidak ada tatalaksana khusus untuk memperbaiki kondisi.


Misalnya tidak ada bukti bahwa tirah baring mampu
mempercepat pertumbuhan atau memperbaiki prognosis.
 Meskipun demikian banyak dokter yang secara tidak sengaja
menyarankan modifikasi istirahat. Menurut American College of
Obstreticians and Gynecologist (2006) mengatakan bahwa
suplementasi nutrisi, upaya penambahan volume plasma, terapi
oksigen, obat-obatan antihipertensi, heparin dan aspirin
semuanya telah terbukti tidak efektif.
 Pada kebanyakan kasus yang terdiagnosa sebelum aterm, tidak
ada etiologi yang tepat ataupun terapi khusus yang jelas.
Keputusan terapi berdasarkan dengan penilaian terhadap risiko
relatif kematian janin dengan penatalaksanaan yang seharusnya
versus kelahiran kurang bulan.1
Pencegahan
 Pencegahan pertumbuhan janin terhambat idealnya dimulai
sebelum konsepsi terjadi dengan mengoptimalkan ondisi
kesehatan ibu, pengobatan, dan gizi.

 Penghentian kebiasaan merokok sangatlah dianjurkan.

 Pada kehamilan-kehamilan yang berisiko mengalami


pertumbuhan janin terhambat misalnyapada perempuan dengan
hipertensi atau dengan rwayat PJT sebelumnya, profilaksis
dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan telah terbukti
mengurangi PJT sebesar 10 persen.1
Prognosis

PJT tipe II lebih baik PJT tipe I (terutama


daripada bayi lahir dengan kelainan
kurang bulan tetapi kongenital yang
sering pada anak ini multipel) buruk.
memperlihatkan
juga gangguan
pertumbuhan
setelah lahir
Komplikasi

Sepsis

Perdarahan interventricular

Respiratori distres sindrom

Necrotizing enterocolitis

Kematian

Hipoglikemia

Hipotermia
SIMPULAN
 Secara rasional pengelolaan kehamilan yang dicurigai PJT dapat dimulai dari
tindakan untuk menghilangkan faktor risiko seperti infeksi, kekurangan
nutrisi, pengobatan hipertensi, mencegah atau menghilangkan kebiasaan
merokok, dan sebagainya.

 Berbagai upaya intervensi telah dicoba namun hasilnya belum


dapat direkomendasikan secara ilmiah, seperti terapi oksigen, nutrisi, rawat inap
di RS, bed rest, betamimetik, calcium channel blockers, terapi hormon, plasma
ekspander, pemberian aspirin, dan sebagainya. Pemberian kortikosteroid pada
kehamilan 24-36 minggu dapat menurunkan kejadian sindroma distres
pernafasan (RDS).

 Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan Doppler USG, KTG


dan profil biofisik. Terminasi kehamilan dilakukan apabila ditemukan gambaran
Doppler yang abnormal (AEDF/REDF, A/R Ductus Venosus flow, pulsasi
v.umbilikalisis), KTG dan profil biofisik yang abnormal.

Anda mungkin juga menyukai