pada HIV/AIDS Kelompok 1 1.Aminatuz Zanah 2.Arnita Rahmawati 3.Evi Anggarini. H 4.Jihan Nabilla 5.Ratna Khaerunnisa 6.Riska Harmelinda 7.M. Destriadi
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat
tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan hal yang paling penting, terutama dalam merubah perilaku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah upaya penc egahan AIDS adalah dengan KIE (komunikasi, informasi dan edukas i), yaitu memberikan informasi kepada kelompok risiko tinggi bagaim ana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui lan gkah-langkah pencegahannya. Ada 3 pola penyebaran virus HIV, ya kni : 1. Melalui Hubungan Seksual
HIV dapat menyebar melalui hubungan seks pria ke
wanita, wanita ke pria maupun pria ke pria. Hubung an melalui seks ini dapat tertular melalui cairan tub uh penderita HIV yakni cairan mani, cairan vagina d an darah. Upaya pencegahannya adalah dengan cara, tidak m elakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah, dan melakukan hubungan seks hanya den gan satu pasangan saja yang setia dan tidak terinfe ksi HIV 2. Melalui Darah
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara tr
ansfusi yang mengandung HIV, penggunaan jarum s untik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik tanpa disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pis au cukur, gunting kuku, atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV. Upaya pencegahannya dengan cara, darah yang dig unakan untuk transfusi diusahakan terbebas dari HI V dengan memeriksa darah donor. Pencegahan pen yebaran melalui darah dan donor darah dilakukan d engan skrining adanya antibodi HIV, demikian pula semua organ yang akan didonorkan, serta menghin dari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif l ainnya yang kurang perlu. 3. Melalui Ibu yang Terinfeksi HIV kepada Bayinya
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih bera
da dalam kandungan, pada waktu persalinan dan se sudah bayi dilahirkan serta pada saat menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi pada saat mengandung maka ada kemun gkinan bayi yang dilahirkan sudah terinfeksi HIV. WHO mencanangkan empat strategi untuk menceg ah penularan vertikal dari ibu kepada anak yaitu de ngan cara mencegah jangan sampai wanita terinfek si HIV/AIDS, apabila sudah terinfeksi HIV/AIDS men gusahakan supaya tidak terjadi kehamilan, bila suda h hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menula r dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi diberikan dukungan serta perawatan bagi ODHA da n keluarganya. Pencegahan Sekunder Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara pro gresif sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya d apat berakhir pada kematian. Pencegahan ini dilakukan melalui pem buatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dap at mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA tetap b ertahan melawan penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari tek nik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakuk an dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang dit imbulkan dari perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi t ertularnya penyakit lain. Pencegahan sekunder difokuskan pada deteksi dini terhadap pevak sin malui Program skrining dilakukan dengan wawancara mendalam, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Upaya yang dapat dilakuk an untuk pencegahan sekunder infeksi HIV/AIDS adalah penemuan kasus sedini mungkin dengan cara melakukan skrining HIV pada su bpopulasi berisiko Sementara itu, hingga saat ini belum ditemu kan obat maupun vaksin yang efektif. sehing ga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dala m tiga kelompok sebagai berikut : 1. Pengobatan suportif 2. Pengobatan infeksi opurtunistik 3. Pengobatan antiretroviral (ARV) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/ AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembu hkan. Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ke tidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaks anakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA mencapai ting kat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat HI V/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, kare na di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penur unan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang terkena H IV/AIDS, disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari- hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dal am penderita HIV/AIDS; Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS men galami penurunan imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain Pencegahan Tersier ODHA perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mung kin. Misalnya : 1. Memperbolehkannya untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaannya. 2. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidu pnya atau mengenang masa lalu yang indah. 3. Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainny a. 4. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat me ngendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain. 5. Selain itu perlu diberikan perawatan paliatif (bagi pasien yang tid ak dapat disembuhkan atau sedang dalam tahap terminal) yang mencakup, pemberian kenyamanan (seperti relaksasi dan distra ksi, menjaga pasien tetap bersih dan kering, memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien atau keluarga), pengelola an nyeri (bisa dilakukan dengan teknik relaksasi, pemijatan, distr aksi, meditasi, maupun pengobatan antinyeri), persiapan menjel ang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang keada an penderita, dan bantuan mempersiapkan pemakaman.