Anda di halaman 1dari 16

PPOK

Penyakit Paru
Obstruksi Kronis
KELOMPOK 8
Delfika Intan (1708010005)
Ajeng Styarini (1708010007)
Alicia Asa (1708010025)
Sayyidatina Fatimah (1708010053)
Ghani Isma’il (1708010063)
Inas Kanina (1708010083)
Dwi Amanda (1708010097)
Ishma Yasmin N (1708010141)
2
DEFINISI PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK) didefinisikan sebagai
penyakit atau gangguan paru yang
memberikan kelainan ventilasi
berupa ostruksi saluran pernapasan
yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible..
3
EPIDEMIOLOGI

Data prevalensi PPOK yang ada saat ini bervariasi berdasarkan


metode survei, kriteria diagnostik, serta pendekatan analisis yang
dilakukan pada setiap studi. Berdasarkan data dari studi PLATINO,
sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lima negara di Amerika Latin
(Brasil, Meksiko, Uruguay, Chili, dan Venezuela) didapatkan
prevalensi PPOK sebesar 14,3%, dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah 18,9% dan 11.3%. Pada studi BOLD, penelitian
serupa yang dilakukan pada 12 negara, kombinasi prevalensi PPOK
adalah 10,1%, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi yaitu 11,8% dan
8,5% pada perempuan. Data di Indonesia berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS), prevalensi PPOK adalah sebesar
3,7%. Angka kejadian penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia
dan lebih tinggi pada laki-laki (4,2%) dibanding perempuan(3,3%).
4
ETIOLOGI PPOK

Etiologi penyakit ini belum diketahui, menurut Muttaqin Arif (2008)


penyebab PPOK adalah
1. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronchitis dan emfisema.
2. Adanya infeksi, haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
3. Polusi oleh zat-zat pereduksi
4. Faktor keturunan
5. Faktor sosial-ekonomi keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
6. Faktor jenis kelamin dan usia sehingga menyebabkan berkurangnya fungsi paru-
paru
7. Kurangnya alfa anti tripsin. Merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan atau peradangan.
5
FAKTOR RESIKO PPOK

Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang


terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok (Perokok aktif , Perokok pasif , Bekas perokok)
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600

6
• Riwayat terpaparpolusi udara di lingkungan dan tempat kerja
• Hipereaktiviti bronkus
• Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
• Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

7
PATOFISIOLOGI PPOK

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen asap
Rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, sili
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem escalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan
sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
(Jackson, 2014)
8
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif
merusak struktur struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran
udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian
apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).

9
PROGNOSIS PPOK

Prognosis dari PPOK cukup buruk, karena


PPOK tidak dapat disembuhkan secara
permanen, 30% penderita dengan sumbatan
yang berat akan meninggal dalam waktu satu
tahun, 95% meninggal dalam waktu 10 tahun.
Ini terjadi oleh karena kegagalan napas,
pneumonia, aritmia jantung atau emboli paru
(Tomas, 2008).
10
GEJALA KLINIS PPOK

Gejala PPOK :
• Batuk kronik
• Sesak nafas (dipsnea)
• Kelelahan
• Penurunan berat badan
• Penurunan aktivitas
• Mengi
Gejala Klinis dari PPOK eksaserbasi akut :
• Memburuknya pernapasan
• Peningkatan jumlah sputum dan peningkatan purulen dahak.

11
PENATALAKSANAAN PPOK
◆ Non Farmakologi

Aktivitas fisik dan program rehabilitasi paru


Edukasi dan self management
1. Berhenti merokok aktivitas fisik aerobik dapat meningkatkan
kekuatan dan apabila difokuskan pada
2. Istirahat yag cukup ekstremitas atas, dapat memperkuat otot
3. Pola hidup sehat pernapasan inspirasi

12
◆ Farmakologi
Bronkodilator
1. Antikolinergik (glycopyrronium,
ipratropium bromide, dll)
2. Agonis adrenergik, seperti β2 kerja Kortikosteroid inhalasi Phosphodiesterase-4
singkat (fenoterol, salbutamol, dll) β2 (beclomethasone, inhibitors
kerja lama (salmeterol, formoterol, dll) budenoside, fluticasone) (Roflumilast)
3. Metilsantin (acefylline, aminophylline,
dll)

Antibiotik
Pemilihan antibiotik berdasarkan Vaksin
resistensi bakteri lokal, biasanya Vaksinasi
dimulai dengan terapi empiris pneumococcus, PCV13
aminopenicillin dengan asam dan PPSV23
clavulanic, macrolide atau
tetracycline

13
DAFTAR PUSTAKA

Vestbo J, Hurd S, Agusti A, Jones P, Vogelmeier C, Anzueto A, et al. Global strategy for the diagnosis,
management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease: GOLD executive
summary. Am J Respir Crit Care Med. 2014;187(4):347 – 65.
Menezes AMB, Perez-Padilla R, Jardim JB, Muiño A, Lopez MV, Valdivia G, et al. Chronic obstructive
pulmonary disease in five Latin American cities (the PLATINO study): a prevalence study. The
Lancet. 2005;366(9500):1875-81.
Buist AS, McBurnie MA, Vollmer WM, Gillespie S, et al. International variation in the prevalence of
PPOK (The BOLD Study): a population-based prevalence study. The Lancet.
2007;370(9589):741-50.
Indonesia KKR. Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013.
Mansjoer, Arif . 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta : Salemba Medika
14
Mangunnegoro H, Amin M, Yunus F, Abdullah A, Widjaja A, Surjanto E dkk.. PPOK pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. Edisi revisi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
NHLBI/ WHO workshop report. Global inisiatif for chronic obstructive pulmonary disease. Geneva: WHO;
2001
Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1.Yogyakarta, Rapha Pubising.
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora Aksara Pratama
Dipiro , J.T. 2009. Pharmacotherapy Handbook Sevent Edition. USA: McGraw-Hill company

15
Thanks!
✋ Any questions?

16

Anda mungkin juga menyukai