TAK 10-Pandangan Dan Implikasi ML
TAK 10-Pandangan Dan Implikasi ML
CAP
(Batas
Atas)
BONUS
BOOGEY
(Batas
Bawah)
Peneliti Kesimpulan
Healy (1985) Perusahaan mencapai sampai batas atas
pemberian bonus lebih menyukai untuk menunda
akrualnya agar selalu memperoleh bonus selama
beberapa periode meskipun kinerja akan lebih
rendah dibandingkan kinerja sebelumnya.
Dechow dan Tahun terakhir di sebuah perusahaan seorang
Sloan (1991) manajer akan mengurangi pengeluaran R&D,
untuk menaikkan laba yang dilaporkannya.
Holthausen, Manajer perusahaan lebih menyukai untuk
Larcker, dan menunda akrual pada saat laba yang
Sloan (1995) diperolehnya mencapai sampai batas atas
pemberian bonus meskipun kinerja akan lebih
rendah dibandingkan kinerja-kinerja sebelumnya.
Guidry, Manajer divisi untuk perusahaan multinasional
Leone, dan lebih menyukai menunda pendapatan pada saat
Rock (1998) target laba untuk memperoleh bonus tidak
tercapai atau pada saat target laba melebihi
batas maksimal memperoleh laba.
Peneliti Kesimpulan
Healy dan Perusahaan menyembunyikan perjanjian hutang
Palepu (1990) dengan melakukan ML untuk merekayasa kinerja
yang diperolehnya selama satu periode tertentu.
DeAngelo Perusahaan menutupi pelanggaran perjanjian
dan Skinner dividen dengan perubahan metode akuntansi,
(1992) estimasi akuntansi, atau akrual untuk menghindari
kewajiban deviden.
DeAngelo Perjanjian hutang terbukti mempunyai pengaruh
dan Skinner terhadap pilihan standar akuntansi pada tahun
(1992) pelaporan dan tahun terjadinya pelanggaran ini.
Sweeney Perusahaan yang dinyatakan melanggar
(1994) perjanjian hutang akan melakukan ML dengan
pola penaikkan laba sehingga menaikkan rasio
debt-to-equity dan interest coverage pada level
yang ditentukan.
PAJAK:
Hubungan antara perusahaan dengan pemerintah pemicu
terjadi permasalahan agensi antara kedua belah pihak.
Permasalahan agensi akan muncul apabila ada pihak yang
tidak mau menjalankan kewajibannya sebagaimana
mestinya.
Manajer cenderung selalu berusaha untuk meminimalisir
kewajiban-kewajibannya, termasuk kewajiban untuk
membayar pajak.
Manajer akan berusaha agar laba perusahaan selalu
kelihatan lebih rendah daripada laba yang sesungguhnya
diperoleh.
Memanfaatkan perubahan peraturan perundang-undang
perpajakan.
Peneliti Kesimpulan
Guther (1994) Tidak menemukan bukti bahwa perusahaan
melakukan ML penurunan laba untuk
memaksimumkan penghematan pajak satu
periode sebelum berlakunya Tax Reform Act (TRA).
Maydew Membuktikan bahwa penghematan pajak
(1997) menjadi insentif bagi manajer, khususnya yang
mengalami net operating loss, untuk
mempercepat pengakuan biaya dan menunda
pengakuan pendapatan.
Setiawati Tidak ada bukti bahwa perusahaan berusaha
(2001) menurunkan laba untuk memperoleh
penghematan pajak ketika ada perubahan
peraturan perpajakan.
Hidayati dan Perubahan undang-undang perpajakan yang
Zulaikha mengubah lapisan penghasilan kena pajak tidak
(2003) direspon oleh wajib pajak untuk melakukan ML
untuk meminimumkan beban pajak penghasilan.
Peneliti Kesimpulan
Hall dan Perusahaan mengatur laba sesuai damage award
Stammerjoha yang diperolehnya. Upaya ML ini dilakukan
n (1990) dengan pola penurunan laba apabila damage
award semakin besar.
Petroni (1992) Perusahaan melakukan ML untuk mensiasati
regulasi tentang resiko perusahaan asuransi
dengan menurunkan nilai cadangan kerugian
klaim nasabah.
Na’im dan Perusahaan yang melakukan praktik monopoli
Hartono dan persekutuan harga ilegal melakukan ML untuk
(1996) menurunkan laba untuk menciptakan kesan
monopoli tidak menguntungkan. Selain itu ML
untuk mengurangi denda seandainya monopoli
itu diketahui pemerintah.
Hartono dan Manager yang menjadi korban monopoli tergerak
Na’im (1998) untuk memanipulasi laba untuk membuktikan
bahwa mereka dirugikan oleh kasus monopoli itu.
hsrisulistyanto@yahoo.co.id
hsrisulistyanto@gmail.com