Abdullah Sahab
Psikiater
Pendahuluan
Bunuh Diri :
4. Agama.
Secara historis, angka bunuh diri di antara populasi Katolik Roma
lebih rendah dibandingkan dengan angka di antara populasi Protestan
dan Yahudi. Derajat keortodoksan dan integrasi mungkin merupakan
ukuran rasio yang lebih akurat di kategori ini daripada persatuan
agama institusional.
5. Status Perkawinan.
Perkawinan yang dilengkapi oleh anak tampaknya mengurangi risiko
bunuh diri secara signifikan.
6. Pekerjaan.
Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin besar
risiko bunuh dirinya, tetapi penurunan status sosial juga
meningkatkan risiko bunuh diri.
Di antara tingkat pekerjaan, profesional, terutama dokter,
dari dahulu dianggap memiliki risiko bunuh diri paling
tinggi
8. Metode.
Angka keberhasilan laki-laki yang lebih tinggi untuk
bunuh diri terkait dengan metode yang mereka gunakan:
senjata api, gantung diri, atau lompat dari tempat tinggi.
9. Kesehatan Fisik.
Hubungan penyakit dan kesehatan fisik dengan bunuh
diri cukup bermakna.
10. Kesehatan Jiwa.
Faktor psikiatri yang sangat bermakna di dalam bunuh diri mencakup
penyalahgunaan zat, gangguan depresi (80%), skizofrenia (10%), dan
gangguan jiwa lainnya.
Hampir 95 persen orang yang melakukan atau mencoba bunuh diri
memiliki diagnosis gangguan jiwa.
Perawatan psikiatri sebelumnya untuk alasan apapun meningkatkan
risiko bunuh diri.
3. Faktor Biologis
4. Faktor Genetik
a. Studi Kembar
b. Studi Genetik Molekular
5. Perilaku Parasuicidal
Durkheim membagi bunuh diri menjadi tiga kategori
sosial : egoistik, altruistik, dan anomik.
b. Teori Menninger.
Di bangun atas gagasan Freud, Karld Meninger,
berpendapat bahwa bunuh diri sebagai
pembunuhan yang dibalik ke dalam diri sendiri
karena kemarahan pasien pada orang lain.
c. Teori Terkini
Adanya faktor psikodinamika pasien yang
bunuh diri seperti keinginan untuk balas
dendam, kekuatan, kendali, atau hukuman :
penebusan kesalahan, pengorbanan, atau
ganti rugi : kabur atau tidur, penyelamatan,
kelahiran kembali, pernyatuan kembali dengan
kematian; atau suatu kehidupan baru.
Tata Laksana
Bunuh diri pada pasien dapat dicegah.
Penderitaan semakin berat dan hebat atau sedemikian
kronisnya dan tidak responsif terhadap terapi, sehingga
bunuh dirinya dianggap sebagai hal yang tidak dapat
terelakkan.
Evaluasi potensi bunuh diri melibatkan anamnesis
riwayat psikiatrik yang lengkap; pemeriksaan
menyeluruh mengenai keadaan mental pasien; dan
pertanyaan mengenai gejala depresif, pikiran, niat,
rencana dan percobaan bunuh diri.
Keputusan untuk merawat pasien di
rumah sakit bergantung pada diagnosis.
Keparahan depresi dan gagasan bunuh
diri, kemampuan pasien dan keluarga
untuk mengatasi masalah, situasi hidup
pasien, ketersediaan dukungan sosial, dan
tidak adanya atau adanya faktor risiko
bunuh diri.
Terapi Rawat Inap vs Rawat Jalan :
Perlu atau tidaknya merawat pasien dengan
gagasan bunuh diri di rumah sakit merupakan
suatu keputusan yang paling penting untuk
dibuat.
Tidak semua pasien dengan gagasan bunuh diri
perlu perawatan di rumah sakit; beberapa dari
mereka dapat diterapi dengan rawat jalan.
Tetapi tidak adanya sistem dukungan sosial
yang kuat, riwayat perilaku impulsif, dan
rencana tindakan bunuh diri adalah indikasi
perawatan.
Terapi Rawat Inap vs Rawat Jalan :
Apakah terapi rawat jalan dapat dilakukan →
harus menggunakan pendekatan klinis
langsung.
Meminta pasien yang dianggap berpotensi
bunuh diri untuk menghubungi saat merasa
tidak pasti mengenai kemampuan mereka untuk
mengendalikan impuls bunuh diri.
Membuat perjanjian dengan dokter
Menguatkan keyakinan bahwa mereka memiliki
kekuatan yang cukup untuk mengendalikan
impuls tersebut dan untuk mencari pertolongan.
Klinisi harus siap 24 jam bagi pasien.
Jika pasien yang dianggap secara serius ingin
bunuh diri tidak dapat membuat komitmen,
perawatan rumah sakit diindikasikan.
Jika pasien akan diterapi secara rawat jalan,
terapis harus mencatat nomor telepon rumah
dan kantor pasien untuk keadaan gawat darurat
Jika pasien menolak perawatan di rumah sakit,
keluarga harus bertanggung jawab untuk berada
bersama pasien selama 24 jam dalam sehari.
Pasien yang pernah mencoba bunuh diri,
tanpa memandang letalitasnya, harus
dirawat.
Di rumah sakit, pasien dapat menerima
obat antidepresan atau antripsikotik sesuai
indikasi.
Terapi individu, terapi kelompok, dan
terapi keluarga tersedia dan pasien
menerima dukungan sosial rumah sakit
serta rasa aman.
Untuk menentukan seseorang dengan risiko bunuh diri
dirawat atau tidak, dapat menggunakan SAD
PERSONS Scale yang telah dimodifikasi.
Skala ini terdiri dari 10 faktor risiko bunuh diri.
Jika skor >= 6, maka pasien tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit.
Tetapi jika skornya <= 5, maka pasien tersebut dapat
dirawat jalan
Sad Person Scale :
Kesimpulan
• Bunuh diri merupakan suatu kegawatdaruratan psikiatri dimana
terdapat kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang
terhadap dirinya sendiri