Anda di halaman 1dari 26

PENANGANAN

SENGKETA MEDIK
LIAUW DJAI YEN
SENGKETA
Sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran,
perbantahan.
Pertikaian atau perselisihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia )
Adanya antagonisme-antagonisme emosional. (Winardi, 1994)
Sengketa merupakan konflik yang diungkapkan secara terbuka
Latar Belakang
1. Adanya rasa tidak terpenuhinya harapan dengan hasil yang dialami
pasien.
2. Terdapat ketidakseimbangan pemahaman maupun komunikasi antara
pemberi pelayanan (dokter) dengan pasien (keluarga pasien) yang
kurang efektif, terkait rencana penanganan atau tindakan medis yang
dilakukan.
PELAYANAN
KEDOKTERAN
Pelayanan Kedokteran
Pelayanan Kedokteran adalah suatu pelayanan yang merupakan
upaya penyembuhan yang didasarkan pada upaya yang maksimal
dan ikhtiar (inspanningverbintenis).
Karena itu, salah satu elemen penting dalam pelayanan kedokteran
adalah cara komunikasi kepada pasien yang dilandasi empati
terhadap apa yang diderita pasien (komunikasi etis efektif).
Pelayanan Kedokteran
Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran secara implisit disebutkan bahwa
sengketa medik adalah sengketa yang terjadi karena
kepentingan pasien dirugikan oleh tindakan dokter atau
dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran (lihat Pasal
66 ayat 1).
Pasal 66 UU No 29 Th 2004 Tentang Praktik
Kedokteran berbunyi:

(1). Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atau


tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia.
(2). Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat; a) Identitas pengadu, b).
Nama dan alamat tempat praktek dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan
dilakukan, dan c). Alasan pengaduan.
Pasal 66 UU No 29 Th 2009 Tentang
Praktik Kedokteran berbunyi:
(3). Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan
adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang
berwewenang dan/atau menggugat kerugian perdata di
pengadilan.
LOGIKA HUKUM DAN
LOGIKA KEDOKTERAN
PADA PENYELESAIAN
SENGKETA MEDIK
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Mahkamah berpendapat bahwa proses pengadilan baik perkara pidana
maupun perkara perdata selama terkait dengan tindakan profesi kedokteran
(baik dokter atau dokter gigi) harus dilakukan dalam lingkup profesi
kedokteran.
Artinya standar penilaian tindakan/asuhan dokter dan dokter gigi tidak boleh
semata-mata dilihat dari kacamata undang-undang mengenai hukum pidana
atau KUHP pada umumnya, melainkan harus didasarkan pada standar disiplin
profesi kedokteran yang disusun oleh lembaga resmi yang ditunjuk oleh
peraturan perundang-undangan.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Meskipun bisa jadi tindakan profesi kedokteran dan tindakan profesi
lain sama-sama mengakibatkan atau menimbulkan risiko cacat atau
kematian, dan keduanya diatur dalam Undang- Undang yang sama,
misalkan KUHP, tetapi tentu harus dibedakan konsekuensi hukumnya
bagi dokter atau dokter gigi karena mereka memang diizinkan untuk
melakukan tindakan terhadap tubuh manusia, sementara profesi lain
tidak demikian adanya.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Perbedaan tersebut menurut Mahkamah memberikan dasar yang kuat bagi
penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan untuk perkara pidana, maupun
pengadilan baik pidana maupun perdata, untuk memperlakukan dokter dan
dokter gigi secara berbeda. Perbedaan demikian harus dilakukan atau
ditunjukkan dengan menjadikan ilmu kedokteran, khususnya yang tertuang
dalam peraturan disiplin profesional dokter, sebagai rujukan utama dalam
melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, serta pemeriksaan
persidangan.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Pertimbangan hukum yang demikian menegaskan pendapat
Mahkamah bahwa makna keadilan adalah memperlakukan sama
terhadap yang sama dan memperlakukan berbeda terhadap dua hal
yang memang berbeda.
Konsep keadilan yang demikian merupakan pengetahuan yang
bersifat umum (tacit knowledge) yang diyakini Mahkamah telah
dimiliki dan disadari oleh semua aparat penegak hukum, yaitu
kepolisian, kejaksaan, serta pengadilan.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Terkait dengan hal tersebut Mahkamah berpendapat bahwa proses
pidana dan/atau gugatan perdata yang diatur dalam Pasal 66 ayat (3)
Undang- Undang a quo, secara kontekstual tidak memiliki makna lain
selain menjadikan ilmu kedokteran, khususnya kode etik dan disiplin
profesi kedokteran, sebagai salah satu rujukan dalam melakukan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, serta pemeriksaan sidang.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, serta pemeriksaan
sidang yang menjadikan kode etik dan disiplin profesi kedokteran
sebagai salah satu rujukan, antara lain, dengan mendengarkan
pendapat atau keahlian dari pihak-pihak yang memiliki kompetensi
di bidang kedokteran, ketika aparat penegak hukum melakukan
penafsiran terhadap peraturan hukum yang mengatur tindakan
dokter atau dokter gigi, serta ketika melakukan penilaian terhadap
tindakan dokter atau dokter gigi dimaksud.
Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi pada
PUTUSAN Nomor 14/PUU-XII/2014
Dilaksanakannya peradilan yang menjadikan ilmu kedokteran sebagai
salah satu rujukan dalam mengadili dokter dan/atau dokter gigi yang
diduga melakukan malpraktik, menurut Mahkamah telah membatasi
risiko yang harus ditanggung dokter dan/atau dokter gigi dari
pelaporan pidana atau gugatan perdata.
Artinya dalam proses pengadilan yang demikian akan tertutup
kemungkinan dijatuhkannya sanksi pidana dan/atau perdata kepada
dokter atau dokter gigi yang tindakan medisnya oleh MKDKI telah
dinyatakan sesuai atau tidak melanggar disiplin profesi kedokteran.
Kewenangan MKDKI
Pasal 1 (14) UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga
yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu
kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
2 Jenis Penyelesaian Sengketa

Non Litigasi, merupakan pilihan penyelesaian diluar


jalur peradilan. (Negosiasi, Mediasi
Litigasi, merupakan pilihan penyelesaian
menggunakan jalur peradilan. (Pidana, Perdata)
Penyelesaian Sengketa Medik
Pasal 29 UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: ‘dalam hal tenaga
kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus di selesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.’
Sebelum adanya putusan dari MKDKI terkait pelayanan kedokteran yang
diberikan oleh dokter kepada pasien, maka belum dapat dikatakan telah
terjadi kesalahan/kelalaian (malpraktik) oleh dokter.
Karena harus ada logika hukum dan logika kedokteran terlebih dahulu
agar jelas ada tidaknya pelanggaran disiplin kedokteran.
Non litigasi (Mediasi)
UU No.30 tahun 1999 tentang arbiterase dan
alternatif penyelesaian sengketa
PerMA No. 1 Tahun 2016 Prosedur mediasi di
pengadilan
UU No.36 Tahun 2009 ps 29
MEDIASI
Penyelesaian sengketa dengan pendekatan win-win solution dengan
bantuan pihak ketiga yang netral (MEDIATOR)
Mediator dalam ketentuan mahkama agung adalah mediator
bersertifikat -> diperoleh melalui proses pendidikan oleh lembaga
yang terakrditasi oleh MA
Wadah profesinya adalah IMKI (Ikatan Mediator Kesehatan
Indonesia)
Kelebihan menyelesaikan melalui jalur
non litigasi
1. Bersifat penyelesaian secara kekeluargaan
2. Tidak mencari menang kalah (Win-Win Solution)
3. Dapat menghindarkan dari publisitas yang negative
4. Hubungan silaturahim dapat tetap terjaga
5. Tidak perlu menjalani pemeriksaan penyidik dan proses pengadilan
6. Penyelesaian relatif cepat dibandingkan jalur litigasi
7. Biaya relative lebih ringan
perlu diperhatikan saat menangani sengketa secara
Mediasi
Itikad Baik
Dengarkan secara seksama keluhan dan keinginan pasien/keluarga pasien
Berikan waktu yang luang serta cukup untuk bicara dan jangan memotong pembicaraan
Hindari memberikan kesimpulan dihadapan pasien/ keluarga pasien atas apa yang
terjadi
Selalu bersikap ramah dan berempati
Melakukan pencatatan dari setiap pertemuan
Melakukan telaah dan analisis terkait kasus serta mencari cara solusi (bisa memiliki tim)
Upayakan terjadi suatu kesepakatan dan dilakukan secara tertulis.
Proses Penyelesaian secara litigasi
1. Proses Penyelidikan
2. pemeriksaan di MKDKI/MKEK
3. Proses penyidikan
4. Proses sidang pengadilan
Yang perlu dilakukan saat penyelesaian
sengketa secara litigasi
1. Melakukan telaah dan kajian kasus sengketa secara
etikomedikolegal
2. Memberikan masukan kepada dokter tentang apa yang
sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan.
3. Melakukan pendampingan pada setiap tahap proses hukum
4. Berkoordinasi dengan penasihat hukum yang dipilih dokter
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai