Anda di halaman 1dari 15

Gabungan Perkara

Ganti Kerugian
Kelompok 4
1. Jehuda Ebenhaezer - 1706026784
2. Mega Noviantika - 1706024122
3. Riva Mahfuzah - 1706072033
4. Felicia Tamarind - 1706072121
5. Rachel Aprilia - 1706071756
6. Putu Maharaja Segara Putra - 1706071762
7. Muhammad Adam Prawira - 1706072185
8. Reza Mubarak - 1706027704
9. Evan Tonggo P - 1706071541
Dasar Hukum
• Pasal 98 ayat (1) KUHAP:

Apabila suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan perkara yang


sedang dalam proses pemeriksaan di Pengadilan Negeri juga
menimbulkan kerugian bagi korban, maka Ketua Sidang dapat
menggambungkan gugatan ganti kerugian dengan dakwaan pidana
atas permintaan korban.
Tata Cara Pengajuan Penggabungan Perkara
• Diajukan atas permintaan pihak ketiga
• Diajukan sebelum rekuisitor atau sebelum hakim menjatuhkan
putusan
• Penggabungan perkara perdata dan pidana dapat dilakukan pada
tahap banding
• Hukum acara yang berlaku adalah hukum acara perdata
Putusan Ganti Kerugian Accesoir dengan
Putusan Pidana
Putusan ganti kerugian melekat dan mengikuti putusan perkara pidana
dalam dua segi:
1. Kekuatan hukum tetap putusan ganti rugi ditentukan kekuatan
hukum ketat putusan pidananya; dan
2. Dari segi pemeriksaan banding.
Kekuatan Hukum Tetap Putusan Ganti Rugi
Ditentukan Kekuatan Hukum Putusan Pidananya
• Seolah-olah putusan ganti kerugian dalam penggabungan perkara
bukan merupakan perkara dan putusan yang berdiri sendiri, tetapi
tergantung kepada keadaan dan sifat yang melekat pada putusan
perkara pidana.
• Selamanya putusan pidananya belum memperoleh kekuatan hukum
tetap, selama itu pula putusan ganti kerugian belum memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Dari segi pemeriksaan banding.

Dalam segi inipun, putusan gugatan ganti rugi tidak dapat berdiri sendiri
terlepas dari pemeriksaan tingkat banding perkara pidannya. Dari
ketentuan 100 ayat (1) dapat disimpulkan :
• Dengan adanya permintaan banding atas putusan perkara pidana
dengan sendirinya membawa akibat permintaan dan pemeriksaan
banding atas putusan gugatan ganti kerugian;
• Sebaliknya, tanpa ada permintaan banding terhadap perkara
putusan pidananya, mengakibatkan terdakwa tidak dapat
mengajukan banding hanya untuk perkara putusan ganti
kerugian saja.
Saat Mengajukan Gugatan Ganti Kerugian
Sebagaimana yang diatur Pasal 98 (2) KUHAP
• Dalam pemeriksaan acara biasa dan acara singkat, jikalau PU hadir di
dalam persidangan, gugatan ganti kerugian diajukan selambat-
lambatnya sebelum rekuisitor.
• Dalam hal PU tidak hadir dalam pemeriksaan perkara acara cepat dan
perkara lalu lintas jalan, tuntutan ganti kerugian diajukan selambat-
lambatnya sebelum hakim menjatuhkan putusan.
Saat Mengajukan Gugatan Ganti Kerugian (2)
Sebagaimana yang diatur Pasal 99 (1) KUHAP :
• Hakim harus memperhatikan hal yang berkaitan dengan kewenangan
memeriksa gugatan baik ditinjau dari kompetensi absolut maupun
relatif
Pengadilan Harus Mempertimbangkan Hal-
Hal Berikut :
• Mengenai kebenaran dasar gugatan ganti kerugian
• Besarnya jumlah penggantian biaya yang telah dikeluarkan pihak
yang dirugikan.
Besarnya Ganti Kerugian
Sebagaimana yang diatur Pasal 99 ayat (2) KUHAP
• Besar tuntutan ganti kerugian yang dapat diminta korban atau orang
yang dirugikan kepada terdakwa hanya sepanjang tuntutan ganti
kerugian materiil
• Kerugian yang bersifat immateril, tidak dapat diajukan dalam
penggabungan perkara, tetapi harus diajukan ke pengadilan melalui
proses acara perdata biasa; dan
• Secara teknis yuridis antara tuntutan ganti kerugian materiil dan
immateriil harus dibedakan atau dipisah dan dirinci.
Kelebihan Penggabungan Perkara Ganti
Kerugian
• Mempercepat proses, karena penggabungan dua perkara yang
berisrisan sekaligus;
• Memperkecil biaya perkara; dan
• Pembuktian menjadi lebih sederhana.
Kelemahan Penggabungan Perkara Ganti
Kerugian (1)
• Sistem Penggabungan ini masih kurang mendekati tujuan ganti rugi
itu sendiri, karena tuntutan ganti rugi yang dapat diajukan oleh
korban hanya terbatas pada jumlah kerugian materiil yang dialami.
Sebagaimana yang diatur Pasal 99 ayat (2) KUHAP
• Pembayaran ganti rugi juga dibebankan kepada terdakwa sehingga
seringkali menimbulkan kekecewaan dalam proses ganti kerugiannya.
Seharusnya ganti kerugian dibebankan kepada negara karena negara
akan mengambil alih hal tersebut dan memberikan efektivitas
terhadap prinsip ganti kerugian dari perspektif korban.
Kelemahan Penggabungan Perkara Ganti
Kerugian (2)
• Accesoir terhadap perkara pidana sebagai perkara pokoknya;
• Diajukan paling lambat sebelum pembacaan surat tuntutan;
• Upaya hukum bergantung kepada perkara pokok;
Penggabungan Perkara Ganti Kerugian dalam
UU Pengadilan Militer
Sebagaimana yang diatur dalam pasal 183-187 UU No. 31 tahun 1997
tentang Pengadilan Militer,
• Permohonan ganti kerugian diajukan selambat-lambatnya sebelum
Oditur Militer mengajukan tuntutan pidana; dan
• Keputusan untuk menggabungkan perkara pidana dan gugatan ganti
kerugian adalah kewenangan hakim ketua.
• Pada perkara pidana menggunakan pembuktian negatif, tetapi pada
gugatan ganti kerugian menggunakan pembuktian positif.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai