Operasi Infeksi
Usia
Paru
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Polusi Sosial
Merokok
udara Ekonomi
Generasi Infeksi
Paru
klasifikasi
Gejala
• Sesak
• Progresif
• Bertambah berat dengan aktivitas
• Menetap sepanjang hari
• Pasien mengeluh “perlu usaha untuk bernapas”, berat, sukar bernapas, terengah-engah
• Batuk Kronik
• Batuk Berdahak
• Riwayat terpajan factor resiko
Pemeriksaan fisik
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Pursed - lips breathing • emfisema sela iga • emfisema hipersonor Suara napas vesikuler
Barrel chest melebar dan fremitus dan batas jantung normal, atau melemah
Penggunaan otot bantu melemah mengecil, letak diafragma Terdapat ronki dan atau
napas rendah, serta hepar mengi pada waktu
Hipertropi otot bantu terdorong ke bawah bernapas biasa atau pada
napas ekspirasi paksa
Pelebaran sela iga Ekspirasi memanjang
gagal jantung kanan
denyut vena jugularis i
leher dan edema tungkai
Adanya penampilan pink
puffer dan blue bloater
Pemeriksaan penunjang (rutin)
Epidemiologi
• Pada pasien lanjut usia, angka kejadian pneumonia cukup tinggi. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa hal seperti kondisi fisik, lingkungan, dan kuman
penyebab (virulensi).
• Insiden terjadinya pneumonia dapat dibedakan menjadi pneumonia
nosokomial dan pneumonia komunitas. Angka kejadian pneumonia
komunitas pada usia lanjut sekitar 6,8-11,4%. Di rumah sakit, angka kejadian
pneumonia pada usia lanjut diperkirakan tiga kali lebih besar dibanding angka
kejadian pneumonia pada usia muda.
etiologi
• Penyebab terjadinya pneumonia komunitas disebabkan karena bakteri gram
positif, seperti Streptococcus pneumonia. Pada pneumonia nosokomial sering
terjadi karena komplikasi daripada pemasangan alat-alat kesehatan misalnya
ETT dengan angka kejadian sekitar 10-17%.
• Penyebab pneumonia nosokomial yang sering terjadi pada usia lanjut adalah
bakteri gram negatif. Adapula pneumonia aspirasi yang lebih sering terjadi
pada usia lanjut dengan angka kejadian sekitar 10-30% kasus. Hal ini dapat
terjadi pada pasien yang tirah baring total atau penurunan kesadaran.
Gejala klinis
• infeksi akut, Keluhan utama biasanya adalah demam ringan, batuk dengan
produksi sputum. Adapula kasus dengan gejala klinis berupa kelemahan
dan anoreksia dan tanpa demam yang jelas.
• Awal mula terjadinya penyakit ini terjadi pelan-pelan yang mungkin
disebabkan karena adanya penurunan aktivitas fisik pada usia lanjut dan
biasanya karena ada dehidrasi.
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adnaya perkusi yang
redup atau pekak pada daerah paru yang terkena kelainan,
rhonki basah, suara nafas bronkial. Serta dapat ditemukan
frekuensi nafas yang meningkat.2
Pemeriksaan penunjang
• Jumlah leukosit normal / sedikit meningkat
• Leukositosis kemungkinan sepsis
• Shift to the left onset akut
• Analisa gas darah PaO2 menurun gagal nafas
• Radiologi infiltrate pada paru
Etiologi Terapi
Group 1: rawat jalan, tanpa penyakit kardiopulmonal, Makrlolid (azithromycin 1x500mg PO lalu 1x250mg
tanpa faktor modifikasi PO, clarithromycin 2x500mg PO atau erythromycin
• Streptoccus pneumoniae 4x500mg PO, doxycycline 2x100mg PO
• Mycoplasma pneumonia
• Chalmydia pneumoniae
tatalaksana
• Hemophilus influenza
• Virus saluran pernapasan
• Lain: lefionella spp. , mycobacterium tuberculosis,
fungi endemik
Group 2: rawat jalan, dengan penyakit • Fluoroquinolone (moxifloxacin 1x400mg PO,
kardiopulmonal, dan / atau faktor modifikasi gemifloxacin, atau levofloxacin 1x500mg PO/IV)
• Streptoccus pneumoniae (termasuk yg resisten) • B-lactam + makrolid
• Mycoplasma pneumonia (pilihan: amoxicillin dosis tinggi 3x1 gr IV atau
• Chalmydia pneumoniae amoxicillin-clavulanate 2x2 gram, atau alternative
• Hemophilus influenza ceftriazone 1x1 gr IV, cefpodoxime 2x200mg PO,
• Virus saluran pernapasan dan cefurozime 2x500mg PO atau 3x750mg-
• Infeksi campuran (bakteri+pathogen atipik/virus) 1500mg IV dengan docycline (makrolif
• Enterik gram negative alternative)
• Lain: Moraxella catarrhalis, legionella spp, aspirasi
(anaerob), mycobacterium tuberculosis, fungi
endemik
Etiologi Terapi
Group 3: rawat inap non ICU Fluoroquinolon
a. Dengan penyakit kardiopulmonal dan/ atau faktor modifikasi B-lactam + makrolid (b-lactam pilihan: cefotaxime, ceftriaxone, dan
(termasuk penghuni panti jompo) ampicillin,ertapenem (untuk pasien tertentu) dengan doxycycline
• Streptoccus pneumoniae (termasuk yg resisten) 4x500-1000mg IV (alternative makrolid)
• Mycoplasma pneumonia Jika alergi penicillin, gunakan fluoroquinolon
• Chalmydia pneumoniae
• Hemophilus influenza
• Virus saluran pernapasan
• Infeksi campuran (bakteri+pathogen atipik/virus)
• Enterik gram negative
• Aspirasi (anaerob)
• Virus
• Legionella spp
• Lain: mycobacterium tuberculosis, fungi endemic, pneumocystis
carinii
b. Tanpa penyakit kardiopulmonal, tanpa faktor modifikasi
• Streptoccus pneumoniae (termasuk yg resisten)
• Mycoplasma pneumonia
• Chalmydia pneumoniae
• Hemophilus influenza
• Virus saluran pernapasan
• Infeksi campuran (bakteri+pathogen atipik/virus)
• Virus
19
• Legionella spp
• Lain: mycobacterium tuberculosis, fungi endemic, pneumocystis
carinii
Etiologi Terapi
Group 3: rawat ICU • B-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, or
a. Tanpa resiko infeksi pseudomonas ampicillin-sulbactam) + azithromycin atau
aeruginosa fluroquinolon (jika alergi penicillin gunakan
• Streptoccus pneumoniae (termasuk DRSP) fluoroquinolone atau aztreonam)
• Mycoplasma pneumonia • Jika ada resiko infeksi pseudomonas, funakan
• Hemophilus influenza antipneumococcal, antipseudomonal b-
• Virus saluran napas lactam (piperacillin-tazobactam, cefemie,
• Enterik gram negative imipenem, atau meropenem) + ciprofloxacin
• Stphylococcus aureus atau levofloxacin 750mg atau b-lactam +
• Legionella spp aminoglikosida + azithromycin atau b-lactam
• Lain: chlamydia pneumoinae, mycobacterium plus + aminoglycoside + antipneumococcal
tuberculosis, fungi endemik fluoroquinolone (untuk alergi penicillin, ganti
b. Ada resiko infeksi pseudomonas aeruginosa b-lactam dengan aztreonam)
• Semua pathogen diatas
• + pseudomonas aeruginosa
Tuberkulosis paru
Ada beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
c. Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
45% asia tenggara
2016: terdapat 6,3 juta TB kasus baru
10,4 juta (90% dewasa; 65% laki-laki) kasus
TB di seluruh dunia
3% amerika
& 3
eropa 5
1
4
7% Mediterranean
barat
25% Afrika
17% western pacific
Tanda & Gejala
Sindrom flu (demam, menggigil, malaise, Pemberian Ubah pemberian rifampisin intermiten menjadi setiap
sakit kepala, nyeri tulang) rifampisin intermiten hari
Terduga TB resisten obat
Semua orang yang mempunyai gejala TB + 1 atau lebih kriteria berikut:
1. Gagal pengobatan kategori 2
2. Pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan.
3. Riwayat pengobatan TB yang tidak standar + menggunakan kuinolon + obat injeksi lini kedua
minimal satu bulan.
4. Pengobatan kategori 1 yang gagal.
5. Pengobatan kategori satu BTA tetap (+) setelah 3 bulan pengobatan.
6. kasus kambuh (relaps).
7. ko-infeksi TB-HIV + tidak respon terhadap pemberian OAT.
Diagnosis TB-Resisten obat
• Ditegakkan berdasarkan:
• Pemeriksaan uji kepekaan m.Tuberculosis:
- Metode rapid test/ tes cepat:
*Genxpert (uji kepekaan rifampisin)
*Lpa (uji kepekaan rifampisin dan isoniazid) - - - metode konvensional: