Anda di halaman 1dari 57

KEDUDUKAN

ANTIBIOTIK DALAM
PENANGANAN
PENYAKIT INFEKSI
Disusun Oleh:
Rizky Fahriza Harahap 020100064
Wita Friska 020100160
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2006
Infeksi ≠ Penyakit infeksi
Mikroorganisme

Tubuh manusia

Tidak sakit Sakit Karier


Bakteri

Parasit Manusia Virus

Jamur
Morbiditas
Infeksi  Cedera sel  Inflamasi

Rubor Calor Dolor Tumor Functio laesa


Reaksi inflamasi berguna untuk :

• merusak agen infeksi dan mengeliminasinya


dari daerah inflamasi,
• membatasi penyebaran faktor perusak,
• menstimulasi respon imun spesifik, dan
• membantu proses penyembuhan.

Inflamasi dapat memicu demam, karena


menghasilkan PGE2
DEMAM

 Demam adalah kenaikan suhu tubuh


diatas variasi sikardian normal sebagai
akibat dati perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior

 Dalam keadaan normal suhu tubuh


dipertahankan oleh kemampuan
termostat untuk mengatur keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas
SUHU

 Suhu normal : Berkisar antara


36,5°C-37,5°C
 Suhu terendah : Sekitar pukul
06.00
 Suhu tertinggi : Pada pukul
16.00 – 18.00
Skema patogenesis demam
Penyebab demam
 Infeksi >>>
 Keganasan
 Dehidrasi
 Obat-obatan
 Cedera jaringan
 Kelainan metabolik
 Idiopatik (FOU)
Dampak demam
Dampak positif
 mengurangi proliferasi mikroba bahkan
membunuhnya,
 menurunkan kadar Fe, Zn, Cu dalam
plasma yang mana zat-zat tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan mikroba,
 mengakibatkan destruksi sel sehingga
dapat menurunkan replikasi bakteri
maupun virus, dan
 meningkatkan produksi interferon yang
berguna untuk mengatasi virus.
Continued…….
Dampak negatif
 dehidrasi
 kekurangan oksigen
 peningkatan frekuensi denyut jantung
 kerusakan saraf
 resiko kejang demam
Langkah-langkah dalam
Penatalaksanaan infeksi
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Diagnosa
5. Pemilihan pengobatan
6. Pengobatan
7. Evaluasi pengobatan
Antiinfeksi
Penggolongan :

• Antibiotik
• Antiviral
• Antifungal
• Antiprotozoa
• Antihelmintik
Target kerja antimikroba
1. Enzim-enzim yang spesifik mensintesis
dinding sel mikroba
2. Ribosom mikroba
3. Enzim-enzim yang diperlukan untuk
sintesis nukleotida dan replikasi DNA
4. Pengaturan sistem replikasi mikroba
Indikasi penggunaan Antibiotik

1. Terapi defenitif
2. Terapi empiris
3. Terapi profilaksis
Pasien cocoknya pakai obat
apa ya ????????
Pemilihan Antibiotik
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan :
 Tempat infeksi

 Tipe infeksi

 Kuman dan sensitivitasnya

 Sumber infeksi

 Faktor hospes

 Faktor obat
Kombinasi agen-agen antibiotik
Alasan pemberian terapi kombinasi:
• Untuk memberikan terapi empiris spektrum luas
pada pasien-pasien yang sakit parah.
• Untuk mengobati infeksi-infeksi polimikroba seperti
abses abdomen.
• Untuk mengurangi munculnya strain-strain resisten.
• Untuk mengurangi toksisitas yang terkait dosis
melalui pengurangan dosis satu atau lebih
komponen regimen obat.
• Untuk mendapatkan peningkatan penghambatan
atau pembunuhan bakteri.
Resistensi Antimikroba
 Mikroorganisme dapat beradaptasi
dengan tekanan-tekanan lingkungan
hidup dengan berbagai cara yang
efektif dan respon mereka terhadap
tekanan antibiotik.

 Resistensi dipicu oleh penggunaan


antibiotik yang berlebihan dan tidak
tepat
KASUS DARI BAGIAN
PENYAKIT DALAM
Kasus I
 Anamnese pribadi
 Nama : L
 Umur : 72 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : mencret
 Telaah : hal ini dialami os sejak 1 hari yang lalu
sebanyak 10x/hari. Mencret tidak bercampur dengan
darah dan lendir. Mencret yang keluar hanya air
berwarna kuning saja dengan volume ½ gelas.
Sebelum BAB perut terasa sakit.
 Keluhan penyerta : demam
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Tekanan darah : 140/90 mmHg

 Nadi : 96x/i’

 Pernafasan : 24x/i’

 Temperatur : 38.5ºC

 Pemeriksaan fisik
 Palpasi : dinding abdomen supel, nyeri ulu hati (+)
 Auskultasi : hiperperistaltik
 Diagnosa : gastroenteritis akut
 DD : gastroenteritis kronis
 Terapi
 IVFD RL cor 2 fls, lanjut RL 30 gtt/i’
 Tetrasiklin 4 x 500 mg
 Captopril 3 x 12,5 mg
 Ranitidin 2 x 150 mg
 Laboratorium rutin
 Darah : Hb = 10 gr%; leukosit = 14.700/mm³
 Urin : reduksi (-); protein (-); bilirubin (-); urobilinogen
(-)
 Tinja : warna kuning; konsistensi cair
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
Kasus II
Anamnese pribadi
 Nama : T
 Umur : 80 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : nyeri perut
 Telaah : hal ini dialami os sejak 1 tahun yang lalu. Perut
terasa panas. BAB berdarah 10 hari yang lalu dan berwarna
hitam. Akhir-akhir ini BAB tidak teratur 2 hari sekali, feses keras.
 Keluhan penyerta : mudah capek ketika berjalan. Kaki
bengkak 10 hari yang lalu. Batuk kadang berdahak. Batuk
sering pada malam hari, Berdarah (-)
 RPT : TBC 5 tahun yang lalu
 RPO: OAT selama 6 bulan
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Tekanan darah : 170/80 mmHg
 Nadi : 80x/i’
 Pernafasan : 24x/i’
 Temperatur : 36.6ºC
 Pemeriksaan fisik
 Palpasi : dinding abdomen supel
 Auskultasi : peristaltik normal
 Diagnosa : dispepsia tipe ulkus + suspect MDR TB paru dengan
infeksi sekunder
 DD : dispepsia tipe dismotiliti + suspect MDR TB paru dengan
infeksi sekunder
 dispepsia tipe campuran + suspect MDR TB paru dengan
infeksi sekunder
 Terapi
 IVFD D 5 % 30 gtt/i’
 Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam
 Antasyd 3 x C I
 Furosemid 2 x 40 mg
 Captopril 2 x 12,5 mg
 Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam
 Laboratorium rutin
 Darah : Hb = 5 gr%; leukosit = 18.500/mm³
 Urin : warna kuning; reduksi (-); protein (-); bilirubin (-);
urobilinogen (-)
 Tinja : tidak dilakukan
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
Kasus III
Anamnese pribadi
 Nama : D
 Umur : 30 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : penurunan kesadaran
(alloanamnese)
 Telaah : hal ini dialami os sejak 1 hari yang lalu.
 Keluhan penyerta : sesak nafas sejak 2 hari
yang lalu. Demam
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Sensorium : koma
 Tanda vital
 Tekanan darah : 90/50 mmHg
 Nadi : 120x/i’
 Pernafasan : 52x/i’ kesan Kussmaul
 Temperatur : 36.6ºC
 Pemeriksaan fisik
 Perkusi : sonor memendek pada lapangan tengah dan bawah paru kiri
 Auskultasi : suara pernafasan bronchial pada lapangan tengah dan bawah paru
kiri
 suara tambahan ronki basah pada lapangan tengah dan bawah paru kiri
 Diagnosa : penurunan kesadaran ec syok sepsis ec pneumonia + GGA pre-
renal dengan asidosis
 metabolik berat
 DD : penurunan kesadaran ec syok sepsis ec ISK tersangka + GGA pre-renal
dengan asidosis
 metabolik berat
 Terapi
 02 3L/i’
 IVFD NaCl 0,9% cor 1 fls selanjutnya 30 gtt/i’
 IVFD bikarbonat 1 fls (100mEq) 20 gtt/i’
 Inj. Cefotaxim 2 gr/12 jam
 Inj. Chloramphenicol 500 mg/6 jam
 Rencana hemodialisa
 Laboratorium
 Darah : Hb = 13,6 gr%; leukosit = 29.900/mm³; Ht = 38,5%; trombosit =
109.000/mm³
 Urin : ureum = 580 mg/dL; creatinin = 14,6 mg/dL
 AGDA : pH = 6,877; pCO2 =6,2; pO2 = 95,3; bikarbonat = 1,1; total
CO2 = 1,3; SaO2=90,5
 KGD ad random =196 mg/dL
 Urinalisa : protein (++); eritrosit = 1-2; leukosit = 10-15; sel epitel = 5-7
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
Kasus IV
Anamnese pribadi
 Nama : A
 Umur : 60 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : sesak nafas
 Telaah : hal ini dialami os sejak 1 minggu yang
lalu.
 Keluhan penyerta : oedem di kaki (+); batuk
berdarah (-)
 RPT : asma, penyakit jantung
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Sensorium : koma
 Tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 112x/i’

 Pernafasan : 26x/i’

 Temperatur : 37,5ºC

 Pemeriksaan fisik

 Auskultasi : suara tambahan ronki kering


 Diagnosa : COPD ec bronkitis kronis
 DD : COPD ec emfisema pulmonum
 Terapi
 Nebulazer (Ventolyn 1 flc + Flexotide 1 flc)/8 jam
 Furosemide 1 amp/8 jam
 Inj. Unacyn 1,5 gr/6 jam
 KSR 1x1 tab
 Inj. Dexametason 1 amp/8 jam
 Laboratorium
 Darah : Hb = 16,5 gr%; leukosit = 11.000/mm³; trombosit =
216.000/mm³; ureum = 63 mg/dL; creatinin = 1,3 mg/dL
 AGDA : pH = 7,4; pCO2 =33,4; pO2 = 58,5; bikarbonat = 49,9;
total CO2 = 52,5; SaO2=81,8
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
Kasus V
Anamnese pribadi
 Nama : R
 Umur : 25 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : sesak nafas
 Telaah : hal ini dialami os sejak 1 minggu yang lalu. Tidak
berhubungan dengan aktivitas dan cuaca.
 Keluhan penyerta : batuk-batuk dalam 3 bulan ini. Dahak (-).
Demam sejak 2 bulan ini, bersifat hilang tinbul dan terutama
timbul pada sore dan malam hari. Keringat pada malam hari (+).
Nafsu makan menurun. BB menurun 7 kg selama 1 bulan ini.
 RPT : typhus 2 tahun yang lalu, AIDS
 RPO : NAPZA, obat anti retro vital
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 90x/i’
 Pernafasan : 36x/i’
 Temperatur : 39ºC
 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : mulut : plak (+), pseudomembran (+); ekstremitas superior : needle
track (+)
 Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, kesan mengeras pada lapangan tengah dan
bawah kedua lapangan paru
 Perkusi : sonor memendek pada lapangan tengah dan bawah kedua lapangan
paru
 Auskultasi : suara pernafasan bronchial pada kedua lapangan paru
 suara tambahan ronki basah pada lapangan tengah dan bawah kedua paru
 Diagnosa : TB paru dengan infeksi sekunder + AIDS + candidiasis oral
 DD : pneumonia + AIDS + candidiasis oral
 mikosis paru + AIDS + candidiasis oral
 Terapi
 02 2L/i’
 IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i’
 Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam
 Rifampicin 1x450 mg
 INH 1x300 mg
 Pyrazinamide 3x500mg
 Ethambutol 1x750 mg
 Paracetamol 3x500 mg
 Flukonazole 1x200 mg
 Laboratorium
 Darah : Hb = 13,6 gr% ; leukosit = 29.900/mm³ ; Ht =
38,5% ; trombosit = 109.000/mm³
 Urin : ureum = 580 mg/dL ; creatinin = 14,6 mg/dL
 AGDA : pH = 6,877 ; pCO2 =6,2 ; pO2 = 95,3 ;
bikarbonat = 1,1 ; total CO2 = 1,3 ; SO2=90,5
 KGD ad random =196 mg/dL
 Urinalisa : protein (++) ; eritrosit = 1-2 ; leukosit = 10-
15 ; sel epitel = 5-7
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
KASUS DARI BAGIAN
PENYAKIT ANAK
Kasus I
Anamnese pribadi
 Nama : D
 Umur : 12 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : demam
 Telaah : hal ini dialami os sejak 5 hari yang lalu. Demam
naik turun, turun jika diberi obat penurun panas. Kejang (-).
Menggigil
 Keluhan penyerta : mimisan dijumpai tadi pagi sebelum os
ke rumah sakit. Muntah darah 5 kali dengan volume 1/8 gelas
setiap kali muntah. Nyeri perut (+). BAB berwarna coklat
kehitaman 1 kali dengan konsistensi lembek
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg

 Nadi : 82x/i’

 Frekuensi pernafasan : 24x/i’ kesan Kussmaul

 Temperatur : 37,9ºC

 Pemeriksaan fisik
 Palpasi : dinding abdomen supel, hepar teraba 3 cm
b a c kanan
 Diagnosa : DHF grade II
 DD : demam cikungunya
 ITP
 Laboratorium
 Darah : Hb = 11,1 gr% ; leukosit = 3100/mm³ ; Ht =
35% ; trombosit = 18000/mm³
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
 Terapi
 IVFD RL 20 cc/kgBB/jam selama 1 jam
 Inj. Ampicillin 1,5 gr/6 jam/iv
 Inj. Gentamycin 100 mg/12 jam/iv
 Inj. Cimetidine 300 mg/12 jam/iv
 Cooling spooling 50 cc NaCl 0,9% dingin
Kasus II
Anamnese pribadi
 Nama : NM
 Umur : 2 tahun 7 bulan
 Jenis kelamin : perempuan
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : sesak bernafas
 Telaah : hal ini dialami os sejak 2 minggu yang lalu.
Sesak nafas tidak tergantung cuaca tapi bertambah dengan
aktivitas.
 Keluhan penyerta : demam berulang sejak 2 bulan yang lalu.
Kejang (-). Menggigil (-). Batuk sejak 3 bulan yang lalu. Dahak
(+). Berdarah (-). Berkeringat pada malam hari (+). Kehilangan
selera makan sejak 2 bulan lalu sehingga BB turun. Riwayat
kontak TBC (+).
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Sensorium : sopor
 Tanda vital
 Nadi : 140x/i’
 Frekuensi pernafasan : 50x/i’
 Temperatur : 37,7ºC
 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : retraksi suprasternal dan sub costal
 Diagnosa : pneumonia + suspect TBC +
suspect malnutrisi berat
 Terapi
 O2 2L/i’
 IVFD D 5% Nacl 0,45% (10 gtt/i’)
 Inj. Ampicillin 250 mg/6 jam/iv
 Inj. Cloramphenicol 125 mg/6 jam/iv
 Paracetamol 3x80 mg
 Hasil follow up 2 hari kemudian
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Sensorium : sopor
 Tanda vital
 Nadi : 128x/i’
 Frekuensi pernafasan : 36x/i’
 Temperatur : 37,3ºC
 Laboratorium
 Darah : Hb = 11,9gr%; leukosit = 14.900/mm³; Ht = 35%; trombosit = 492.000/mm³; Diff. Tell :
2/1/4/65/16/10; mielosit = 1%; metamielosit = 1%
 Urine : warna kuning; BJ ≥ 1,005; pH = 5; nitrat (-); glukosa (-); protein (-); keton (-); bilirubin (-); urobilin (-);
eritrosit = 0-1; leukosit = 0-1; sel epitel = 0-1
 Feses : warna kuning; konsistensi lembek; darah (-); telur cacing (-); eritrosit = 0-1; leukosit = 0-1
 KGD puasa = 115,2 mg/dL
 Tes tuberkulin : (+)  15 mm
 Foto toraks : bronchitis
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
 Diagnosa : pneumonia + suspect TBC + suspect malnutrisi berat
 Terapi

 IVFD D 5% NaCl 0,45% 10 gtt/i’


 Cefotaxime 200 mg/12 jam/iv
 Cloramphenicol 125 mg/6 jam/iv
 INH 1x75 mg
 Rifampicin 1x75 mg
 Pyrazinamide 2x75 mg
 Ambroxol 3xcth½
 Paracetamol 3x80 mg
 Vit. A 200.000 IU/hari/ im
 Asam folat 1x5 mg
 Apialys 1xcth½

Kasus III
Anamnese pribadi
 Nama : W
 Umur : 6 tahun 7 bulan
 Jenis kelamin : Perempuan
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : kejang
 Telaah : hal ini dialami os ± 4 jam sebelum masuk RS.
Kejang seluruh tubuh. Lama sadar < 5 menit, frekuensi 1x,
setelah kejang os sadar. Kejang terjadi secara spontan
 Keluhan penyerta : 2 hari yang lalu os susah membuka
mulut. Riwayat keluar cairan berwarna kuning dan bau dari
kedua telinga dalam 1 minggu ini. Demam
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Nadi : 100x/i’
 Frekuensi pernafasan : 30x/i’

 Temperatur : 36,7ºC

 Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : rhisus sardonicus (+) pada wajah, serumen


di kedua telinga, mulut trismus dengan jarak gigi atas
bawah 2 cm, kaku kuduk (+), opistotonus (+)
 Diagnosa : tetanus + OMSK ADS
 DD : abses retropharyngeal + OMSK ADS
 Laboratorium
 Darah : Hb = 11,8 gr% ; leukosit = 10.700/mm³ ; Ht = 36% ;
trombosit = 320.000/mm³
 Elektrolit ; Na+ = 142,6 mEq/L; K+ = 4,23 mEq/L; Cl- = 110,1
mEq/L
 KGD ad random = 78 mg/dL
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
 Terapi
 O2 1-2 L/i’
 IVFD D 5% NaCl 0,45% 20 gtt/i’
 Inj. PP 700.000 µ/12 jam/im
 Inj. Diazepam 7 mg/3 jam/iv
 Note : Pada hari ke 4 dalam terapi os ditambahkan
Erythromicin syr 3x250 mg
Kasus IV
Anamnese pribadi
 Nama : P
 Umur : 1 tahun 1 bulan
 Jenis kelamin : Laki-kaki
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : kejang
 Telaah : hal ini dialami os dalam 1 hari ini. Frekuensi
kejang 1x, lama kejang ± 2 menit. kejang bersifat umum, setelah
kejang os sadar.
 Keluhan penyerta : Demam dalam 3 hari ini, tidak terlalu
tinggi. Demam tinggi mendadak sejak tadi pagi dan kemudian
diikuti kejang. Mulai dari tadi pagi muntah 2x, volume ¼ gelas/x
muntah, isi muntah apa yang dimakan dan diminum. Sakit
menelan sejak 2 hari ini. Nafsu makan menurun sejak 2 hari ini
dan tadi pagi tidak mau makan.

 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Tanda vital
 Nadi : 1080x/i’

 Frekuensi pernafasan : 28x/i’

 Temperatur : 38,7ºC

 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : mulut : tonsil hiperemis dan ukuran
membesar (T2)
 Diagnosa : kejang demam sederhana ec
tonsilofaringitis
 DD : kejang demam sederhana ec laringitis

 Terapi
 IVFD RL 28 gtt/i’
 Amoxicillin 3x100 mg
 Paracetamol 3x100 mg
 Diazepam 3x1 mg
 Pemeriksaan laboratorium dan uji kepekaan tidak
dilakukan
 Note : Keesokan harinya demam (-) ; os PAPS
Kasus V
Anamnese pribadi
 Nama : N
 Umur : 3 tahun 4 bulan
 Jenis kelamin : Perempuan
 Anamnese penyakit
 Keluhan umum : penurunan kesadaran
 Telaah : hal ini dialami os sejak 2 hari yang lalu setiap selesai
kejang. Kejang sejak 4 hari yang lalu. Kejang berupa kaku seluruh
tubuh. Frekuensi 2x/hari, lama kejang < 5 menit/x kejang, setelah
kejang os tidak sadar.
 Keluhan penyerta : Demam (+) sejak 6 hari yang lalu, tidak terlalu
tinggi, bersifat naik turun. Demam reda dengan obat penurun panas.
Menggigil (-). Batuk (+) sejak 2 hari yang lalu. Dahak (-).

 Riwayat imunisasi : tidak lengkap, polio 2x, yang lain tidak dilakukan
 Pemeriksaan fisik diagnostik
 Sensorium : sopor
 Tanda vital
 Nadi : 80x/i’
 Frekuensi pernafasan : 22x/i’
 Temperatur : 37ºC
 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : pupil anisokor, ptosis sinistra, stridor ekspiratoar, ekstremitas
dekortikasi (+), spastik (+)
 4. Status neurologis
 Refleks fisiologis kanan meningkat
 Refleks patologis (-)
 Perangsangan meningeal (-)
 Diagnosa : encephalitis + hemiplegi dextra
 DD : meningoencephalitis + hemiplegi dextra
 meningitis + hemiplegi dextra
 Terapi
 IVFD D 5% NaCl 0,45%
 Inj. Cefotaxim 700 mg/6 jam/iv
 Inj. Ampicillin 1500 mg/6 jam/iv
 Inj. Dexamethasone 7 mg loading dose  2,5 mg/8 jam/iv
 Paracetamol 3x150 mg/pulv
 Inj. Diazepam 5 mg (kalau kejang)
 Laboratorium
 Darah : Hb = 10,7 gr% ; leukosit = 11.000/mm³ ; Ht = 33% ; trombosit =
270.000/mm³
 Elektrolit ; Na+ = 123 mEq/L; K+ = 4,48 mEq/L; Cl- = 92 mEq/L
 AGDA : pH = 7,464; pCO2 =40,6 ; pO2 = 89,1; bikarbonat = 28,5; total
CO2 = 29,7; SO2=97,2; BE = 4,7
 KGD ad random = 83 mg/dL
 Uji sensitivitas antibiotik: tidak dilakukan
 Foto thorax AP : interstitial pneumonia
Kesimpulan

• Manusia selalu terpapar oleh mikroorganisme patogen


yang ada di sekitarnya namun tidak selalu menderita
sakit karena manusia memiliki mekanisme pertahanan
tubuh.
• Reaksi inflamasi merupakan reaksi pertahanan yang
pertama sekali dibentuk oleh tubuh ketika terinfeksi
sebagi respon dari cedera sel yang diakibatkan oleh
agen penyebab infeksi.
• Diagnosa penyakit infeksi dapat ditegakkan
berdasarkan klinis, namun diagnosa pasti penyakit
infeksi adalah dengan pemeriksaan mikrobiologi. Untuk
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri digunakan
antibiotik sebagai antiinfeksi.
• Penggunaan antibiotik sebagai terapi dibagi atas terapi
definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis.
• Dari kesepuluh kasus diatas dapat dilihat bahwa tidak ada kasus
yang diagnosanya ditegakan berdasarkan kultur mikrobiologi
lainnya. Tampaknya diagnosa ditegakan hanya dengan melakukan
anamnesis , pemeriksaan fisik , pemeriksaan laboraturium rutin.
Selain itu dapat dilihat dari kesepuluh sebelum pemberian antibiotik
tidak dilakukan uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik . Hal ini
sesungguhya dapat berbahaya karena nantinya dapat memicu
resistensi kuman . Pada beberapa kasus diberikan antibiotik
intravena . Sebaiknya sebelum pemeriksaan dilakukan skin test
terlebih dahulu untuk menghindari reaksi hipersensitivitas yang
berbahaya seperti anafilaktik syok. Didalam anamnesis riwayat
penggunaan obat sebaiknya ditanyakan tentang riwayat alergi
terhadap antibiotik terutama penicilin.

Anda mungkin juga menyukai