Anda di halaman 1dari 12

KEMITRA AN

KELOMPOK 4:

R AT I K A S A R I O WA G AY
RIDHO HAFIUHRAHHAM
RINA RIZKI HASIBUAN
SABILA KHOIRUJANNAH
SHANIA FITRI SIAGIAN
S YA H R I A N I F I T R I S I A G I A N
T I A R A N A N D A R I Z K I YA H
VERENA RIBKA SEPTIANA
WA N DA H A M I DA
W I N DY J E S S I H A N I
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah
(1) kemitraan (partnership),
(2) pemberdayaan (empowerment),
(3) pendidikan kesehatan, dan
(4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998).
DEFINISI

• Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja


sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005).
TUJUAN
• Mengembangkan model praktik keperawatan kelompok khusus yang
terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.
• Mengenalkan model praktik keperawatan kelompok khusus.
• Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian
pengembangan kesehatan masyarakat
• Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor
terkait
• Meningkatkan legalitas praktik keperawatan kelompok khusus
• Mendorong praktik keperawatan kelompok khusus yang profesional
• Meningkatkan kepercayaan diri perawat
LANGKAH-LANGKAH
Menyusun Gagasan Kemitraan
• Langkah pertama dalam menggalang kemitraan tentu saja adalah menyusun gagasan kemitraan,
yaitu program kesehatan yang akan dimintakan kontribusi positifnya dari satu ataau beberapa
pihak lain.

Mengidentifikasi Calon Mitra


• Langkah ini bertujuan untuk mengenali dan menetapkan pihak-pihak yang sesuai diajak bermitra
dalam rangka melaksanakan gagasan kemitraan. Dengan demikian keluaran dari langkah ini
adalah daftar pihak-pihak yang akan diajak bermitra
Langkah mengidentifikasi calon mitra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu studi kepustakaan
dan studi lapangan.
• Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kajian terhadap dokumen-dokumen tentang berbagai lembaga yang mungkin,
termasuk proyek-proyek kemitraan yang sedang atau pernah mereka lakukan.
• Studi Lapangan
Dari studi kepustakaan biasanya dapat diperoleh alamat, nomer telepon, fax, email atau bentuk kontak
lain dari calon mitra. Melalui saran kontak selanjutnya dibuat perjanjian untuk melakukan wawancara
dengan narasumber dari calon mitra.
Wawancara sebaiknya dilakukan secara terarah, yaitu menggunakan kuesioner sebagai pemandu.
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka (ini yang terbaik), atau cara-cara lain seperti melalui
telepon, melalui telepon, melalui surat, atau melalui email.
Dengan mengidentifikasi calon mitra, akan diperoleh daftar calon mitra potensial berikut masalah atau
hambatan yang mungkin dihadapi calon mitra tersebut (jika ada) dalam rangka mendukung gagasan
kemitraan.
Merumuskan Tujuan dan Peran
• Setelah dirumuskan nya tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para mitra, gagasan
kemitraan disempurnakan dengan menambahkan usul mengenai tujuan kemitraan dan peran-peran
tersebut. Dengan demikian, gagasan kemitraan menjadi lengkap dan lebih konkrit, siap untuk
ditawarkan kepada para calon mitra.

Menyiapkan Diri
• Agar dapat mengawali upaya advokasi untuk menggalang kemitraan, sebaiknya pihak yang berinisiatif
melakukan konsolidasi dulu.
• Persiapan diri atau konsolidasi dilakukan dengan mengacu kapada landasan kemitraan, dengan tujuan
untuk mengupayakan agar pihak yang berinisiatif:
1. Dapat mengembangkan komunikasi dua arah dengan calon mitra
2. Dapat lebih memahami masalah atau hambatan yang mungkin dihadapi oleh calon mitra(jika ada)
3. Memiliki rencana kerja yang sistematis berkaitan dengan pelaksanaan gagasan kemitraan.
4. Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
5. Memiliki kemampuan mengerahkan berbagai sumber daya yang diperlukan dan bersedia
menginvestasikan sumber daya tersebut dalam “proyek kerjasama”.
6. Dapat menjamin upaya-upaya dalam menggalang kerjasama dilakukan secara berkelanjutan dan sinkron
satu sama lain.
Menumbuhkan Kesepakatan
• Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara
pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra. Kesepakatan
sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau
nota kesepahaman (memorandum of understanding). Bentuk tertulis ini memiliki
dua keuntungan yaitu:
1. Menjadi landasan atau payung hukum resmi yang dapat menjamin
kelangsungan kerjasama atau kemitraan.
2. Sebagai titik tolak untuk merumuskan rencana kerjasama atau kemitraan.

Merumuskan Rencana Kerjasama


• Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini
digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama. Rencana
kerjasama ini sangat penting karena merupakan acuan bagaimana mencapai
tujuan-tujuan kerjasama.
Melaksanakan Kerjasama
• Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan. Kerap kali sebagai tanda
dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.
Acara ini tidak sekedar bersifat seremoniaol, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas
kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama
(kemitraan).
Menyelenggarakan Pemantauan dan Evaluasi
• Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera;
kemajuan-kemajuan yang dicapai; penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evluasi
dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitran berjalan beberapa
waktu, termasuk setelah berakhirnya program kemitraan.
• Alat untuk pemantauan adan evaluasi adalah system informasi. Oleh karena itu, perumusan system
informasi yang akan dibangun harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
2. Hal-hal apa yang akan dipantu dan dievaluasi (indikator keberhasilan/penyimpangan).
3. Informasi apa yang diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi.
4. Data apa yang harus dicatat dan dilaporkan oleh siapa kepada siapa.
5. Kapan data harus dicatat dan dilaporkan serta diolah dan disajikan.
6. Standar-standar yang digunakan (yang tercantum dalam rencana kerjasama).
JENIS KEGIATAN
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
• Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secaralebih dekat.
• Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.
• Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan danpertam-bahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti
program delivery dan resource mobilization.
• Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruhdengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi
dan penelitian.
SIMPULAN

Kemitraan terbentuk apabila terjadi kerja sama antara 2 pihak atau


lebih yang saling menguntungkan dan memberikan manfaat dengan
tujuan mengembangkan model praktik keperawatan kelompok khusus
berbasis riset ilmiah. Kemitraan terbentuk dengan menyusun
kemitraan, mengidentifikasi calon mitra, merumuskan tujuan
danperan, menyiapkan diri, dan lainnya sehingga dapat membentuk
kegiatan dengan menjalin kemitraan.
REFERENSI

Annonim. 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalam Pengembangan Kesehatan


Masyarakat. Diakses pada 07 januari 2020 pada laman https://id.scribd.com/upload-
document?archive_doc
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Yanti,Andi.2008.konsep dan model kerjasama kemitraan. Diakses pada 7 januari 2020 pada jurnal
Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Dalam Pembangunan Bandara Swadaya Sangia
Nibandera Kabupaten Kolaka
Susanti, Iis. 2015. Langkah-Langkah Kemitraan Kesehatan. Diakses pada tanggal 7 Januari 2020 pada
laman https://www.scribd.com/doc/268832918/langkah-langkah-kemitraan-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai